Oleh :
TAPI SARI SIREGAR
NIM: 137003051
NIM: 137003051
BAB I
I. Pendahuluan
I.1. Latar
Belakang
Pembangunan diidentikkan dengan upaya peningkatan pendapatan per kapita,
atau populer disebut dengan strategi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan
tolok ukur perekonomian suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi
kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan (Tambunan,
2001). Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita
daerah dalam
jangka panjang, dan merupakan salah satu tujuan penting dari kebijakan ekonomi makro untuk mengetahui
kemajuan dan kesejahteraan suatu perekonomian daerah.
Menurut
Sjafrizal (2008) untuk mengukur keberhasilan suatu pembangunan ekonomi daerah
terdapat beberapa indikator yang lazim digunakan sebagai alat ukur. Indikator
yang lazim digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang bisa
menjadi petunjuk kinerja perekonomian secara umum sebagai ukuran kemajuan
suatu daerah. Indikator lain adalah tingkat pertumbuhan, pendapatan
perkapita dan pergeseran/perubahan struktur ekonomi.
Masalah yang
timbul adalah pembangunan secara spasial tidak selalu berlangsung sistemik.
Beberapa daerah mencapai pertumbuhan cepat, sementara beberapa daerah lain
mengalami pertumbuhan yang lambat. Daerah-daerah tersebut tidak mengalami
kemajuan yang sama di sebabkan oleh karena kurangnya sumber-sumber yang mendukung
untuk kemajuan pertumbuhan ekonomi dimaksud.
Menurut Arsyad (1992:21), perencanaan
pembangunan ekonomi ini ditandai dengan adanya usaha untuk memenuhi berbagi
ciri tertentu serta adanya tujuan yang bersifat pembangunan dengan
perencanaan-perencanaan yang lain. Menurutnya, ciri-ciri dari suatu perencanaan
pembangunan ekonomi adalah adanya usaha-usaha yang dicerminkan dalam rencana
untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang mantap (steady social economic
growth). Ciri lainnya adalah adanya usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk
meningkatkan pendapatan perkapita, usaha untuk mengadakan perubahan struktur
ekonomi (diversifikasi ekonomi), usaha perluasan kesempatan kerja, dan usaha pengembangan wilayah secara
berkelanjutan.
Tingkat daya saing (competitiveness) merupakan salah satu
parameter dalam konsep kota
berkelanjutan. Semakin tinggi tingkat daya saing suatu kota, maka
tingkat
kesejahteraan masyarakatnya pun semakin tinggi.
Variabel-variabel yang diukur dalam
pengukuran tingkat daya saing pada penelitian ini adalah variabel
perekonomian daerah, variabel infrastruktur dan sumber daya alam, serta variabel sumber daya manusia. dan membandingkannya
dengan kebijakan (fungsi kawasan
strategis, struktur wilayah dan sektor
unggulan) masing-masing kabupaten /kota.
Demikian
juga halnya dengan Kabupaten Dairi yang terletak di provinsi Sumatera Utara
yang memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi di
wilayah sekitarnya. Dari data PDRB saja belum dapat dilihat performa atau
kinerja sektor-sektor atau subsektor-subsektor di Kabupaten Dairi dibandingkan
dengan kinerja perekonomian provinsi. Hal ini belum menjelaskan kontribusi
subsektor terhadap subsektor provinsi secara keseluruhan, sehingga tidak dapat
mengetahui dan menentukan subsektor kunci yang strategis (unggul) di Kabupaten
Dairi. Untuk mengetahui informasi sektoral lebih jauh, perlu adanya telaah yang
lebih jauh tentang subsektor apa saja yang memiliki keunggulan dalam
pembangunan ekonomi di Kabupaten Dairi.
Untuk itu
diperlukan adanya analisis Location Quotient (LQ) untuk dapat
mengetahui sektor-sektor ekonomi manakah yang termasuk unggulan di Kabupaten Dairi. Dengan melakukan penelitian terhadap struktur ekonomi potensi wilayah
di Kabupaten Dairi, maka akan diketahui pergeseran-pergeseran pada
sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Dairi tersebut, serta mengetahui
sektor-sektor potensial di daerah tersebut, sehingga pemerintah daerah dapat
memprioritaskan perencanaan pembangunan terhadap seluruh sektor-sektor baik yang
menjadi sektor potensial maupun yang tidak potensial dalam struktur perekonomian
di Kabupaten Dairi.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1.Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Dairi. Data-data pendukung lainnya
seperti buku, artikel, jurnal dan lain-lain diperoleh dari Lembaga Sumberdaya
Informasi (LSI) IPB, maupun perpustakaan BPS.
2.2.Location Quotient (LQ)
Location Quotient (LQ) merupakan suatu teknik analisis yang digunakan
untuk menentukan sektor basis/pemusatan dan non basis, dengan tujuan untuk
melihat keunggulan komparatif suatu daerah dalam menentukan sektor unggulannya.
Berdasarkan hasil perhitungan LQ
dapat dianalisis dan disimpulkan sebagai berikut
a)
Jika LQ lebih besar dari satu (LQ > 1), merupakan sektor
basis dan berpotensi untuk ekspor,artinya spesialisasi kota/kabupaten lebih
tinggi dari tingkat propinsi.
b)
Jika LQ lebih kecil dari satu (LQ<1), merupakan sektor non
basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih rendah dari tingkat
propinsi.
c)
Jika LQ sama dengan satu (LQ=1), berarti tingkat spesialisasi
di kabupaten sama dengan tingkat propinsi.
Asumsi dari teknik ini adalah bahwa
semua penduduk di setiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola
permintaan pada tingkat nasional, produktivitas tenaga kerja sama dan setiap
industri menghasilkan barang yang homogen. Secara keseluruhan analisis LQ
memberikan petunjuk yang sangat baik untuk melihat keadaan ekonomi wilayah dan
potensinya dimasa yang akan datang. Sedangkan kelemahannya antara lain
merupakan indikator kasar yang deskriptif, merupakan kesimpulan sementara dan
tidak memperhatikan struktur ekonomi setiap daerah, selera atau pola konsumsi
dari anggota masyarakat adalah berlainan baik antar daerah maupun dalam suatu
daerah, serta adanya perbedaan sumberdaya yang bisa dikembangkan disetiap
daerah.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Struktur Ekonomi dan pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Dairi
Struktur perekonomian dapat dilihat dengan pendekatan
makro sektoral berdasarkan kontribusi masing-masing sektor terhadap pembentukan
PDRB. Struktur ekonomi dapat menggambarkan kemajuan suatu daerah.
Pada
kasus ini akan di bahas tentang kondisi LQ pada Kabupaten Dairi dengan daerah
reprentase Propinsi Sumatera Utara dan kondisi tersebut dapat
dilihat pada grafik di bawah ini :
PDRB Kabupaten Dairi Tahun 2009 - 2013 berdasarkan harga Konstan
NO
|
Lapangan Usaha/Sektor
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
1
|
Pertanian
|
1.159.009,48
|
1.194.240,72
|
1 233 843,67
|
1 268 441,73
|
1.310.804,04
|
2
|
Pertambangan
dan Penggalian
|
1.198,67
|
1.244,48
|
1 292,42
|
1 325,26
|
1.395,36
|
3
|
Industri
dan Pengolahan
|
5.223,70
|
5.497,95
|
5 826,83
|
6 083,71
|
6.365,09
|
4
|
Listrik,
Gas dan air Bersih
|
5.063,40
|
5.229,04
|
5 463,30
|
5640,00
|
5.842,75
|
5
|
Bangunan
|
55.057,60
|
57.204,85
|
60 208,21
|
63 235,82
|
66.442,07
|
6
|
Perdagangan
|
211.734,47
|
229.248,25
|
252 396,36
|
270 927,47
|
291.845,06
|
7
|
Pengangkutan
dan komunikasi
|
59.237,66
|
63.123,01
|
67
968,04
|
71 995,23
|
76.885,45
|
8
|
Keuangan,
Persewaan dan Jasa perusahaan
|
18.780,21
|
19.452,88
|
20 572,90
|
21 519,21
|
22.392,88
|
9
|
Jasa
– jasa
|
118.838,18
|
128.890,06
|
147
055,50
|
162
856,41
|
170.613,19
|
PDRB
|
1.634.143,37
|
1.704.131,24
|
1
789 802,45
|
1
872 024,84
|
1.952.585,90
|
Laju Pertumbuhan PDRB
Kabupaten Dairi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2013 (%) Berdasarkan Harga Konstan
NO
|
Lapangan Usaha/Sektor
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
1
|
Pertanian
|
3,34
|
4,01
|
4,01
|
4,48
|
4,51
|
2
|
Pertambangan
dan Penggalian
|
5,29
|
5,73
|
6,08
|
5,56
|
7,25
|
3
|
Industri
dan Pengolahan
|
4,63
|
4,62
|
4,47
|
5,27
|
5,31
|
4
|
Listrik,
Gas dan air Bersih
|
3,59
|
4,31
|
4,83
|
5,28
|
5,33
|
5
|
Bangunan
|
5,07
|
5,61
|
5,77
|
4,52
|
5,18
|
6
|
Perdagangan
|
7,72
|
6,26
|
6,35
|
6,79
|
6,80
|
7
|
Pengangkutan
dan komunikasi
|
6,79
|
5,63
|
6,52
|
8,88
|
8,45
|
8
|
Keuangan,
Persewaan dan Jasa perusahaan
|
4,06
|
5,93
|
5,51
|
7,91
|
6,27
|
9
|
Jasa
– jasa
|
9,81
|
10,09
|
11,98
|
8,40
|
8,27
|
PDRB
|
4,72
|
5,02
|
5,28
|
5,44
|
5,46
|
PDRB Per Kapita ADH Berlaku dan ADH Konstan 2000 Tahun
2009-2013
Kabupaten Dairi
Tahun
|
ADH
Berlaku
|
ADH
Konstan 2000
|
||
Nilai (Rp)
|
Pertumbuhan (%)
|
Nilai (Rp)
|
Pertumbuhan (%)
|
|
2009
|
12.389,94
|
8,86
|
7.130,10
|
4,72
|
2010
|
13.955,76
|
11,34
|
7.575,61
|
5,02
|
2011
|
15.502,98
|
11,87
|
7.919,19
|
5,28
|
2012
|
17.254,65
|
11,95
|
8.301,06
|
5,44
|
2013
|
19.367,10
|
12,98
|
8.697,13
|
5,46
|
3.2. LQ Kabupaten Dairi
Analisis Location
Quotient (LQ) digunakan untuk mengetahui
sektor-sektor ekonomi manakah yang termasuk sektor basis atau berpotensi ekspor
dan manakah yang termasuk bukan merupakan sektor basis. Hal tersebut dapat
terlihat jika LQ menunjukkan angka lebih dari satu (LQ > 1)
berarti sektor tersebut merupakan sektor basis. Kemudian jika hasil menunjukkan
angka kurang dari satu (LQ<1) berarti sektor tersebut bukan merupakan
sektor basis.
Dari kedua hal
tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan
sektor yang memiliki kekuatan ekonomi yang cukup baik dan sangat berpengaruh
terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dairi serta sektor ini sudah mampu memenuhi kebutuhan daerahnya
sendiri bahkan sudah berpotensi untuk di ekspor.
Sektor Pertambangan dan
Penggalian
Sektor
Pertambangan dan Penggalian bukan merupakan sektor basis yang mendukung
terhadap peningkatan perekonomian di kabupaten yang menjadi pengamatan, hal ini
didasarkan pada nilai LQ setiap kabupaten yang lebih kecil dari 1.
Sektor Industri Pengolahan
Sektor
Industri Pengolahan merupakan sektor basis yang mendukung terhadap peningkatan
perekonomian di Kabupaten Dairi nilai LQ < 1.
Sektor Listrik, Gas dan
Air Bersih
Sektor Listrik, Gas dan
Air Bersih merupakan sektor basis yang
mendukung terhadap peningkatan perekonomian di Kabupaten Dairi yang
lebih besar dari 1.
Sektor Bangunan
Sektor Bangunan merupakan sektor basis yang mendukung terhadap
peningkatan perekonomian di Kabupaten Dairi dengan angka hampir mendekati 1.
Sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran
Sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran bukan merupakan sektor basis yang
mendukung terhadap peningkatan perekonomian didasarkan pada nilai LQ yang
kurang dari 1.
Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi
Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi merupakan bukan merupakan sektor basis karena nilai
LQ < 1.
Sektor Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan
Sektor
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan bukan merupakan sektor basis yang mendukung
terhadap peningkatan perekonomian ini didasarkan pada nilai LQ yang kurang dari
1.
Sektor Jasa-jasa
Sektor
Jasa-jasa merupakan sektor basis yang mendukung
terhadap peningkatan perekonomian di Kabupaten Dairi
dengan nilai LQ >1
BAB IV
KESIMPULAN
1.
Dari Analisis tersebut
menunjukkan bahwa sektor pertanian, peternakan, kehutanan
dan perikanan merupakan sektor yang memiliki kekuatan ekonomi yang cukup
baik dan sangat berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Dairi serta sektor ini sudah mampu memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri bahkan
sudah berpotensi untuk di ekspor.
2.
Demikian juga halnya dengan
Kabupaten Dairi yang terletak di provinsi Sumatera Utara yang memiliki sektor
unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitarnya.
Dari data PDRB saja belum dapat dilihat performa atau kinerja sektor-sektor
atau subsektor-subsektor di Kabupaten Dairi dibandingkan dengan kinerja
perekonomian provinsi. Hal ini belum menjelaskan kontribusi subsektor terhadap
subsektor provinsi secara keseluruhan, sehingga tidak dapat mengetahui dan
menentukan subsektor kunci yang strategis (unggul) di Kabupaten Dairi
3.
Untuk
meningkatkan daya saing kekuatan ekonomi maka Pemerintah
Daerah Kabupaten Dairi perlu mengembangkan sektor pertanian terutama subsektor
pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan yang memiliki
beberapa keunggulan dan juga mensinergikan dengan sektor perdagangan, dan
angkutan agar dihasilkan multiplier effect terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat dan percepatan pembangunan ekonomi yang lebih efektif
dengan tidak mengabaikan sektor-sektor ekonomi lainnya.
Daftar Pustaka
Arsyad,
Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Edisi IV, BPFE Yogyakarta.
Aziz, Iwan Jaya. 1994. Ilmu Ekonomi Regional dan
Beberapa Aplikasinya Di Indonesia. Lembaga Penerbit FE-UI,
Jakarta.
BPS. 2001. Tinjauan Ekonomi Regional Indonesia
1996-1998. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Edisi
1. Yogyakarta: BPFE.
Bendavid
- Val, Avrom (1991), Regional and Local Economic Analysis for
Practitioners Fourt Edition, New York, Praeger Publisher
Deliarnov. 2005. Perkembangan Pemikiran Ekonomi,
Ed. Revisi., 4. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Depdagri. 2007. ”Buku Pegangan Penyelenggaraan
pemerintahan dan Pembangunan Daerah”. Jakarta
Kartasasmita (1996), Pembangunan untuk rakyat
Sjafrizal. 2008. Ekonomi
Regional, Teori dan Aplikasi. Baduose Media, Padang.
Todaro, M.P, 2000, Economic Development, Seventh Editions, New York,
Addition Wesley Longman, Inc.
Todaro, Michael P. 1994. Pembangunan Ekonomi di
Dunia Ketiga, Jilid 2. Burhanuddin dan Haris [penerjemah]. Erlangga,
Tambunan, Tulus. 2001. Perekonomian
Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Tarigan, Robinson. 2003. Ekonomi Regional, Teori
dan Aplikasi (edisi revisi). Bumi Aksara, Jakarta.
www.wikipedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar