Oleh:
Dedi Fadillah
NIM: 137003049
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Seiring
dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, semangat otonomi telah membuat daerah-daerah otonom untuk
berlomba-lomba memajukan daerahnya sendiri. Dengan banyaknya kewenangan yang
diberikan kepada daerah, maka daerah akan lebih leluasa untuk mengembangkan
potensi yang ada di daerahnya masing-masing. Dengan mengembangkan potensi yang
ada di daerah ini diharapkan dapat meningkatkan PAD guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Walaupun sebagian besar APBD daerah masih tergantung
pada pusat, setidaknya dengan meningkatkan PAD melalui potensi unggulan daerah
ini akan sangat membantu keuangan daerah.
Sejak dimulainya era otonomi berarti setiap daerah harus mampu menggali
sebesar-besarnya potensi unggulan yang dimiliki dan mampu mengembangkannya.
Dengan demikian daerah tersebut akan mampu menyelenggarakan pemerintahannya
sendiri secara mandiri sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1.2.
Sejarah
Singkat Kabupaten Lima Puluh Kota
Kabupaten
Lima Puluh Kota terbentuk pada awal kemerdekaan, tepatnya tanggal 8 Oktober
1945. Pada saat itu Muhammad Syafei sebagai Residen yang I (pertama) untuk
Sumatera Tengah mengeluarkan ketetapan yang membagi Sumatera Tengah menjadi
delapan Luak, yaitu Luak Padang dan sekitarnya, Painan, Kerinci/Indrapura,
Tanah Datar, Agam, Lima Puluh Kota, Solok/Sawahlunto, dan Pasaman. Untuk Kepala
Luak Lima Puluh Kota diangkatlah Syafiri Gelar St. Pangeran.
Pada
tanggal 15 November 1945, Roesad Dt. Perpatih Baringek diangkat sebagai Residen
II (kedua) Sumatera Tengah. Dan pada tanggal 23 Januari 1946 terjadi perubahan
dalam kepamongprajaan, dimana sebutan Kepala Luak diganti dengan sebutan Wali
Luak. Saat itu diangkatlah Bagindo Moerad sebagai Wali Luak Lima Puluh Kota,
dan diangkat pula :
1. Demang
Suliki yaitu Arisoen St. Alamsyah dari anggota Komite Nasional Payakumbuh
2. Demang
Payakumbuh yaitu Malik Sidik dari anggota Komite Nasional Bukittinggi
3. Demang
Bangkinang yaitu Sutan Bahroemsyah dari wakil demang Bangkinang
Berdasarkan
Peraturan Komisaris Pemerintah Pusat di Bukittinggi No.81/Kom/U tanggal 30
November 1948, Luak Lima Puluh Kota berubah nama menjadi Kabupaten Sinamar
dengan wilayah mencakup kewedanaan Payakumbuh, Suliki dan Tanah Datar dengan
ibukotanya Payakumbuh. Akan tetapi sebelum pemerintah terbentuk pihak
penjajahan Belanda melancarkan Agresi ke II-nya. Selama Agresi Belanda
Kabupaten Lima Puluh Kota dipimpin oleh Bupati Militer Arisun St. Alamsyah, dan
setelah beliau gugur di Situjuh tanggal 15 Januari 1946 digantikan oleh Bupati
Militer Saalah Sutan Mangkuto.
Setelah
Cease fire yaitu tanggal 9 November 1949 dikeluarkanlah Instruksi Gubernur
Militer No.10/GM/S.T/49 Propinsi Sumatera Tengah tentang pembentukan Kabupaten
berotonomi, seperti yang dimaksudkan oleh UU No.22 tahun 1948, dimana untuk
Kabupaten Lima Puluh Kota diresmikan pada tanggal 19 November 1949 dengan
wilayah Kecamatannya yaitu: Payakumbuh, Luhak, Harau, Guguk, Suliki, Pangkalan
Koto Baru, dan Kapur IX. Selanjutnya di era otonomi yaitu sejak di
berlakukannya UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah jumlah Kecamatan
mengalami perubahan menjadi 13 Kecamatan serta Pemerintahan desa yang semula
berjumlah 180 desa berubah menjadi pemerintahan nagari yang berjumlah sebanyak
76 nagari.
BAB
II
GAMBARAN
UMUM DAN KONDISI DAERAH
2.1.
Kondisi
Fisik.
Kabupaten
Lima Puluh Kota merupakan daerah yang terletak pada bagian Timur Wilayah
Propinsi Sumatera Barat, dan merupakan pintu gerbang Sumatera Barat menuju
pantai Timur pulau Sumatera. Pantai Timur yang berbatasan langsung dengan
perdagangan Selat Malaka termasuk ke dalam “ Development Gravity Centre “ dunia
Abad 21. Menjadikan daerah ini sebagai wilayah jalur strategis perdagangan
utama menuju wilayah Timur. Secara geo ekonomis terintegrasi langsung dengan
perekonomian wilayah Propinsi Riau.
Secara
geografis terletak antara 00 22’ LU dan 00 23’ LS’ serta antara 1000 16’ - 1000
51’ BT, dengan luas daratan mencapai 3.354,30 Km2. Kabupaten ini memiliki batas
wilayah administratif dengan :
-
Sebelah Utara dan Timur
: Kabupaten Kampar dan Rokan Hulu di Propinsi Riau;
-
Sebelah Selatan :
Kabupaten Tanah Datar di Propinsi Sumatera Barat;
-
Sebelah Barat :
Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Agam di Propinsi Sumatera Barat.
Secara administratif
Kabupaten Lima Puluh Kota terdiri dari 13 Kecamatan dan 76 Nagari. Kecamatan
yang terluas adalah Kecamatan Kapur IX dengan luas 723,36 Km2 dan yang terkecil
adalah Kecamatan Luak dengan luas 61,68 Km².
Topografi
Kabupaten Lima Puluh Kota bervariasi antara datar, landai, bergelombang dan
berbukit-bukit, dimana dapat diklasifikasikan atas datar (0–2 %) seluas 51.718
hektar, landai (2–5 %) seluas 56.441 hektar, bergelombang s/d curam (15-40 %)
seluas 110.927 hektar, dan sangat curam (lebih dari 40 % ) seluas 116.344 hektar.
Sementara ketinggiannya berkisar antara 110 meter s/d 791 meter. Di daerah ini
juga terdapat 3 buah gunung berapi yang sudah tidak aktif lagi yaitu Gunung
Sago (2.261 M), Gunung Bungsu (1.253 M) dan Gunung Sanggul (1.495 M). Dari
sudut tinjauan fisiografis, wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota terletak pada
kawasan pegunungan Bukit Barisan yang merupakan pegunungan patahan dengan dua
jalur lembah (basin), masing-masing basin Batang Sinamar yang bermuara ke
sungai Batang Hari di Propinsi Jambi dan basin Batang Kampar yang bermuara ke
sungai Kampar di Propinsi Riau.
Dilihat
dari jenis tanah yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota, bagian yang terluas
adalah tanah dari jenis Podzolik Merah Kuning (PMK) yang didominasi oleh jenis
kompleks PMK dengan Latosol dan Litosol. Diikuti oleh jenis tanah PMK dari
batuan induk Alluvial di perbatasan Propinsi Riau. Sementara untuk tekstur
tanah dapat diklasifikasikan atas halus seluas 62.325 ha, sedang seluas 237.608
ha, kasar seluas 35.497 ha. Dengan kedalaman efektif lebih dari 60 cm seluas
90.855 ha, kedalaman efektif 60 – 90 cm seluas 87.191 ha, dan yang kedalaman
efektifnya lebih dari 90 cm seluas 157.384 ha, artinya 46,92 % dari tanah di
Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki kedalaman efektof yang cukup dalam yaitu
lebih dari 90 cm.
Curah
hujan tahunan rata-rata di Kabupaten Lima Puluh Kota 2.395 mm, dengan jumlah
hari hujan 167 hari. Sepanjang tahun yaitu selama 11 bulan adalah bulan basah,
dan tidak ada bulan kering.
Kabupaten
Lima Puluh Kota dilihat dari tinjauan hidrografis dilalui oleh dua bagian
Daerah Aliran Sungai (DAS). Kedua bagian DAS itu masing-masing adalah DAS
Kampar yang terletak di bagian Utara dan DAS Kuantan di bagian Selatan. Bagian
hulu DAS Kampar diantaranya meliputi Sub DAS Mahat dengan beberapa anak sungai,
diantaranya batang Mahat dengan panjang 125 km, batang Kapur (40 km), Batang
Kampar (75 km), Batang Paiti (31 km), Batang Mongan (72 km), Batang Mangilang
(20 km), Batang Rompangan, dan Batang Samo. Di bagian hulu DAS Kuantan (Sub DAS
Sinamar) mengalir pula sejumlah anak sungai, masing-masing Batang Sinamar (75
km), Batang Agam (25 km), Batang Lampasi (30 km), Batang Pinago, Batang Mungo
(22 km), Batang Coran, Batang Liki (11 km), dan Batang Sanipan (20 km).
Dari
335.430 Ha luas Kabupaten Lima Puluh Kota, seluas 143..938 Ha berupa Hutan
Lindung (HL), seluas 27.060 Ha Hutan Suaka Alam dan Wisata (HSAW), seluas
30.300 Ha Hutan Produksi (HP) yang terdiri dari Hutan Produksi Tetap seluas
6.200 Ha, Hutan Produksi Terbatas seluas 8.915 Ha, Hutan yang dapat dikonversi
seluas 15.185 Ha. Sisanya adalah Areal Penggunaan Lain (APL) yaitu seluas
134.132 Ha yang terdiri dari Lahan basah seluas 25.641 ha yang dapat dbagi lagi
atas sawah Irigasi (produktif seluas 14.090 Ha dan tidak produktif seluas 6.641
ha), Sawah Non Irigasi seluas 1.555 Ha, Rawa-rawa 221 Ha, Kolam/tebat/embung
seluas 1.320 Ha, waduk/danau seluas 1.814 Ha. Serta Lahan Kering seluas 108.491
Ha yang dapat dibagi lagi atas Perkebunan seluas 38.250 Ha, Permukiman/Pekarangan
seluas 7.684 Ha, Industri seluas 171 Ha, Pertambangan seluas 375 Ha, Lahan
terlantar/semak belukar 36.650 Ha, Penggunaan lainnya seluas 25.361 Ha.
2.2.
SOSIO
– DEMOGRAFI.
Jumlah
penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota menurut Kabupaten dalam Angka tahun 2004
berjumlah 325.157 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 160.176 jiwa dan
perempuan sebanyak 164.981 jiwa, dan pada tahun 2005 naik menjadi 327.652 jiwa
yang terdiri dari laki-laki sebanyak 161.467 jiwa dan perempuan sebanyak
166.185 jiwa. Artinya telah terjadi kenaikan sebanyak 2.495 jiwa atau laju
pertumbuhannya sebesar 0,76 persen. yang terdiri dari laki-laki 1.291 jiwa
(0,39 persen) dan perempuan 1.452 jiwa (0,44 persen). Bila dilihat dari sisi
sex ratio antara laki-laki dengan perempuan pada tahun 2004 adalah 97,09 persen
dan pada tahun 2005 adalah 97,16 persen. Jadi masih terlihat bahwa perempuan
jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki.
Kepadatan
penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2005 mencapai 98 jiwa per Km2
dengan luas Kabupaten sebesar 3.354,30 Km2. Kecamatan yang paling tinggi
tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Luak dengan tingkat kepadatan
sebesar 376 jiwa per Km2, dan Kecamatan yang paling rendah tingkat kepadatan
penduduknya adalah Kecamatan Kapur IX dengan tingkat kepadatan hanya sebesar 36
jiwa per Km². Bila dilihat jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten
Lima Puluh Kota masih didominasi oleh penduduk usia muda yaitu sebanyak 100.460
jiwa atau 30,66 persen, sementara untuk kelompok umur usia produktif (15-64)
sebanyak 199.852 jiwa atau 61,00 persen dan kelompok umur penduduk usia tua
sebanyak 27.340 jiwa ( 8,34 persen), dari gambaran di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa bentuk piramida penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota berbentuk
segitiga, dimana jumlah penduduk yang usia muda lebih banyak jumlahnya dari
penduduk yang berusia tua maka dengan demikian angka beban tanggungan
(dependency ratio) juga ikut tinggi. Angka beban tanggungan Penduduk Kabupaten
Lima Puluh Kota pada tahun 2005 adalah 39 %. Bila dibandingkan dengan daerah
lain di Sumatera Barat, maka jumlah penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota
menempati urutan ke 6 (enam). Daerah yang memiliki jumlah penduduk terbanyak
adalah Kota Padang dan yang paling sedikit adalah Kota Padang Panjang.
Secara
umum angkatan kerja adalah tenaga kerja yang bekerja, sedangkan definisi dari
angkatan kerja itu adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat
atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang
dan jasa. Jumlah tenaga kerja di Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2005
adalah sebanyak 227.192 orang, dimana 117.447 orang diantaranya adalah tenaga
kerja perempuan dan sisanya sebanyak 109.746 orang adalah tenaga kerja
laki-laki, sedangkan jumlah angkatan kerja secara keseluruhan berjumlah 161.240
orang, 94.414 orang diantaranya adalah angkatan kerja laki–laki dan perempuan
sebanyak 66.826 orang, dari sini dapat digambarkan bahwa tenaga kerja yang
bekerja itu pada umumnya adalah laki – laki sedangkan perempuan kurang aktif
dan tidak mau bekerja sesuai dengan kemampuannya. Dari 161.240 orang angkatan
kerja yang ada 150.817 orang diantaranya sudah bekerja dan dari jumlah tersebut
91.182 orang adalah tenaga laki-laki dan perempuan sebanyak 59.635 orang,
sedangkan yang sedang mencari pekerjaan jumlahnya 10.423 orang dan 3.232 orang
dintaranya adalah laki-laki dan perempuan sebanyak 7.191 orang. Tenaga kerja
yang bukan angkatan kerja berjumlah 65.953 orang yang terbanyak dari jumlah
tersebut adalah perempuan yaitu dengan jumlah 50.621 orang, Tenaga kerja yang
bukan tenaga kerja ini pada umumnya adalah tenaga kerja yang masih menuntut
ilmu disekolah yang berjumlah 15.252 orang dan yang lainnya berjumlah sebesar
50.701 orang. Secara umum persentase angkatan kerja dengan jumlah penduduk
secara keseluruhan adalah 49,21 %.
Ditinjau
dari lapangan usaha yang mereka lakukan yang terbanyak itu adalah lapangan
usaha pertanian yaitu dengan jumlah 86.862 orang kemudian di ikuti oleh bidang
perdagangan yaitu sebesar 20.225 orang, kemudian jasa dengan jumlah 17.525
orang dan industri berjumlah 13.639 orang serta lapangan usaha lainnya dibawah
sepuluh ribu orang. Kalau ditinjau berdasarkan status pekerjaannya maka
didominasi oleh mereka yang berusaha sendiri ( self empoyed ) yaitu berjumlah
31.603 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 20.140 orang dan perempuan
11.463 orang, kemudian diikuti oleh mereka yang berusaha dengan buruh tidak
tetap yaitu sebanyak 29.631 orang yang terdiri dari laki-laki 23.599 orang dan
perempuan sebanyak 6.032 orang, kemudian diikuti oleh buruh/karyawan swasta
berjumlah 29.284 orang dari jumlah tersebut 17.229 orang merupakan laki-laki
dan selebihnya adalah tenaga perempuan. Selanjutnya lapangan usaha yang paling
sedikit diminati adalah mereka yang bekerja bebas di non pertanian yaitu
berjumlah 4.757 orang dari jumlah itu 3.784 orang merupakan tenaga laki-laki
dan 9873 orang adalah merupakan tenaga perempuan.
Dari
data di atas dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja laki – laki lebih dominan
bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, namun demikian tenaga perempuanpun
juga ikut dalam menopang kehidupan keluarga dengan arti kata bahwa penduduk
perempuan Kabupaten Lima Puluh kota termasuk perempuan yang suka berkarya dan
tidak hanya mengharapkan dari suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga.
BAB III
ANALISIS KUALITAS
SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) PENDUDUK
3.1.
Pendapatan
Perkapita
PDRB
perkapita dan Pendapatan perkapita menggambarkan rata-rata pendapatan yang
diterima penduduk suatu wilayah pada tahun tertentu. Secara konseptual PDRB
perkapita diperoleh dari cara membagi total PDRB dengan jumlah penduduk
pertengahan yahun pada taun yang sama. Adapun pendapatan regional perkapita
didapat dari pengurangan total PDRB dengan penyusutan dan pajak tak langsung
neto, dan hasil pengurangan trersebut dibagi dengan penduduk pertengahan pada
tahun yang sama.
Pendapatan
per kapita tahun 1999 daerah yang menjadi salah satu cikal bakal ranah Minang
ini besarnya Rp 4,8 juta, di atas rata- rata Sumatera Barat yang mencapai Rp
4,5 juta. Data terbaru PDRB Limapuluh Kota berjumlah 8,11 juta rupiah pada
tahun 2004 atau naik sebesar 11,56 persen dibandingkan tahun 2003 sebesar 7,27
juta rupiah. Dari data ini maka didapatlah pendapatan regional perkapita
Limapuluh Kota sebesar 7,66 juta. Rupiah pada tahun 2004 atau naik sebesar
11,49 persen dari tahun 2003 sebesar 6,88 juta rupiah.
3.2.
Pendidikan.
Pendidikan
merupakan salah satu modal penting untuk menjamin keberlanjutan antar generasi
dalam mempertahankan eksistensi bangsa dan negara. Pendidikan yang berkualitas
akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu
menjalankan tongkat estafet keberlanjutan pembangunan di masa yang akan datang.
Namun demikian, dalam proses pelaksanaanya, banyak tantangan dan kendala yang
dihadapi oleh pemerintah daerah untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas tersebut.
Dalam era globalisasi yang pengaruhnya semakin meluas, tantangan dan kendala yang dihadapi semakin kompleks dan perlu dipikirkan bersama bagaimana mencari solusi untuk pemerataan pendidikan secara merata dan berkesinambungan. Pelayanan pendidikan bagi semua anak usia sekolah perlu lebih ditingkatkan.
Dalam era globalisasi yang pengaruhnya semakin meluas, tantangan dan kendala yang dihadapi semakin kompleks dan perlu dipikirkan bersama bagaimana mencari solusi untuk pemerataan pendidikan secara merata dan berkesinambungan. Pelayanan pendidikan bagi semua anak usia sekolah perlu lebih ditingkatkan.
Pemerintah
Kabupaten Lima Puluh Kota, dalam hal ini Dinas Pendidikan secara
berkesinambungan membutuhkan data pendidikan yang akurat dan objektif sebagai
referensi dalam mengambil kebijakan yang tepat di bidang pendidikan. Pendidikan
perlu dikelola secara lebih profesinal dengan mengacu kepada tujuan yang telah
ditetapkan dan sesuai dengan visi dan misi pembangunan pendidikan di Kabupaten
Lima Puluh Kota, yaitu menumbuhkembangkan kemampuan masyarakat dalam mewujudkan
pendidikan yang merata dan berkualitas serta berdaya saing tinggi dalam
menghadapi era globalisasi.
Tujuan
pembangunan pendidikan adalah memberi peluang yang sama bagi seluruh anggota
masyarakat untuk mengakses sarana dan prasarana pendidikan serta memperluas
jangkauan dan daya tampung SD/MI, SLTP/MTs, SMU/MA, dan SMK bagi seluruh
masyarakat serta terselenggaranya manajemen pendidikan yang berbasis sekolah
dan masyarakat. Pada Tahun 2005, Sekolah Dasar (SD) baik negeri maupun swasta
di Kabupaten Lima Puluh Kota berjumlah 368 buah dengan jumlah terbanyak berada
di Kecamatan Harau dan Kecamatan Guguak masing-masing sebanyak 39 buah dan
paling sedikit di Kecamatan Mungka sebanyak 20 buah. Sedangkan jumlah murid
seluruhnya adalah 43.078 orang dan guru berjumlah 3.010 orang dengan jumlah
kelas sebanyak 2.427 buah. Rasio sekolah dengan murid 1 : 117, rasio sekolah
dengan guru 1 : 8.
Untuk
Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP) Negeri terdapat 33 sekolah dengan 8.731
orang murid, 1.015 orang guru dan 335 buah kelas. Rasio sekolah dengan murid
adalah 1 : 265 dan rasio sekolah dengan guru adalah 1 : 31. Ruang kelas yang
berkondisi baik berjumlah 297 buah , dimana paling banyak terdapat di Kecamatan
Harau sebanyak 46 buah dan paling sedikit terdapat di Kecamatan Kapur IX
sebanyak 13 buah. Ruang Kelas yang berkondisi rusak ringan berjumlah 82 buah,
dimana paling banyak terdapat di Kecamatan Guguak sebanyak 20 buah dan pada
Kecamatan Luak, Harau, Mungka, Suliki dan Kecamatan Bukit Barisan tidak ada
sama sekali terjadi rusak ringan. Sedangkan yang rusak berat paling banyak
terdapat di Kecamatan Situjuah Limo Nagari dengan jumlah 6 buah.
Untuk
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) Negeri, pada Tahun 2005 tercatat 10
Sekolah dengan jumlah murid sebanyak 5.415 orang, jumlah guru 554 orang dan
jumlah ruang kelas sebanyak 157 buah. Rasio sekolah : murid adalah sebesar 1 :
541 dan rasio sekolah : guru adalah sebesar 1 : 55. Perkembangan prasarana
pendidikan dari tahun 2001 sampai keadaan tahun 2005 yang tersedia adalah
sebagai berikut ;
Daftar jumlah gedung sekolah TK.SD.
SLTP, SLTA di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2001 – 2005 :
No
|
Tahun
|
TK
(Unit)
|
SD
(Unit)
|
SLTP
(Unit)
|
SLTA
(Unit)
|
1.
|
2001
|
155
|
377
|
34
|
8
|
2.
|
2002
|
157
|
373
|
34
|
8
|
3.
|
2003
|
161
|
373
|
34
|
10
|
4.
|
2004
|
178
|
373
|
36
|
13
|
5.
|
2005
|
181
|
368
|
36
|
86
|
Sumber : Kab.Lima Puluh
Kota Dalam Angka Tahun 2005
Dari
data diatas didapat bahwa dengan melihat rasio jumlah perbandingan jumlah
murid, guru dan sekolah dapat disimpulkan pendidikan di Kabupaten Lima puluh
Kota sudah baik. Ditambah lagi dengan data bertambah banyaknya jumlah sekolah
dari taun ke tahun.
3.3.
Kesehatan
Dan Gizi.
Usaha
peningkatan derajat kesehatan masyarakat sesungguhnya merupakan tanggungjawab
bersama antar pemerintah dan masyarakat, namun walau pun begitu harus didukung
oleh masyarakat melalui kesadaran total terhadap seluruh aspek yang terkait.
Sumber daya manusia yang sehat, baik fisik maupun mental perlu ditingkatkan
melalui perwujudan lingkungan dan perilaku hidup sehat dan bersih. Dengan
terwujudnya sumber daya manusia yang memiliki kualitas kesehatan yang baik,
maka kualitas dan kapasitas sumber daya manusianya juga akan meningkat secara
signifikan.
Permasalahan
di bidang kesehatan di Kabupaten Lima Puluh Kota masih perlu dicarikan
solusinya karena: masih tingginya angka kematian ibu melahirkan; tingginya
angka kematian bayi; belum maksimalnya kualitas pelayanan kesehatan; Belum
optimalnya penggunaan teknologi dan sistem informasi kesehatan; Kurangnya mutu
tenaga medis dan paramedis dalam mengelola pelayanan kesehatan; Serta masih
belum terjangkaunya biaya pengobatan yang harus ditanggung terutama oleh
masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah.
Sementara
itu, jenis penyakit yang masih banyak diderita oleh sebagian masyarakat Lima
Puluh Kota sebagian besar meliputi penyakit infeksi menular, seperti
Tuberculosis (TBC), Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Diare, Penyakit
Kulit serta penyakit menular lainnya. Namun pada saat yang sama terjadi
peningkatan kasus penyakit tidak menular (degeneratif) yang umumnya disebabkan
oleh pola hidup yang tidak sehat atau sebagai konsekuensi dari meningkatnya
jumlah penduduk yang berusia lanjut (Lansia)
Secara umum, status kesehatan masyarakat di Kabupaten Lima Puluh Kota menunjukkan kecenderungan meningkat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun tingkat kesehatan masyarakat relatif masih menunjukkan kesenjangan yang cukup tinggi antar masyarakat berpenghasilan rendah/ miskin dengan masyarakat berpenghasilan tinggi/ kaya akibat perbedaan kemampuan dalam mengakses sarana dan prasarana kesehatan.
Sarana dan Prasarana Kesehatan.
Secara umum, status kesehatan masyarakat di Kabupaten Lima Puluh Kota menunjukkan kecenderungan meningkat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun tingkat kesehatan masyarakat relatif masih menunjukkan kesenjangan yang cukup tinggi antar masyarakat berpenghasilan rendah/ miskin dengan masyarakat berpenghasilan tinggi/ kaya akibat perbedaan kemampuan dalam mengakses sarana dan prasarana kesehatan.
Sarana dan Prasarana Kesehatan.
Pada
tahun 2005 prasarana kesehatan yang tersedia yang terdiri dari Rumah Sakit Umum
1 unit yang berada di Kecamatan Suliki, Puskesmas sebanyak 19 unit yang
tersebar pada 13 kecamatan, dimana kecamatan Bukit barisan memperoleh 3 unit,
sedangkan pada kecamatan yang lain jumlahnya bervariasi antara 1 sampai 2 unit
Puskesmas, sedangkan jumlah Puskesmas Pembantu adalah 92 unit yang juga
tersebar pada 13 kecamatan dan kecamatan yang paling banyak memiliki Puskesmas
Pembantu (Pustu) adalah kecamatan Guguak yaitu sebanyak 10 unit dan kecamatan
yang paling sedikit mempunyai Puskesmas Permbantu adalah kecamatan Payakumbuh
dan kecamatan Luak yaitu sebanyak 5 unit, kesemua Pustu yang ada di Kabupaten
Lima Puluh Kota sudah berfungsi sesuai dengan fungsinya. Untuk menunjang
Puskesmas dan Pustu yang ada, maka di Kabupaten Lima Puluh Kota juga tersedia
Pos Pelayanan terpadu (Posyandu) yang pada tahun 2005 berjumlah 511 unit
Disamping itu juga ada toko obat yang jumlahnya 7 unit yang tersebar di 4
Kecamatan.
Tenaga
Kesehatan yang tersedia di Kabupaten Lima Puluh Kota masih kurang, tenaga
dokter umum yang ada hanya 20 orang , atau dengan arti kata bahwa setiap 1
orang dokter melayani 16.382,6 penduduk. Disamping itu tenaga kesehatan lain
adalah dokter gigi yang berjumlah 14 orang, perawat umum 79 orang, perawat gigi
16 orang, tenaga bidan termasuk yang paling banyak jumlahnya yaitu 201 orang
dan teanaga lainnya 173 orang. Dengan demikian jumlah ternaga kesehatan secara
keseluruhan adalah 503 orang. Kalau dibandingkan dengan jumlah tenaga kesehatan
pada tahun 2001, secara kuantitas terjadi kenaikan sekitar 6,08 % pertahun.Jumlah
tenaga kesehatan yang paling banyak terdapat di Kecamatan Guguak, dimana total
keseluruhan tenaga yang ada berjumlah 68 orang sedangkan tenaga yang paling
sedikit berada pada kecamatan Payakumbuh dan kecamatan luak, masing-masing
berjumlah 6 orang. Rata-rata tenaga kesehatan di setiap kecamatan adalah 48
orang, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyebaran tenaga kesehatan
di Kabupaten Lima Puluh Kota belum merata disetiap kecamatan.
Menurut
data yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat bulan Juli 2000,
di kabupaten ini masih terdapat 273 balita yang menderita gizi buruk dan kurang
energi protein (KEP). Jika tidak menyaksikan sendiri keadaan desa-desa di
kabupaten ini, sulit mempercayai bahwa di kabupaten penghasil gambir (Uncaria
gambir) terbesar di Indonesia, masih ditemukan balita bergizi buruk dan KEP. Di
pelosok Desa Mahat Kecamatan Suliki Gunung Mas umpamanya, masih dijumpai rumah
penduduk yang beralaskan tanah dengan dinding kayu. Padahal sejak ditemukannya
batu-batu menhir, peninggalan kebudayaan megalitikum, pada tahun 1981 Desa
Mahat masuk dalam salah satu obyek wisata dari 73 obyek wisata yang ditawarkan
kabupaten ini. Meskipun hanya berjarak 44 km atau sekitar 1,5 jam perjalanan
dari Payakumbuh, daerah ini seakan terisolasi karena tidak dilalui kendaraan
umum. Mobil yang digunakan untuk menuju Desa Mahat harus menggunakan double
gardan, karena selepas jalan beraspal kasar yang hanya sekitar 2 km, selebihnya
berupa jalan tanah berbatu-batu dan berlubang besar di sana-sini.
3.4.
Demokratisasi.
Sebelum
keluarnya UU Pemilihan Umum Legislatif No.12 Tahun 2003 proses pemilihan
anggota legislatif lebih dominan ditentukan oleh partai politik, dan saat ini
proses pemilihan telah lebih demokratis dimana anggota DPRD Kabupaten Lima
Puluh Kota dipilih secara langsung oleh masyarakat melalui partai politik
peserta pemilu. Pemilihan tersebut telah berlangsung dengan baik dan telah
memilih anggota DPRD sebanyak 35 orang yang berasal dari 7 buah partai politik.
Demikian juga dengan pemilihan Kepala Daerah secara langsung yang telah
berlangsung untuk periode ini. Bupati periode ini dipilih langsung oleh
masyarakat dan berlangsung sukses tanpa masalah yang berarti. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa kualitas demokratisasi masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota
sudah cukup baik.
3.5.
Tingkat
Fertilitas.
Jumlah
penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota pda tahun 2005 tercatat sebanyak 327.652
jiwa. Dengan rincian 161.467 jiwa penduduk laki-laki dan 166.185 jiwa penduduk
perempuan. Dengan rasio jenis kelamin sebesar 97.16 persen. Kalau dilihat dari
jumlah nagari yang ada maka rata-rata tiap nagari adalah penduduknya 4.331
jiwa.kemudian kepadatan penduduk pada tahun 2005 adalah sebesar 98 jiwa per km
persegi dengan luas Kabupaten 3.354,30 km persegi. Jumlah rumah tangga yang ada
di kabupaten Lima puluh Kota pada taun 2005 tercatat 84.433. Sehingga kepadatan
penduduk per rumah tangga adala 4 jiwa per rumah tangga. Jumlah penduduk dari tahun
ke tahun selalu meningkat. Tahun 2003 adalah 322.271 jiwa, tahun 2004 sebesar
325.147 jiwa, dan tahun 2005 sebesar 327.652 jiwa. Walaupun jumlah penduduk
selalu meningkat dari tahun ke tahun namun jumlah ini masih dalam jumlah
normal.
3.6.
Kegiatan
Berbasi Ekonomi.
3.6.1.
Sektor
Pertanian.
Kabupaten
Lima Puluh Kota merupakan daerah agraris. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa
indikator antara lain; jumlah rumah tangga pertanian, jumlah tenaga kerja yang
bekerja disektor pertanian, dan luas areal pertanian. Kinerja beberapa
indikator tersebut tergambar pada kontribusi sektor Pertanian terhadap
pembentukan nilai tambah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
berlaku daerah ini pada tahun 2005 yang diciptakan oleh seluruh sektor
perekonomian yakni sebesar 2,12 triliun rupiah. Dari jumlah tersebut sekitar
34,86 persen disumbangkan oleh sektor pertanian. Sektor Pertanian yang terdiri
dari sub sektor tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan,
kehutanan dan perikanan. Disamping itu, sektor sekunder yang dapat dikembangkan
untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi adalah sektor industri pengolahan,
perdagangan, pariwisata dan pertambangan.
Pembangunan
Pertanian saat ini mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pengembangan
ekonomi di Kabupaten Lima Puluh Kota dimana berdasarkan hasil SUSENAS tahun
2003 jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh seluruh kegiatan ekonomi
berjumlah 149,58 ribu orang. Sektor pertanian dapat menyerap tenaga kerja yakni
berjumlah 92,55 ribu orang atau 61,87 %, dan rata-rata penguasaan lahan oleh
rumah tangga pertanian pengguna lahan hanya sebesar 0,77 Ha, dimana 89,60 %
digunakan untuk pertanian, sedangkan sisanya 10,39 % untuk pekarangan dan
perumahan.
Jumlah
petani yang menguasai lahan kurang dari 0,50 Ha adalah 34,64 ribu orang rumah
tangga, atau sekitar 53,84 % dari seluruh rumah tangga. Selebihnya sekitar
29,68 ribu rumah tangga (46,16 %) menguasai lahan 0,50 Ha lebih. Jumlah rumah
tangga pertanian 64,60 ribu rumah tangga atau 79,17 % dari jumlah 80.382 rumah
tangga yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota.
Peranan Sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Lima Puluh Kota Atas Dasar Harga Berlaku pada tahun 2005 sebesar 34,67 % atau sebesar Rp. 909,724 milyar dari total PDRB, bila dirinci menurut subsektor maka sub sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura merupakan penyumbang terbesar yakni mencapai 13,79 % atau sebesar Rp. 361,701 milyar. Dominannya sumbangan sub sektor Tanaman Pangan ini disebabkan oleh tingginya nilai tambah dari komoditi padi, jagung, cabe merah, jeruk dan manggis. Sub sektor Perkebunan penyumbang kedua terbesar terhadap nilai tambah sektor pertanian sumbangannya sebesar 8,68 % atau sebesar 227,76 milyar rupiah dengan komoditi tanaman gambir,karet, kopi dan tembakau. Sub sektor Kehutanan berada pada urutan ketiga dengan sumbangan sebesar 5,07 % atau sebesar 133,04 milyar rupiah dengan komoditi yang berperan adalah kayu bulat dan kayu gergajian.
Peranan Sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Lima Puluh Kota Atas Dasar Harga Berlaku pada tahun 2005 sebesar 34,67 % atau sebesar Rp. 909,724 milyar dari total PDRB, bila dirinci menurut subsektor maka sub sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura merupakan penyumbang terbesar yakni mencapai 13,79 % atau sebesar Rp. 361,701 milyar. Dominannya sumbangan sub sektor Tanaman Pangan ini disebabkan oleh tingginya nilai tambah dari komoditi padi, jagung, cabe merah, jeruk dan manggis. Sub sektor Perkebunan penyumbang kedua terbesar terhadap nilai tambah sektor pertanian sumbangannya sebesar 8,68 % atau sebesar 227,76 milyar rupiah dengan komoditi tanaman gambir,karet, kopi dan tembakau. Sub sektor Kehutanan berada pada urutan ketiga dengan sumbangan sebesar 5,07 % atau sebesar 133,04 milyar rupiah dengan komoditi yang berperan adalah kayu bulat dan kayu gergajian.
Sedangkan
untuk urutan keempat dan kelima adalah sub sektor Peternakan dan Perikanan
dimana besarnya masing-masing adalah 4,32 %,dan 2,82 % atau Rp. 113,35 milyar
dan Rp. 73,86 milyar. Untuk sub sektor peternakan hasil dari ternak unggas ayam
ras petelur dan sapi memberikan kontribusi yang besar dan untuk sub sektor
perikanan yang memberikan kontribusi adalah budidaya ikan di kolam.
Perkembangan
Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku terhadap PDRB Kabupaten Lima Puluh
Kota tahun 2001-2005 (Jutaan Rupiah ).
No.
|
Sektor
|
2001
|
2002
|
2003
|
2004
|
2005
|
1.
|
Pertanian
|
623.679,85
|
699.102,19
|
800.996,81
|
909.724,11
|
1.074.080,19
|
Sub Sektor Tanaman
Pangan
|
258.771,87
|
286.779,98
|
320.248,12
|
361.701,58
|
428.490,80
|
|
Sub Sektor Perkebunan
|
116.833,12
|
145.880,12
|
186.224,47
|
227.762,64
|
283.016,09
|
|
Sub Sektor Peternakan
|
69.057,21
|
81.349,36
|
98.458,78
|
113.348,00
|
132.413,13
|
|
Sub Sektor Kehutanan
|
124.278,88
|
125.076,55
|
130.174,07
|
133.045,37
|
143.795,44
|
|
Sub Sektor Perikanan
|
54.738,77
|
60.016,18
|
65.891,37
|
73.866,52
|
86.364,74
|
|
2.
|
Non
Pertanian
|
1.251.139,56
|
1.404.139,46
|
1.540.460,54
|
1.713.860,16
|
2.006.826,89
|
Total
|
1.874.819,41
|
2.103.241,65
|
2.341.457,35
|
2.623.584,27
|
3.080.907,08
|
Sumber
: BPS Kabupaten Lima Puluh Kota
Salah
satu andalan dari subsektor perkebunan adalah gambir. Luas tanam perkebunan
gambir di Kabupaten Limapuluh Kota mencapai 12.495 hektar atau 78 persen dari
luas tanam perkebunan gambir se-Sumatera Barat. Pada tahun 2000, dari total
produksi gambir Sumatera Barat sebesar 9.071 ton, sekitar 89 persennya merupakan
hasil produksi gambir dari kabupaten ini. Di pasaran, harga jual satu kg gambir
setara dengan satu dollar Amerika. Jadi naik turunnya harga gambir mengikuti
naik turunnya nilai rupiah terhadap dollar.
Gambir
bersama dengan karet, semen, dan kayu lapis termasuk dalam 10 komoditas utama
ekspor Sumatera Barat. Untuk ekspor, gambir dikirim melalui Medan, sedangkan
untuk pasaran dalam negeri dikirim ke Jakarta. Tanaman gambir mengandung zat
katechine dan tanin, yang digunakan sebagai bahan baku industri farmasi,
kosmetik, penyamak kulit dan industri batik. Volume ekspor gambir Provinsi
Sumatera Barat tahun 2000 besarnya 1.339.860 kg. Nilai ekspor komoditas yang
diekspor ke India, Singapura, dan Pakistan ini 1.808.503 dollar Amerika.
3.6.2.
Sektor
Indistri Pengolahan.
Sektor
industri merupakan salah satu sektor andalan di Kabupaten Lima Puluh Kota.
Sektor ini selama lima tahun terakhir sebagai penyumbang terbesar kelima dalam
pembentukan PDRB dengan kontribusi sebesar 9,86 persen tahun 2005. Industri
yang berkembang di Kabupaten Lima Puluh Kota pada umumnya tergolong industri
kecil dan kerajinan rumah tangga. Pada tahun 2001 terdapat 10.819 unit usaha
industri kecil dan kerajinan rumah tangga, dengan serapan tenaga kerja 20.237,
dan nilai investasi sebesar Rp. 9.449.700.000,- dengan nilai produksi sebesar
RP. 151.429.204.000,-. Pada tahun 2005 tercatat jumlah unit usaha industri
kecil dan kerajinan rumah tangga sebesar 8.835 unit.
Karena
itu terjadi penurunan sebesar 1.984 unit usaha atau 3,67 persen. Tetapi
penurunan jumlah unit usaha industri kecil dan kerajinan rumah tangga ini tidak
diikuti dengan penurunan penyerapan tenaga kerja maupun jumlah investasi,
dimana tercatat serapan tenaga kerja 25.295 orang atau meningkat 2,74 persen,
dan nilai investasi sebesar Rp. 58.959.700.000,- atau naik sebesar 16,79 persen
pertahun serta nilai produksi sebesar Rp. 340.380.906.000,- atau naik sebesar
11,10 persen pertahun.
Perkembangan
Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga Tahun 2000–2005 di Kabupaten Lima
Puluh Kota
Komoditi Tahun
|
|||||
2001
|
2002
|
2003
|
2004
|
2005
|
|
Unit
Usaha
|
10.819
|
10.838
|
8.539
|
8.771
|
8.835
|
Tenaga
Kerja
|
20.237
|
17.407
|
21.790
|
23.013
|
25.295
|
Nilai
Investasi (000)
|
9.449.700
|
10.812.826
|
46.265.133
|
47.918.793
|
58.959.700
|
Nilai
Produksi (000)
|
151.429.204
|
156.005.768
|
155.267.031
|
169.641.415
|
340.380.906
|
Sumber
: Dinas Koperindag Kabupaten Lima Puluh Kota
3.6.3.
Sektor
Perdagangan, Koperasi Dan UMKM/UKM.
Kabupaten
Lima Puluh Kota merupakan pintu gerbang Sumatera Barat menuju Propinsi Riau,
maka sektor perdagangan nantinya akan sangat berperan dalam mengangkat
perekonomian daerah. Kondisi ini didukung pula dengan tersedianya infrastruktur
ekonomi berupa sarana dan prasarana yang cukup memadai seperti pasar di Nagari
yang berjumlah 49 buah. Tersedianya beraneka ragam komoditas yang
diperdagangkan mulai dari komoditas pertanian sampai pertambangan, adanya
lembaga keuangan yang membantu proses percepatan transaksi dan permodalan, dan
adanya industri rumah tangga dan industri kecil di berbagai sektor di seluruh
Kecamatan dan Nagari yang menghasilkan komoditas yang siap diperdagangkan. Pada
tahun 2001 tercatat 13.876 pedagang yang terdiri dari 5.180 pedagang formal dan
8.696 pedagang non formal dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 16.437 yang
terdiri dari 7.727 pedagang formal dan 8.710 pedagang non formal atau meningkat
1,59 % pertahun dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Sementara pedagang
formal meningkat 0,03 % pertahun.
Jumlah
Pengusaha Kecil Menegah (PKM) yang dikeluarkan rekomendasi permohonan
penambahan modal kerjanya oleh BUMN dan Pemda Kabupaten Lima Puluh Kota, selama
lima tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup besar, dimana pada tahun
2001 tercatat 263 orang dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 690 orang atau
naik rata-rata 12,37 % pertahun. Koperasi cukup berperan penting dalam
memajukan ekonomi rakyat. Pada tahun 2003 tercatat jumlah koperasi 180 unit
koperasi dan pada tahun 2005 terdapati 191 unit koperasi, atau selama lima
tahun terakhir bertambah rata-rata 11 unit koperasi (1,15 %)pertahun, tetapi
peningkatan jumlah anggota tidak begitu signifikan, dimana pada tahun 2003
tercatat jumlah angota 34.573 dan pada tahun 2005 tercatat sebanyak 35.643
orang, dengan penumpukan modal sendiri naik rata-rata 11,70 persen pertahun,
dimana pada tahun 2000 tercatat modal sendiri Rp. 11.675,- milyar meningkat
menjadi Rp. 17.139,- milyar pada tahun 2004.
3.6.4.
Sektor
Pariwisata.
Pariwisata
adalah salah satu andalan dari pemasukan Kabupaten Limapuluh Kota. Berikut ini
adalah sebagian tempat pariwisata dan gambaran umumnya, sehingga bisa
dianalisis dan dikembangkan :
-
LEMBAH HARAU, terletak
15 km ke arah timur kota Payakumbuh dan dapat ditempuh dalam waktu relatif
singkat ± 20 menit. Memiliki wilayah pengembangan seluas ± 5 Ha. Kawasan wista
ini sudah dikenal sejak tahun 1926 dan memiliki 3 resort yaitu Aka Barayun,
Sarasah Bunta dan Rimbo Piobang;
-
RESORT AKA BARAYUN,
kawasan pengembangannya seluas ± 5 Ha, untuk tujuan rekreasi anak dan remaja
seperti Ayunan putar, sepeda air, taman satwa dan ada juga kios souvenir dan
makan /minuman.
Keindahan alam dengan air terjun, berpotensi untuk olah raga panjat tebing.Adanya tersedia fasilitas penginapan berupa pondok wisata (pondok wisata echo);
Keindahan alam dengan air terjun, berpotensi untuk olah raga panjat tebing.Adanya tersedia fasilitas penginapan berupa pondok wisata (pondok wisata echo);
-
PONDOK WISATA ECHO,
merupakan rumah penginapan untuk para pengunjung yang dibangun dengan
arsitektur rumah tradisional minang kabau dilengkapi fasilitas cottage dan
cafe. Memiliki suasana yang sangat nyaman, asri dan jauh dari kebisingan serta
dikelilingi oleh bukit-bukit batu terjal yang menimbulkan gema/gaung suara yang
bergelombang (ECHO);
-
RESORT SARASAH BUNTA,
merupakan kawasan hutan yang terpelihara dengan potensi wisata untuk kegiatan
bumi perkemahan, air terjun dengan ketinggian 70 – 100 m, diantaranya : air
terjun sarasah bunta, air terjun sarasah aie luluih, air terjun sarasah murai,
dan sungai-sungai kecil yang jernih;
-
SARASAH TANGGO,
merupakan objek wisata air terjun yang terletak di kanagarian Sarilamak jorong
Taratak ± 3 km dari simpang sarilamak, tepatnya di lereng gunung bungsu, yang
memilki ketinggian lebih dari 100 M, suasana alamnya masih alami yang
disekelilingnya terdapat hutan konservasi & berbagai jenis satwa. Tanggo
dalam bahasa minangkabau yang berarti jenjang yang merupakan penghubung dan
biasanya dipergunakan dari dasar tanah untuk naik keatas, tetapi lebih populer
dengan sebutan janjang yang dipergunakan untuk mengangkat padi atau menurunkan
dari atas lumbung. Disini juga sering diadakan acara selamatan sehabis gotong
royong yang gunanya adalah untuk menghilangkan riak-riak kecil yang terjadi
dimasyarakat. Dalam acara ini seekor kerbau disembelih dan dinikmati
bersama-sama;
-
REST AREA AREA GUNUNG
SANGGUL, “ Tempat Istirahat” terletak di kawasan yang berudara sejuk dan
dikelilingi bukit-bukit yang berada dipinggir jalan raya ± 27 km dari
Payakumbuh menuju Pekan baru.Tidak jauh dari lokasi ini kita dapat melihat
keindahan alam kelok sembilan dan panorama selat malaka. Rest area ini
dilengkapi fasilitas restoran, kios souvenir dan kios berbagai makanan khas
daerah Kabupaten Lima Puluh Kota;
-
WADUK KOTO PANJANG,
Waduk Koto Panjang adalah waduk buatan untuk pembangkit listrik tenaga iar
(PLTA ). Sebelum dijadikan Waduk, disini dulu terdapat 2 (dua) desa, yaitu desa
Tanjung Balit dan desa Tanjung Pauh Kecamatan Pangkalan. Disamping untuk PLTA,
waduk ini juga merupakan objek wisata yang handal di Lima Puluh Kota.
Pemandangan disini tak kalah menarik, airnya jernih yang didalamnya terdapat
bermacam-macam ikan air tawar. Disamping keindahan alam waduk buatan ini, kita
juga bisa menikmati makanan dan minuman di restoran yang menyajikan masakan
khas Daerah disepanjang waduk ini. Waduk ini terletak ± 57 Km dari Ibu Kota
Kabupaten Sarilamak dan ± 65 Km dari Kota Payakunbuh menuju Pekanbaru. Pada
hari minggu dan libur lainnya tempat ini ramai dikunjungi. Waduk ini merupakan
objek wisata air yang menawan dan mengesankan. Permukaaan air waduk ini sangat
luas yaitu ± 125 Ha;
-
KELOK SEMBILAN, kelok
yang berarti belok atau tikungan. Kelok Sembilan adalah sebuah jalan raya yang
terletakdi Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota menuju Pekan Baru (Riau).Tikungan
yang berjumlah 9 (sembilan) ini betul-betul sebuah pemandangan yang indah
sekali kalau dilihat dari atas, bus-bus umum yang adatang dari arah Pekan Baru
atau dari Payakumbuh menuju Pekan Baru melewati kelok-kelok jalan. Jaraknya 25
Km dari Kota Payakumbuh dan 15 Km dari Ibu Kota Kabupaten. Pada hari-hari
tertentu, daerah ini sangat padat arus lalu lintas sehingga menimbulkan
kemacetan. Untuk itu, saat ini Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sedang
membangun jembatan layang yang panjangnya 5 km. Nantinya kelok sembilan ini
tetap akan dipertahankan karena merupakan bukti sejarah dan aset wisata yang
handal di Kabupaten Lima Puluh Kota.
3.6.5.
Sektor
Pertambangan.
Kabupaten
Lima Puluh Kota memiliki potensi sumberdaya alam lainnya yang cukup besar,
antara lain bahan tambang dan bahan galian. Jenis bahan tambang/galian
diantaranya adalah: bahan galian golongan A yang terdapat di daerah ini hanya
batu bara, bahan galian golongan B meliputi : emas, mangan, timah hitam dan
perak, bahan galian C meliputi: andesit, garnit, batu gamping, kuarsit, tanah
liat, saba stone, pasir kuarsa, batu setengah permata, marmer, sirtu, fluorite,
grafit, trass batu apung, toseki, serpih bitumen.
Bahan
Galian A yakni batu bara yang sebarannya terdapat di Kecamatan kapur IX dan
Harau dengan cadangan tereka sebesar 17,861,000 Ton dan cadangan terujuk
sebesar 174.115 ton. Bahan galian golongan B yang telah diketahui keterdapatannya
di Kabupaten Lima Puluh Kota antara lain: emas, mangan, timah hitam dan perak.
Emas tersebar di Manggani Kecamatan Gunuang Omeh dengan cadangan tereka sebesar
7.665.798 ton, mangan tersebar di Manggani Kecamatan Gunuang Omeh dan Ulu Aie
Kecamatan Harau, namun jumlah cadangan belum diketahui, timah hitam (Pb)
terdapat di Tanjung Balik, Kecamatan Pangkalan Koto Baru dengan cadangan
terukur 391.000 ton, sementara timah hitam yang ada di Manggani Kecamatan
Gunuang Omeh, Baluang Kecamatan Pangkalan Koto Baru jumlah cadangan belum
diketahui. Sedangkan Perak terindikasi terdapat di Tanjung Balik Kecamatan
Pangkalan Koto Baru dengan jumlah cadangan yang belum diketahui.
Bahan
galian golongan C atau bahan galian industri yang telah diketahui
keterdapatannya di Kabupaten Lima Puluh Kota antara lain: Batu Kapur dengan
jumlah cadangan tereka dan terindikasi 986.800.000 ton yang tersebar di Kematan
Lareh Sago Halaban, Situjuh Limo Nagari, dan Akabiluru. Batu pasir kuarsa
dengan jumlah cadangan tereka dan terindikasi 187.500.000 M3, yang terdapat di
Kecamatan Luak, Harau, dan Gunuang Omeh. Marmer dengan jumlah cadangan tereka
909.995.201 ton yang terdapat di Kecamatan Lareh Sago Halaban, dan Situjuh Limo
Nagari. Batu sabak (sabak stone) dengan jumlah cadangan tereka 16.000.000 M3
yang tersebar di Kecamatan Guguak, Lareh Sago Halaban, dan Suliki. Pasir Batu
(Sirtu) dengan jumlah cadangan tereka 44.902.500 M3 yang tersebar di berbagai
kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota. Tanah Liat (lempeng) dengan jumlah
cadangan tereka 203.600.000 M3 yang tersebar di kecamatan Lareh Sago Halaban,
harau, Akabiluru, dan Pangkalan Koto Baru. Tras (batu apung) dengan jumlah
cadangan tereka dan terindikasi 84.030.000 ton yang terdapat di kecamatan
Akabiluru, Suliki, dan Gunuang Omeh.
Sementara
itu potensi bahan galian seperti: Andesit, Granit, Fluarit, Grafit, Batu
setengah permata, Pasir Kuarsa, Boksit, dan serpih Bitumen yang tersebar di
Kabupaten Lima Puluh Kota jumlah cadangannya belum diketahui untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Bahan tambang dan galian tersebar di daerah ini hanya bahan galian golongan C yang baru bisa di ekploitasi, sedangkan bahan golongan A dan B sampai saat ini belum diekplorasi maupun diekploitasi secara optimal. Tindakan yang dilakukan baru sebatas identifikasi potensi sumberdaya tambang yang ada dan penggalian dalam skala kecil, seperti Batu Bara di Gelugur Kecamatan Kapur IX, Timah Hitam di Tanjung Balik Kecamatan Pangkalan Koto Baru, dan Emas di Koto Tinggi Kecamatan Gunuang Omeh.
Bahan tambang dan galian tersebar di daerah ini hanya bahan galian golongan C yang baru bisa di ekploitasi, sedangkan bahan golongan A dan B sampai saat ini belum diekplorasi maupun diekploitasi secara optimal. Tindakan yang dilakukan baru sebatas identifikasi potensi sumberdaya tambang yang ada dan penggalian dalam skala kecil, seperti Batu Bara di Gelugur Kecamatan Kapur IX, Timah Hitam di Tanjung Balik Kecamatan Pangkalan Koto Baru, dan Emas di Koto Tinggi Kecamatan Gunuang Omeh.
Pada
tahun 2005, jumlah usaha pertambangan dan galian di kabupaten Lima Puluh Kota
tercatat sebanyak 268 unit usaha, yang terdiri dari usaha galian batu gunung
sebanyak 41 buah, usaha galian pasir sebanyak 39 buah, usaha galian tanah liat
sebanyak 81 buah, usaha kapur 4 buah, usaha galian batu 45 buah dan sirtukil 54
buah, usaha tambang batu bara sebanyak 3 buah, sedangkan usaha tambang grafit,
emas, timah, hitam masing-masing 1 buah. Sedangkan jumlah perizinan berdasarkan
bahan galian yang dikeluarkan sampai akhir tahun 2005 adalah untuk pertambangan
bahan galian golongan C sejumlah 47 buah, sedangkan jumlah perizinan
pertambangan bahan galian golongan A dan B berjumlah 4 buah.
3.7.
Produk
Domestik Regional Bruto.
Salah
satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam
suatu periode ditunjukkan oleh data PDRB. Baik atas dasar harga berlaku maupun
atas dasar harga konstan. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan
jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
PDRB atas harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergerakan struktur
ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
ekonomidari tahun ke tahun.
Secara
rata-rata kenaikan PDRB perkapita Kabupaten Lima Puluh Kota selama kurun waktu
2000-2004 lebih rendah bila dibandingkan dengan propinsi Sumatera Barat pada
kurun waktu yang sama. Pada kurun waktu 2000-2004 rata-rata kenaikan PDRB
Kabupaten Limapuluh Kota mencapai 11,01%, sedangkan propinsi Sumatera Barat
rata-rata kenaikan PDRB perkapita mencapai 11,60%.
Perkembangan
perekonomian daerah Kabupaten Limapuluh Kota cukup menggembirakan, hal ini
dapat dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya yaitu 5,12 % pada tahun 2003
naik menjadi 5,54 % tahun 2004, dan PDRB per kapita sebesar Rp.6.875.618,- pada
tahun 2003 naik menjadi Rp. 7.665.438,- tahun 2004. Distribusi PDRB terbesar
masih didominasi oleh sektor pertanian yaitu sebesar 34,67 % atas harga berlaku
dengan nilai Rp.909.724.110,- yang diikuti oleh sektor bangunan 21,90 %, dan
sektor Jasa 16,42 %. Bila dicermati peningkatan pertumbuhan ekonomi ini
menunjukkan jumlah barang dan jasa yang di produksi dalam masyarakat bertambah
dan kemakmuran masyarakat meningkat.
Salah
satu sumber pembiayaan dalam pembangunan di daerah adalah Pendapatan Asli
Daerah (PAD), dimana Pendapatan Asli Daerah daerah ini pada tahun 2004 adalah
Rp.10.146.662.937,- atau hanya sekitar 4,32 % dari APBD Kabupaten Lima Puluh
Kota (Rp.234.789.674.973,-).
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan.
Dari
analisis yang telah dilakukan dalam makalah ini maka didapatkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
-
Pengembangkan potensi
yang ada di daerah diharapkan dapat meningkatkan PAD guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Walaupun sebagian besar APBD daerah masih tergantung
pada pusat, setidaknya dengan meningkatkan PAD melalui potensi unggulan daerah
ini akan sangat membantu keuangan daerah;
-
Kabupaten Lima Puluh
Kota merupakan daerah yang terletak pada bagian Timur Wilayah Propinsi Sumatera
Barat, dan merupakan pintu gerbang Sumatera Barat menuju pantai Timur pulau
Sumatera. Pantai Timur yang berbatasan langsung dengan perdagangan Selat Malaka
termasuk ke dalam “ Development Gravity Centre “ dunia Abad 21. Menjadikan
daerah ini sebagai wilayah jalur strategis perdagangan utama menuju wilayah
Timur. Secara geo ekonomis terintegrasi langsung dengan perekonomian wilayah
Propinsi Riau;
-
Dengan melihat rasio
jumlah perbandingan jumlah murid, guru dan sekolah dapat disimpulkan pendidikan
di Kabupaten Lima puluh Kota sudah baik. Ditambah lagi dengan data bertambah
banyaknya jumlah sekolah dari tahun ke tahun, menandakan kualitas pendidikan
semakin meningkat;
-
Permasalahan di bidang
kesehatan di Kabupaten Lima Puluh Kota masih banyak seperti masih tingginya
angka kematian ibu melahirkan; tingginya angka kematian bayi; belum maksimalnya
kualitas pelayanan kesehatan; belum optimalnya penggunaan teknologi dan sistem
informasi kesehatan; kurangnya mutu tenaga medis dan paramedis dalam mengelola
pelayanan kesehatan; serta masih belum terjangkaunya biaya pengobatan yang
harus ditanggung terutama oleh masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah;
-
Secara umum, status
kesehatan masyarakat di Kabupaten Lima Puluh Kota menunjukkan kecenderungan
meningkat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun tingkat
kesehatan masyarakat relatif masih menunjukkan kesenjangan yang cukup tinggi
antar masyarakat berpenghasilan rendah/ miskin dengan masyarakat berpenghasilan
tinggi / kaya akibat perbedaan kemampuan dalam mengakses sarana dan prasarana
kesehatan;
-
Menurut data yang
dikeluarkan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat bulan Juli 2000, di
kabupaten ini masih terdapat 273 balita yang menderita gizi buruk dan kurang
energi protein (KEP);
-
Dari Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku daerah pada tahun 2005 dapat
dilihat bahwa 34,86 persen disumbangkan oleh sektor pertanian. Sektor Pertanian
yang terdiri dari sub sektor tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan,
peternakan, kehutanan dan perikanan. Disamping itu, sektor sekunder yang dapat
dikembangkan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi adalah sektor industri
pengolahan, perdagangan, pariwisata dan pertambangan. Kegiatan ini dapat
dikatakan sebagai kegiatan basis;
-
Kegiatan pariwisata
adalah salah satu sector yang sangat berpotensi untuk dikembangkan namun usaha
yang telah dilakukan pemerintah sampai saat ini dirasakan belum optimal, dan
sector pariwisata belum terlalu berpengaruh dalam PDRB maupun pendapatan
daerah;
-
Salah satu sumber
pembiayaan dalam pembangunan di daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD),
dimana Pendapatan Asli Daerah daerah ini pada tahun 2004 adalah
Rp.10.146.662.937,- atau hanya sekitar 4,32 % dari APBD Kabupaten Lima Puluh
Kota (Rp.234.789.674.973,-) Kondisi ini menunjukkan masih besarnya
ketergantungan daerah dengan pemerintah pusat.
4.2.
Saran.
-
Di Kabupaten Lima Puluh
Kota masih banyak potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal seperti sector
pariwisata. Hendaknya pemerintah daerah lebih jeli lagi dalam memanfaatkan
potensi yang ada di daerah;
-
Kabupaten Limapuluh
Kota merupakan jalur yang strategis menuju sentra perdagangan wilayah Timur
Sumatera, jadi hendaknya jalan-jalan menuju ke Propinsi Riau harus lebih
diperhatikan lagi karena merupakan penunjang kegiatan utama perekonomian yaitu
perdagangan yang menempati posisi kedua sector PDRB;
-
Banyaknya masalah
kesehatan yang terjadi hendaknya mendorong pemerintah daerah untuk lebih
meningkatkan lagi anggaran untuk bidang kesehatan. Kalau bisa pengobatan di
puskesmas digratiskan, karena adanya indikasi kesenjangan akses kesehatan
antara masyarakat kaya dan miskin. Ditambah lagi dengan banyaknya anak kurang
gizi diharapkan perhatian lebih peemerintah daerah;
-
Pemerintah harus
mengalokasikan dana yang lebih besar untuk sector pendidikan, terutama untuk
pembangunan sekolah dan ruang kelas yang rusak serta pembangunan saran
penunjang pendidikan yang lainnya;
-
Pemerintah daerah harus
memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang peluang usaha penanaman jagung
untuk merebut pasar dalam kabupaten, yang mana jagung sangat dibutuhkan untuk
pakan ternak namun saat ini masih mendatangkan dari luar daerah. Ini adalah
peluang yang sangat berpotensi;
-
Daerah-daerah terpencil
dan pelosok seperti nagari Mahat harus segera dikeluarkan dari keterkurungannya
dengan cara segera membuat jalan yang bagus supaya transportasi lancar dan
orang luar bisa masuk ke daerah tersebut dengan mudah;
-
Pemerintah daerah harus
mampu mencitrakan dan mengkomunikasikan potensi yang ada kepada daerah luar
supaya para investor tertarik dengan Kabupaten Limapuluh Kota dan berminat
menanamkan modalnya. Dengan adanya modal yang banyak maka perekonomian akan lebih
cepat berkembang. Namun ini harus didukung oleh pemerintah dengan memberikan
pelayanan yang baik dan prima sehingga investor tidak merasa kesulitan dengan
adanya birokrasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah, Piter, dkk, 2002. Daya Saing
Daerah Konsep dan Pengukurannya di Indonesia. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.
DOKUMEN
Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka
2005.
Produk Domestik Regional Bruto Lima
Puluh Kota Menurut Lapangan Usaha.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2006-2010
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar