OLEH: RAMZIL HADI
NIM: 137003053
NIM: 137003053
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Gambaran Umum
Secara geografis Kabupaten
Aceh
Selatan merupakan
salah
satu
Kabupaten
di
Provinsi Aceh yang terletak di
wilayah pantai Barat – Selatan dengan Ibukota Kabupaten adalah
Tapaktuan. Berdasarkan Peta
Rupa Bumi Indonesia skala
1:50.000, wilayah
daratan Kabupaten
Aceh
Selatan secara
geografis terletak pada 020 23’ 24” – 030 44’ 24” LU dan 960 57’ 36” – 970 56’ 24” BT.
Dengan batas-batas wilayah
adalah :
Sebelah
Utara
: Kabupaten
Aceh
Tenggara;
Sebelah
Timur : Kota Subulussalam
dan
Kabupaten Aceh
Singkil;
Sebelah
Selatan
: Samudera Hindia;
Sebelah Barat : Kabupaten
Aceh
Barat Daya.
Kabupaten Aceh Selatan secara
administrasi Pemerintahan
terbagi atas 18 (Delapan
Belas) wilayah Kecamatan, 43 Mukim
dan
248
Gampong. Pembagian
wilayah
ini sesuai dengan penetapan dalam Undang- Undang
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, yang membagi wilayah
administrasi pemerintahan Kabupaten/Kota
di
Aceh berturut-turut atas
Kecamatan,
Mukim dan Gampong
Kabupaten Aceh Selatan
sebagai daerah yang bertopografi sebagian besar terdiri dari pantai dan pegunungan sangat banyak terdapat objek wisata yang
sebagian besar merupakan daerah yang terbentuk secara natural. Oleh sebab itu,
tak elak jika Pariwisata merupakan salah satu sektor strategis di Kabupaten Aceh Selatan. Di sepanjang pantai terdapat beberapa lokasi wisata yang menakjubkan seperti teluk yang indah dengan pasir putih
dan bersih. Selain itu, lautnya yang memiliki berbagai macam jenis ikan hias dan terumbu karang dapat dijadikan objek wisata baharí. Hutannya yang relatif masih
perawan dengan
TNGL dan kebun pala
masyarakat juga
dapat dijadikan sebagai objek eco turism. Aceh Selatan juga memiliki sejumlah situs sejarah, kesenian, budaya dan adat istiadat tradisional yang layak dijual. Wisatawan juga akan
disuguhi beragam
makanan bercitarasa
khas
daerah.
Tabel
Tempat Lokasi dan Objek Wisata dalam Kabupaten Aceh Selatan
2
NO
|
Kecamatan
Nama-nama Tempat Wisata
|
Jarak Dari Ibukota
Kecamatan
|
Jarak Dari Ibukota
Kabupaten
|
1
|
Labuhanhaji Barat
1. Sungai Kreung Baru
2. Kuburan
Syahid
3. Gua Batu Sicanang
|
2,5 Km
3 Km
3 Km
|
53,5 Km
54 Km
57 Km
|
2
|
Labuhanhaji
1. Makam Abuya Syech H. Muda Waly Al- Khalidy
2. Suluk Pesantren
Darussalam
3. Goa Kelongsong
4. Sungai Pagar
Gantung
5. Pantai Ujung
6. Kitab Al-Quran Kampung
Dalam
7. Pelabuhan Penyeberangan
antar Pulau
8. Kolam Air Sejuk
9. Pantai Gosong/Gosong Gila
10.Goa Panjang
|
5 Km
5 Km
2 Km
4 Km
3 Km
1 Km
0,5 Km
0,5 Km
1 Km
1,5 Km
|
47 Km
47 Km
47 Km
47 Km
47 Km
47 Km
47 Km
47 Km
48 Km
48,5 Km
|
3
|
Labuhanhaji Timur
1. Pantai Batu Meletus
2. Sungai Batu Berhujan
3. Pantai
Sawang Biduk
Buruk/Sawang
Indah
4. Pantai Batu Bermenung
5. Makam Tgk. Keuramat Peulumat
|
2 Km
5 Km
2 Km
1,5 Km
2,5 Km
|
45 Km
48 Km
45 Km
44,5 Km
45,5 Km
|
4
|
Meukek
1. Pantai Lhok Aman
2. Pantai Lhok Bengkuang
3. Air Terjun Ceuraceu
|
7 Km
2 Km
4 Km
|
35 Km
35 Km
35 Km
|
5
|
Sawang
1. Pantai Pasi
Tuan Hilang
2. Air Terjun
Tuwi Lhok
3. Pulau Ujung Serudung
4. Sungai
Trieng Meuduro
5. Air Terjun Air Dingin
|
1 Km
5 Km
6 Km
6 Km
7 Km
|
22 Km
22 Km
22 Km
22 Km
22 Km
|
6
|
Samadua
1. Batu Berlayar
2. Sungai Sekabu
3. Sungai Lubuk Layu
4. Pantai Pasir Putih
5. Batu Sumbang
|
3 Km
5 Km
5 Km
6 Km
7 Km
|
10 Km
10 Km
10 Km
10 Km
10 Km
|
7
|
Tapaktuan
1. Gunung Lampu
2. Makam, Tapak, Tongkat, Topi Tuan
Tapa
3. Pantai Lhok Rukam
4. Air Terjun Tingkat
Tujuh
5. Pantai Batu Merah
6. Pantai Rindu Alam
7. Gua Kalam
8. Panorama Hatta
9. Pasir Setumpuk Lhok Rukam
10. Kolam Renang Aroya
11.Masjid Tuo
12.Bunker Jepang
Kelurahan Hilir
13.Bevak Belanda Panton Luas
14.Lubuk Simerah
15.Pemandian Alam Pajupian
|
0,5 Km
1 Km
11 Km
7 Km
2 Km
2 Km
3 Km
10 Km
7 Km
1 Km
0,5 Km
0,5 Km
5 Km
1 Km
10 Km
|
0,5 Km
1 Km
11 Km
7 Km
2 Km
2 Km
3 Km
10 Km
7 Km
1 Km
0,5 Km
0,5 Km
5 Km
1 Km
10 Km
|
8
|
Pasie Raja
1. Batee Goa Panton Bili
2. Pasie Ladang
Tuha
3. Pucok Krueng
4. Pantai Pasir Rasian
Lancang
|
3 Km
1 Km
3 Km
6 Km
|
15 Km
15 Km
15 Km
15 Km
|
9
|
Kluet Utara
1. Makam Abuya Syech H. Jailani Musa
2. Pesantren Darul Rahmah
|
0,5 Km
0,5 Km
|
28,5 Km
28,5 Km
|
|
3. Pesantren
Simpang Tiga
4. Pantai Darussa’dah
5. Kubah/Makam
6. Masjid
Tua/Kuta Pulo Kambeng
7. Pantai Kuala Ba’u
|
2 Km
0,5 Km
5 Km
3 Km
5 Km
|
29 Km
28,5 Km
33 Km
31 Km
33 Km
|
10
|
Kluet Tengah
1. Irigasi Gunong Pudong
2. Muara Simpali
3. Batu Hampa
4. Batu Sumbang
5. Alue Kejrun
6. Damar Buih
|
12 Km
8 Km
7 Km
8 Km
15 Km
20 Km
|
40 Km
40 Km
40 Km
40 Km
40 Km
40 Km
|
11
|
Kluet Timur
1. Irigasi Paya Dapur
2. Gunung Sikorong
3. Makam
Tgk. Panglima Raja Lelo
4. Makam
Badan Cut
Ali Alur Mubrang
5. Batu Putri Alur Mubrang
6. Tapak Aulia
7. Air Terjun Simpali
|
3 Km
3 Km
1 Km
10 Km
10 Km
6 Km
8 Km
|
38 Km
38 Km
36 Km
45 Km
45 Km
41 Km
43 Km
|
12
|
Kluet Selatan
1. Makam
Teuku
Cut Ali
2. Pantai Cemara Lubuk Sipuru
3. Hutan Lindung
4. Pantai Ratu Sialang
5. Ujung Gunung Kalam Baluh Gelumbuk
|
0,5 Km
1 Km
6 Km
15 Km
3 Km
|
31,5 Km
32 Km
37 Km
46 Km
34 Km
|
13
|
Bakongan
1. Pantai Ujung
Pulo Cut
2. Pulau Dua
3. Pantai Ujung
Mangki
4. Pantai Ujung
Kreung
5. Makam Teuku Raja Angkasah
6. Danau
Laut Bangko
7. Pantai Ie Hitam
|
6 Km
3 Km
3 Km
4 Km
5,5 Km
12 Km
1 Km
|
66 Km
57 Km
57 Km
56 Km
65,5 Km
72 Km
61 Km
|
14
|
Bakongan Timur
1. Irigasi/Air Terjun Simpang Seubadeh
2. Pantai Lhok Jamin
Seubadeh
3. Air Terjun/Sungai Seulekat Seubadeh
|
5 Km
3 Km
4 Km
|
76 Km
68 Km
75 Km
|
15
|
Trumon
1. Pantai Trumon
2. Pulau Trumon
3. Masjid
Tua/Makam Raja
4. Gunong Pinto Angen
5. Pantai Calok Bate
6. Alam Trumon
7. Benteng
Kuta Bate Gampong
Keude
8. Komplek Rumah Raja Trumon
|
1 Km
5 Km
0,5 Km
8 Km
7 Km
1,5 Km
0,5 Km
3 Km
|
110 Km
114 Km
109,5 Km
117 Km
116 Km
109 Km
109,5 Km
112 Km
|
|
9. Batu Bertulis/Batu Bersurat Gampong
Panton Bili
10.Kuburan Nek Raya Bate Gampong Kuta
Tua
11.Lapangan
Terbang Peninggalan Jepang
12.Makam Kuburan Syahid
di G. Kapur
|
7 Km
3 Km
1 Km
7 Km
|
116 Km
112 Km
110 Km
116 Km
|
16
|
Trumon
Timur
1. Gunung Tengku
2. Makam Tengku
|
6 Km
8 Km
|
120 Km
122 Km
|
Sumber : Dinas Budparpora Kabupaten Aceh Selatan
Dari Keterangan pada Tabel diatas,
terlihat bahwa di setiap Kecamatan terdapat Lokasi dan Objek Wisata baik
berbentuk objek wisata religi, wisata alam, maupun wisata sejarah yang sangat
menarik untuk dikunjungi.
2.1
Latar Belakang
Sebagai sektor penyumbang devisa
ketiga terbesar di Negara Indonesia, Pariwisata
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama
menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Di Kabupaten Aceh Selatan, walaupun
kontribusi sektor ini tidak begitu besar menyumbang dalam PDRB Kabupaten Aceh
Selatan maupun dalam Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan, sektor ini
sangat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten aceh Selatan mengingat
objek wisata di Kabupaten Aceh Selatan mempunya kualitas estetika yang natural,
dan mampu menarik minat ketertarikan wisatawan baik domestik maupun manca
negara.
Dalam upaya meningkatkan pendapatan Asli Daerah dengan mengoptimalkan
penerimaan sektor Pariwisata, Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan melalui program
diantaranya pengadaan sarana akomodasi yang memadai, promosi baik disisi
pemerintah maupun swasta, kemudahan perjalanan, penambahan dan pengembangan
kawasan pariwisata, mengupayakan produk-produk baru di obyek wisata, penyiapan
jaringan pemasaran internasional dan penyiapan sumber daya manusia yang
berkualitas.
Dengan berkembangnya sektor Pariwisata
akan membawa dampak yang cukup besar pada lapangan usaha terkait seperti hotel,
rumah makan, biro travel dan UKM di daerah-daerah kunjungan wisata. Sehingga sektor pariwisata layak menjadi
perhatian Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan untuk dikembangkan karena dewasa
ini sektor pariwisata menjadi tulang punggung perekonomian negara yang dapat
meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan
dan melestarikan lingkungan.
Daya Saing suatu wilayah dewasa ini telah menjadi parameter bagi
pengembangan suatu wilayah. Semakin tinggi Daya Saing suatu wilayah maka
semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan masyarakat dalam wilayah tersebut.
Jadi agar Kabupaten Aceh Selatan tidak dikatakan tertinggal dari Daerah lain
maka harus mempunyai nilai kompetitif yang tinggi yang dibangun diatas potensi
yang dimilkinya
Daya saing sektor pariwisata adalah kapasitas usaha pariwisata untuk
menarik pengunjung asing maupun domestik yang berkunjung pada suatu tujuan
wisata tertentu. Peningkatan daya saing dapat dicapai dengan memanfaatkan
sumberdaya yang ada, meningkatkan kapabilitas pengelolaan sehingga mempunyai
daya saing (Grant, 1991).
Pariwisata di suatu wilayah dapat digambarkan sebagai produk
bersaing bila daerah tujuan wisata menarik, kompetitif dari segi kualitas,
dibandingkan dengan produk dan jasa dari daerah tujuan wisata lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DAYA SAING
Daya saing merupakan salah satu kriteria untuk menentukan
keberhasilan dan pencapaian sebuah tujuan yang lebih baik oleh suatu negara
dalam peningkatan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Poter (1990),
daya saing diidentifikasikan daengan masalah produktifitas, yakni dengan
melihat tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan.
Meningkatnya produktifitas ini disebabkan oleh peningkatan jumlah input fisik
modal dan tenaga kerja, peningkatan kualitas input yang digunakan, dan
peningaktan teknologi.
Porter (1990) menjelaskan pentingnya daya saing karena tiga hal
berikut (1) mendorong produktivitas dan mingkatkan kemampuan mandiri; (2) dapat
meningkatkan kapasitas ekonomi, baik dalam konteks regional ekonomi maupun
entitas pelaku ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat; (3) kepercayaan
bahwa mekanisme pasar lebih mencipatakan efisiensi.
Menurut Tarigan (2005) suatu wilayah memiliki keunggulan komparatif
karena salah satu faktor atau gabungan dari beberapa faktor . Adapun
faktor-faktor yang dapat membuat suatu wilayah memiliki keunggulan komparatif
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1.
Pemberian
alam, yaitu karena kondisi alam akhirnya wilayah itu memiliki keunggulan
untuk menghasilkan
suatu produk tertentu.
2.
Masyarakatnya
menguasai teknologi mutakhir (menemukan hal-hal baru) untuk jenis
produk tertentu.
3.
Masyarakatnya
menguasai keterampilan khusus.
4.
Wilayah itu
dekat dengan pasar.
5.
Wilayah
dengan aksesibilitas yang tinggi.
6.
Daerah
konsentrasi/sentra dari suatu kegiatan sejenis.
7.
Daerah
aglomerasi dari berbagai kegiatan.
8.
Upah buruh
yang rendah dan tersedia dalam jumlah yang cukup serta didukung oleh
ketrampilan yang
memadai dan mentalitas yang mendukung.
9.
Mentalitas
masyarakat yang sesuai dengan untuk pembangunan: jujur, terbuka, mau
bekerja keras, dan
disiplin sehingga lingkungan kehidupan aman, tertib, dan teratur.
10. Kebijakan pemerintah.
Sementara Keunggulan kompetitif (competitive adventange) adalah
kemampuan suatu daerah untuk memasarkan produknya di luar daerah atau luar
negeri bahkan global. Dalam hal ini akan melihat apakah suatu daerah dapat
menjual produknya di luar negeri secara menguntungkan, tidak lagi membandingkan
potensi komoditi yang sama di suatu Negara dengan Negara lainya tetapi
membandingkan potensi komoditi suatu Negara terhadap komoditi semua Negara
pesaingnya di pasar global.
2.2 INDIKATOR DAYA SAING
PARIWISATA
Untuk menentukan daya saing pariwisata menggunakan analisis
Competitiveness Monitor yang memperhatikan kedelapan indikator. Dalam
Trisnawati (2007) analisis Competitiveness Monitor
dilakukan
untuk
mengukur
daya saing
pariwisata antara lain:
1. Human
Tourism Indicator (HTI)
2. Price Competitiveness Indicator
(PCI)
3. Infrastructure Development Indicator (IDI)
4. Environtment Indicator
(EI)
5. Technology
Advancement Indicator (TAI)
6. Human
Resources Indicator (HRI)
7. Openess Indicator (OI)
8. Social Development
Indicator (SDI)
2.2 PARIWISATA
Secara Etimologi istilah pariwisata berasal dari bahasa sansekerta
yang terdiri dari dua suku kata yakni; “pari” dan “wisata”. Pari yang berarti:
banyak, berkali-kali, berputar-putar atau berkeliling-keliling. Sedangkan
Wisata berarti bepergian. Secara garis besarnya, maka kedua kata ini yakni
“Pari-wisata” dapat diartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan
berkali-kali dari satu tempat ke tempat yang lain.
Hunziker dan Kraff (dalam Pendit,
1995:38) menyatakan pariwisata adalah sejumlah hubungan-hubungan dan
gejala-gejala yang dihasilkan dari tingalnya orang-orang asing, asalkan
tingalnya mereka tidak menyebabkan tempat tinggal serta usaha-usaha yang
bersifat sementara atau permanan sebagai usaha mencari kerja penuh.
Yoeti (1996:113) mengemukakan bahwa
pariwisata adalah sebuah perjalanan yang dilaksanakan untuk sementara waktu,
yang diselenggarakan disuatu tempat ketempat lain dengan maksud bukan mencari
nafkah di tempat yang dikunjungi, tapi semata-mata untuk memenuhi kebutuhan
yang beraneka ragam.
Yoeti (2008) menyebutkan
kontribusi pariwisata terhadap perkekonomian daerah lebih lanjut adalah sebagi
berikut :
1. Peningkatan perolehan devisa negara
2. Memperluas dan mempercepat proses kesempatan berusaha
3. Memperluas kesempatan kerja
4. Mempercepat pemerataan pendapatan.
5. Meningkatkan penerimaan pajak regional dan retribusi daerah.
6. Meningkatkan pendaptan nasional
7. Memperkuat posisi neraca pembayaran.
8. Mendorong pertumbuhan pengembangan wilayah yang memiliki
potensi alam yang
terbatas.
2.3 EKONOMI MAKRO
Makro ekonomi adalah salah
satu cabang ilmu ekonomi yang membahas perilaku perekonomian secara agregat,
misalnya kemakmuran dan resesi, output barang dan jasa, total perekonomian,
laju pertumbuhan output, laju inflasi dan pengangguran, neraca pembayaran dan
juga nilai kurs ( Dornbusch, Stanley, dan Mulyadi, 1996:3)
Dalam ekonomi makro pembahasan yang
dilakukan adalah tentang sekelompok prilaku suatu kelompok masyarakat, seperti
pendapatan nasional, kesempatan kerja, inflasi, pengangguran, anggaran
pemerintah, dan lain-lain.
Menurut Bakti, Rakhmat,
dan Syahrir (2010:12) kebijakan makro ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
sebagai keikutsertaan pemerintah dalam memacu kehidupan ekonomi selalu
dihadapkan kepada masalah pertumbuhan, inflasi, dan pengangguran sebagai central
issues macroeconomic.
2.4 PENGEMBANGAN WILAYAH
Pengembangan wilayah merupakan proses perumusan dan
pengimplementasian tujuan-tujuan pembangunan dalam skala supra urban.
Pembangunan wilayah pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam
secara optimal melalui pengembangan ekonomi local.
Perencanaan pembangunan wilayah semakin relevan dalam
mengimplementasikan kebijakan ekonomi dalam aspek kewilayahan. Hoover dan
Giarratani (dalam Nugroho dan Dahuri, 2004), menyimpulkan tiga pilar
penting dalam proses pengembangan wilayah, yaitu:
1. Keunggulan komparatif
(imperfect mobility of factor).
2. Aglomerasi (imperfect
divisibility).
3. Biaya transpor (imperfect
mobility of good and service).
BAB III
PEMBAHASAN
1.2.
Perhitungan
Indikator
Dengan menggunakan analisis Competitiveness Monitor yang
memperhatikan kedelapan indikator.
dilakukan untuk mengukur daya saing
industri pariwisata di Kabupaten Aceh Selatan, antara lain
:
a. Human
Tourism Indicator
(HTI)
Pengukuran yang digunakan adalah
Tourism Participation Index
(TPI) yaitu rasio antara jumlah aktivitas
turis (datang dan pergi) Tahun 2012 dengan jumlah penduduk Kabupaten Aceh Selatan Tahun
2012.
Tabel
Penduduk Kabupaten Aceh Selatan Menurut Kecamatan
Tahun 2012
No
|
Kecamatan
|
Jumlah
Penduduk
|
Jumlah Rumah
Tangga
|
Luas wilayah
Km2
|
Kepadatan
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
|
Trumon
Trumon Tengah Trumon Timur Bakongan
Kota Bahagia Bakongan
Timur Kluet
Selatan
Kluet Timur
Kluet Utara
Pasie Raja
Kluet Tengah
Tapaktuan Samadua Sawang
Meukek Labuhanhaji
Labuhanhaji
Timur
Labuhanhaji Barat
|
4.283
5.453
6.996
4.933
6.256
5.244
12.662
9.478
22.376
15.773
6.165
22,956
14.888
14.099
18.622
12.596
9.604
15.796
|
892
1.361
1.772
1.281
1.486
1.213
3.171
2.382
5.412
3.334
1.608
5.115
3.497
3.039
4.235
2.621
1.992
3.268
|
440,65
432,85
325,09
78,83
186,45
195,82
114,63
459,92
73,70
100,37
789,51
102,03
106,66
197,81
465,33
53,83
94,48
89,04
|
10
13
22
63
34
27
110
21
304
157
8
225
140
72
40
234
102
117
|
|
J u m l
a h
|
208.160
|
47.629
|
4.185,56
|
50
|
Sumber : BPS Kab. Aceh Selatan (diolah)
Tabel
Aspek Bidang Pariwisata
No
|
Indikator
|
Tahun
|
%
Pertumbuhan
|
||||
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
|||
1.
|
Jumlah Kunjungan
Wisata
|
11.939
|
12.058
|
14.000
|
15.400
|
32.480
|
93,61
|
Sumber : Disbudparpora Kabupaten Aceh Selatan
Dalam penelitian
ini, ukuran yang digunakan adalah TPI, dengan rumus:
TPI
=
TPI
=
TPI=
0,16
b. Price Competitiveness Indicator
(PCI)
Indikator ini menunjukkan harga
komoditi yang
dikonsumsi oleh
turis selama berwisata
seperti biaya akomodasi,
travel,
sewa kendaraan dan sebagainya. Pengukuran yang digunakan untuk menghitung PCI adalah Purchasing Power Parity (PPP). Proksi yang digunakan untuk mengukur PPP adalah rata-rata tarif minimum hotel
yang
merupakan hotel worldwide.
Tabel
Perkembangan Jumlah
Hotel dan
Penginapan di
Kabupaten Aceh Selatan
Tahun 2008-2012
No.
|
U r a
i a n
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
% Pertumbuhan
|
1.
|
Hotel berbintang
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2.
|
Hotel Melati
|
17
|
17
|
18
|
19
|
17
|
-
|
3.
|
Kamar Tersedia
|
28
|
38
|
45
|
51
|
227
|
51,98
|
4.
|
Rata-rata penggunaan
kamar per hari
|
20
|
25
|
27
|
32
|
328
|
74,97
|
5.
|
Rata-rata tarif kamar
|
Rp.70.000
|
Rp.75.000
|
Rp.85.000
|
Rp.95.000
|
Rp.100.000
|
45 %
|
Sumber : Dinas Budparpora Kabupaten Aceh Selatan (diolah)
Sehingga
rumus yang digunakan untuk menghitung PPP
adalah:
PPP
= Jumlah Wisatawan Tahun 2012x Rata-rata Tarif Hotel x Rata-rata masa
Tinggal wisatawan
PPP = 32.480 x Rp.100.000,- x 1 hr
PPP = Rp. 3.248.000.000,-
c. Infrastructure Development Indicator (IDI)
Indikator ini menunjukkan perkembangan jalan raya, perbaikan fasilitas sanitasi dan peningkatan akses penduduk
terhadap fasilitas air bersih. Untuk mengukur IDI terdapat kesulitan sehingga Competitiveness Monitor (CM) memproksikan IDI dengan income perkapita penduduk (rasio total PAD dan
jumlah penduduk).
Tabel
PDRB Perkapita Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008-2012
No
|
Tahun
|
ADHB
(Rp.Juta)
|
PDRB/Kapita
(Rp)
|
ADHK
(Rp.Juta)
|
PDRB/Kapita
(Rp)
|
1
|
2008
|
1.983.011,71
|
9.433.255,05
|
1.202.675,33
|
5.721.167,99
|
2
|
2009
|
2.217.275,90
|
10.480.402,62
|
1.248.506,34
|
5.901.317,52
|
3
|
2010
|
2.475.381,44
|
12.094.677,89
|
1.300.826,13
|
6.355.817,65
|
4
|
2011
|
2.709.900,06
|
13.089.723,75
|
1.358.940,38
|
6.564.136,60
|
5
|
2012
|
3.039.107,57
|
14.599.863,42
|
1.422.267,00
|
6.832.566,29
|
Rata-rata Pertumbuhan (%)
|
3,61
|
Sumber: BPS Kabupaten Aceh selatan
Tabel
Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah
Kabupaten Aceh Selatan
Tahun 2011
1
a.
|
Pendapatan Asli Daerah
Pajak Daerah
|
18,574,111,449.09
3,870,111,774.00
|
b.
|
Retribusi
Daerah
|
5,833,238,117.00
|
c.
|
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
|
1,580,862,233.23
|
d.
|
Lain-lain PAD yang Sah
|
7,289,899,324.86
|
2
|
Dana Perimbangan
|
467,442,996,602.00
|
a.
|
Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
|
34,490,796,602.00
|
b.
|
Dana Alokasi Umum (DAU)
|
388,771,100,000.00
|
c.
|
Dana Alokasi Khusus (DAK)
|
44,181,100,000.00
|
3
|
Lain-lain Pendapatan yang Sah
|
61,842,886,312.00
|
a.
|
Pendapatan Hibah
|
-
|
b.
|
Dana Darurat
|
-
|
c.
|
Dana Bagi Hasil Dari Provinsi dan Pemda
Lainnya
|
10,875,975,392.00
|
d.
|
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
|
50,966,910,920.00
|
e.
|
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda
Lainnya
|
|
Total
Pendapatan
|
547,859,994,363.09
|
Sumber DPKKD Kab.Aceh Selatan
Total PAD yang ada dapat digunakan untuk mengalokasikan
infrastruktur supaya dapat memadai.
IDI = PDRB per kapita Tahun 2012 = Rp. 14.599.863,42
d. Environment
Indicator (EI)
Indikator ini menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk
dalam memelihara lingkungannya. Pengukuran yang digunakan adalah indeks
emisi CO2 dan indeks
kepadatan penduduk (rasio antara jumlah penduduk dengan luas daerah). Sementara pengukuran
pada indeks emisi CO2 tidak
terdapat data maka yang digunakan
untuk menghitung EI adalah indeks kepadatan penduduk. Jumlah penduduk yang besar
dapat membantu
pemerintah
untuk
sadar
akan
lingkungan
di sekitarnya.
Tabel
Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Aceh Selatan
No.
|
Kecamatan
|
Ibu Kota
Kecamatan
|
Luas (Ha)
|
Jumlah
|
|
Mukim
|
Gampong
|
||||
1
|
Trumon Timur
|
Krueng
Luas
|
32.509
|
1
|
8
|
2
|
Trumon Tengah
|
Ladang Rimba
|
43.285
|
2
|
10
|
3
|
Trumon
|
Trumon
|
44.065
|
2
|
12
|
4
|
Bakongan Timur
|
Pasie Seubadeh
|
19.582
|
1
|
7
|
5
|
Kota Bahagia
|
Bukit Gading
|
18.645
|
2
|
10
|
6
|
Bakongan
|
Bakongan
|
7.883
|
2
|
5
|
7
|
Kluet
Selatan
|
Suaq
Bakong
|
11.463
|
3
|
17
|
8
|
Kluet Timur
|
Paya Dapur
|
45.992
|
2
|
7
|
9
|
Kluet Tengah
|
Koto Manggamat
|
78.951
|
1
|
13
|
10
|
Kluet Utara
|
Kota Fajar
|
7.370
|
3
|
19
|
11
|
Pasieraja
|
Kampung
Baru
|
10.037
|
2
|
20
|
12
|
Tapaktuan
|
Tapaktuan
|
10.203
|
2
|
15
|
13
|
Samadua
|
Samadua
|
10.666
|
4
|
28
|
14
|
Sawang
|
Sawang
|
19.781
|
4
|
15
|
15
|
Meukek
|
Kota Buloh
|
46.533
|
4
|
22
|
16
|
Labuhanhaji
Timur
|
Tengah
Peulumat
|
9.448
|
2
|
11
|
17
|
Labuhanhaji
|
Labuhanhaji
|
5.383
|
3
|
16
|
18
|
Labuhanhaji Barat
|
Blang Keujeren
|
8.904
|
3
|
13
|
Kabupaten
Aceh Selatan
|
Tapaktuan
|
418.556
|
43
|
248
|
EI =
EI =
EI = 49,7
e. Technology Advancement Indicator (TAI)
Indikator ini menunjukkan
perkembangan
infrastruktur
dan teknologi modern
yang ditunjukkan dengan meluasnya penggunaan internet, mobile telephone dan ekspor produk-produk berteknologi tinggi.
Perkembangan jaringan telekomunikasi dalam beberapa tahun
terakhir cukup menggembirakan,
terlihat dengan
banyaknya penggunaan
perangkat
tersebut oleh
masyarakat baik dalam bentuk telepon
seluler (HP) maupun telepon kabel. Sampai dengan
tahun
2012
terdapat 1.842 penduduk yang memiliki telepon PSTN. Kondisi ini meningkat dibandingkan
tahun 2008 dimana terdapat 1.701 penduduk yang memiliki telepon
PSTN. Jika dilihat dari sebaran pada
tiap kecamatan
yang ada, maka jaringan telepon telah
terjangkau
di
hampir seluruh kecamatan
dalam
Kabupaten Aceh Selatan.
Pengukuran yang digunakan adalah
telephone index
(rasio penggunaan line
telephone PSTN dengan jumlah penduduk)
EI =
EI =
EI = 0.009
f. Human
Resources Indicator (HRI)
Indikator ini menujukkan kualitas sumber daya manusia daerah
tersebut
sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada turis. Pengukuran
HRI
menggunakan indek pendidikan yang terdiri dari rasio
penduduk yang bebas buta huruf dan rasio penduduk yang berpendidikan SD, SMP, SMU, Diploma dan Sarjana.
Tabel
Perkembangan Angka Pendidikan yang
Ditamatkan (APT) Kabupaten Aceh Selatan Tahun
2008-2012
NO
|
APT
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
1.
|
SD
|
21,44
|
24,18
|
26,32
|
25,32
|
37,81
|
2.
|
SMP
|
17,05
|
20,79
|
18,96
|
17,32
|
18,12
|
3.
|
SMA
|
32,01
|
35,01
|
33,49
|
34,68
|
21,52
|
4.
|
Perguruan
Tinggi
|
9,99
|
9,06
|
13,08
|
9,52
|
5,55
|
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan.
Tabel
Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2008-2012
Kabupaten Aceh Selatan
NO
|
Uraian
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
1
|
Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun
yang
bisa membaca dan menulis
|
121.409
|
121.213
|
134.923
|
136.496
|
141.944
|
2
|
Jumlah penduduk
usia 15 tahun
keatas
|
125.138
|
127.203
|
137.874
|
139.448
|
146.288
|
3
|
Angka melek huruf
|
97,02
|
97,65
|
97,86
|
97,88
|
97,03
|
Sumber :Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan.
EI =
EI =
EI = 1,2
g. Openess Indicator (OI)
Indikator ini menunjukkan tingkat keterbukaan destinasi
terhadap perdagangan internasional dan turis
internasional. Pengukurannya menggunakan rasio jumlah wisatawan mancanegara dengan total PAD.
Tabel
Aspek Bidang Pariwisata
No
|
Indikator
|
Tahun
|
%
Pertumbuhan
|
||||
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
|||
1.
|
Jumlah Kunjungan
Wisata
mancanegara
|
1.739
|
2.058
|
3.453
|
4.380
|
5.080
|
93,61
|
Sumber : Disbudparpora Kabupaten Aceh Selatan
OI =
OI =
OI
= 0,0000003
h. Social Development
Indicator (SDI)
Indikator ini menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis
untuk berwisata di daerah destinasi. Ukuran SDI
adalah lama rata-rata masa tinggal
turis di Kabupaten Aceh
Selatan adalah 1 hari.
BAB
IV
PENUTUP
Dari
8 (delapan) indikator yang mempengaruhi daya saing pariwisata Kabupaten Aceh
Selatan, faktor-faktor yang mempengaruhi ketertarikan wisatawan untuk berwisata
ke Kabupaten Aceh Selatan sekarang ini adalah Faktor Purchasing Power
Parity (PPP) yang
diproksikan dengan rata-rata
tarif minimum hotel , Environment
Indicator (EI), Human Resources
Indicator (HRI) yang diukur dengan
tingkat pendidikan. Hal ini memperlihatkan
semakin besar bobot indeks variabel-variabel tersebut maka semakin besar pula
peluang wisatawan yang merencanakan wisatanya ke Kabupaten Aceh Selatan
Supaya daya
saing sektor Pariwisata Kabupaten Aceh Selatan mempunyai potensi dan kondisi menarik
dan beragam, maka faktor-faktor dalam variabel lainnya seharusnya juga
mempunyai bobot indeks yang tinggi,
sehingga jumlah kunjungan wisatawan akan terus meningkat. Rendahnya
indeks Bobot Technology Advancement Indicator (TAI)
, Openess Indicator (OI), Social Development Indicator (SDI), Infrastructure
Development Indicator (IDI),
dan Human Tourism Indicator (HTI), dikarenakan infrastruktur daerah
yang minim, income perkapita yang masih dibawah rata-rata regional Aceh, dan fasilitas
(sarana dan prasarana) kepariwisataan masih kurang mendukung baik dari segi
kualitas maupun kuantitas.
Selain itu juga
anggaran yang dialokasikan Pemerintah Kabupaten untuk pengembangan kualitas kepariwisataan
maupun kuantitas kepariwisataan Kabupaten Aceh Selatan sangat terbatas.
Strategi yang
dapat direkomendasikan adalah peningkatan alokasi anggaran pengembangan infrastruktur
parawisata, ekpose promosi pariwisata serta koordinasi dengan pihak swasta yang
lebih intens untuk memajukan sektor kepariwisataan di Kabupaten Aceh Selatan.
Dengan berkembangnya sektor Pariwisata di Kabupaten Aceh Selatan akan berdampak
positif terhadap peningkatan jumlah PAD dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di
sektor lapangan usaha lain sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat akan
meningkat.
DAFTAR
PUSTAKA
BPS.2013.Aceh
Selatan Dalam Angka 2012.BPS Aceh Selatan
Pemkab Aceh Selatan. 2012. LKPD
tahun 2012. Pemka Aceh Selatan. Tapaktuan.
Porter.M.
E.1990. 1998 . The Competitiveness Advantage of Nation. London. Macmillan
World
Travel and Tourism council(WWTC). Indikator daya saing parawisata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar