Sabtu, 15 November 2014

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI PERTANIAN DI KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Oleh :

Said Muhammad Abror 
NIM: 137003011


I.     PENDAHULUAN
Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional (Abdullah, et al., 2002). Oleh karena itu perlu dipahami bahwa Proses menuju kemandirian suatu daerah dalam era globalisasi saat ini tidaklah terlepas dari perlu adanya daya saing dalam membentuknya.
Secara konsep, daya saing menunjukkan kemampuan suatu daerah dibandingkan dengan daerah lain dalam menetapkan strategi yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Daerah harus mencari dan mengenal potensi yang akan dikembangkan dan dapat berdampak pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat setempat. Apalagi dengan semakin terbukanya pasar bebas yang memungkinkan produk impor masuk ke daerah-daerah, tentunya usaha-usaha yang dilakukan daerah harus lebih nyata dan terukur. Ukuran keberhasilannya adalah meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi dari waktu ke waktu. Setiap daerah dituntut untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif yang dapat menciptakan ide-ide baru, perbaikan-perbaikan yang dapat mendorong tumbuhnya usaha-usaha baru, industri baru, lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan.
Sektor pertanian merupakan sektor utama yang menopang perekonomian Indonesia, tidak terkecuali Kabupaten Labuhanbatu Utara, hal ini dapat dilihat dari nilai PDRB Kabupaten Labuhanbatu Utara dimana sampai dengan tahun 2013 sektor pertanian merupakan sektor terunggul dengan tingkat persentase sebesar 35,63 %. Dilihat dari tingkat pertumbuhannya sektor pertanian memiliki nilai pertumbuhan rata-rata sebesar 13,91 % pertahun. Tingginya nilai sektor pertanian di Kabupaten Labuhanbatu Utara tentu saja disebabkan karena sub sektor perkebunan terutama komoditi kelapa sawit yang memang menjadi komoditi andalan kabupaten ini.
Selain sub sektor perkebunan, sub sektor pertanian tanaman pangan juga merupakan sektor yang menjanjikan, sebagaimana yang diketahui salah satu komoditi andalan Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah Beras Kuku Balam (BKB) dari Kecamatan Tanjung Leidong dengan luas tanaman 6.500 Ha dan Kecamatan Kualuh Hilir seluas 13.000 Ha, sangat terkenal sampai keluar Sumatera.
Adapun tujuan dari kajian ini untuk menilai sejauh mana keunggulan komperatif  dan kompetitif komoditi pertanian dalam membentuk daya saing di Kabupaten Labuhanbatu Utara.
2.  METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik. Metode deskriptif analitis yaitu kombinasi dari metode deskriptif dan metode analitis. Metode analitis bertujuan menguji kebenaran hipotesis dan metode deskriptif bertujuan memperoleh deskripsi yang terpercaya dan berguna. Penelitian deskriptif yang baik merupakan bahan yang sangat diperlukan untuk penelitian analitis. Penelitian analitis tentulah akhirnya untuk membuat deskripsi baru yang lebih sempurna (Soeratno dan Arsyad, 1995).
2.1. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan didalam kajian ini adalah data sekunder dengan pengelompokan komoditi tanaman pangan, palawija, hortikultura dan perkebunan. Adapun sumber data adalah data dari Labuhanbatu Utara Dalam Angka Tahun 2012 dan Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013.
2.2.  Analisis Data
Analisis data yang digunakan menggunakan analisa Location Question (LQ) untuk menganalisa untuk analisis keunggulan kompetitif sector unggulan.


Analisa Location Location/LQ
Analisis LQ merupakan metode untuk mengukur keunggulan komparatif wilayah. LQ merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktifitas tertentu dengan pangsa total aktifitas wilayah. Secara lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktifitas pada sub wilayah ke-i terhadap persentase aktifitas total terhadap wilayah yang diamati. Persamaan dari LQ ini adalah :

LQij = Xij / Xi.
                                                                 X.j / X..

Dimana :
Xij    = derajat aktifitas ke-j di wilayah ke-i
Xi.      = total aktifitas di wilayah ke-i
X.j    = total aktifitas ke-j di semua wilayah
X..     = derajat aktifitas total wilayah

Perumusan LQ akan memberikan alternatif nilai, yaitu : LQ>1, LQ<1 dan LQ = 1, jika memakai produksi sebagai bahan pertimbangan dalam perhitungan LQ, maka :
·      Jika nilai LQij > 1, mempunyai arti komoditas tersebut merupakan sektor basis. Produksi komoditas yang bersangkutan sudah melebihi kebutuhan konsumsi didaerah dimana komoditas tersebut dihasilkan dan kelebihannya dapat dijual ke luar daerah.
·      Jika nilai LQij = 1, mempunyai arti produksi komuditas tersebut hanya cukup untuk kebutuhan daerah setempat.
·      Jika nilai LQij < 1, mempunyai arti produksi komuditas tersebut belum mencukupi kebutuhan daerah tersebut, belum mencukupi konsumsi daerah tersebut dimana pemenuhannya didatangkan didaerah lain.

3. PEMBAHASAN  DAN ANALISIS
Kabupaten Labuhanbatu Utara berada pada kawasan Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara yang terletak 99025’00’’ -  100005’00’’ Bujur Timur dan 01058’00’’ – 02050’00’’ Lintang Utara dengan ketinggian 0 – 2.151 meter di atas permukaan laut.

Kabupaten Labuhanbatu Utara memiliki wilayah seluas 354.580 Ha dengan batas-batas sebagai berikut :
·      Sebelah Utara dengan Kabupaten Asahan dan Selat Malaka;
·      Sebelah Selatan dengan Kabupaten Labuhanbatudan Kabupaten Padang Lawas Utara;
·      Sebelah Barat dengan Kabupaten Tapanuli Utara; dan Kabupaten Toba Samosir
·      Sebelah Timur dengan Kabupaten Labuhanbatu
Kabupaten Labuhanbatu Utara terdiri dari 8 (delapan) kecamatan, meliputi Kecamatan : NA IX-X, Marbau, Aek Kuo, Aek Natas, Kualuh Selatan, Kualuh Hilir, Kualuh Hulu dan Kualuh Leidong.
          Sektor pertanian di Kabupaten Labuhanbatu Utara dikelompokan pada kelompok tanaman pangan, meliputi komoditi padi sawah dan padi ladang, tanaman palawija meliputi jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar dan ubi kayu. Kelompok tanaman hortikultura terdiri dari komoditi sayuran dan buah-buahan serta kelompok tanaman perkebunan meliputi : komoditi karet, kelapa, kelapa sawit dan cacao.
          Sampai dengan tahun 2012 jumlah produksi tanaman pertanian tersebut, terdiri dari tanaman pangan 164.628,70 ton, tanaman palawija 9.460,46 ton, tanaman hortikultura       343,30 ton dan tanaman perkebunan 207.770,84 ton. Lihat Tabel 3.1 dan Tabel 3.2.



Berdasarkan analisis LQ terhadap pengelompokan komoditi pertanian tersebut, diperoleh hasil, untuk tanaman pangan pangan di Kabupaten Labuhanbatu Utara merupakan sektor basis (nilai LQ > 1 yaitu 4.76) dan kelebihan bagi konsumsi wilayahnya. Adapun jenis komoditas tersebut adalah komoditi padi yang berasal dari Kec. Kualuh Hilir dan Kec. Kualuh Leidong dimana kedua kecamatan ini merupakan daerah surplus bagi kecamatan lainnya di Kabupaten Labuhanbatu Utara.
Sektor basis selanjutnya adalah komoditi perkebunan, dimana nilai LQ > 1 yaitu 3,84. Kabupaten Labuhanbatu Utara memang dikenal sebagai wilayah unggul bagi komoditas perkebunan dengan komoditi kelapa sawit, diikuti oleh karet, kelapa dan coklat. Sedangkan untuk komoditas palawija dan hortikultura Kabupaten Labuhanbatu Utara merupakan daerah non surflus dimana kebutuhan konsumsi masih membutuhkan dari daerah lainnya.
       Berdasarkan analisis keunggulan komperatif, disimpulkan Kabupaten Labuhanbatu Utara memiliki sektor unggulan pertanian, dengan komoditas tanaman pangan dan perkebunan. Dengan mengetahui kondisi ini, maka Kabupaten Labuhanbatu Utara diharapkan memiliki daya saing dalam menghasilkan dan memasarkan komoditas unggulan tersebut.

4. KESIMPULAN
Globalisasi membawa konsekuensi logis setiap negara di dunia dihadapkan pada situasi persaingan yang ketat. Persoalan penciptaan daya saing di lndonesia bukanlah persoalan mudah. Berbagai hambatan yang dihadapi bukanlah permasalahan di tataran satu sektor saja, akan tetapi bersifat sangat multi dimensi. Dalam tataran penciptaan stabilitas makro, hambatan muncul dari adanya permasalahan seperti inflasi, suku bunga tinggi, nilai rupiah yang tidak stabil, serta pengeluaran pemerintah yang defisit. Investasi mulai membaik namun masih rendah dan pertumbuhan ekspor lebih rendah dari impor. Kemampuan penguasaan iptek yang masih lemah juga tidak mendukung daya saing perekonomian.
Tidak terkecuali halnya juga dengan daya saing komoditi unggulan yang dimiliki oleh Kabupaten Labuhanbatu Utara. Untuk mampu mempertahankan komoditi unggulan tersebut agar mampu bersaing di pasar global, termasuk juga pada pasar lokal dan regional, maka perlu adanya upaya yang strategis dilakukan pemerintah agar dapat menghasilkan kebijakan dan program pembangunan yang efisien dan efektif dalam pengembangan wilayahnya.
Adapun usulan strategi kebijakan untuk dapat meningkatkan daya saing perekonomian wilayah terutama pada sector unggulan tanaman pangan di Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah sebagai berikut :
  1.    Penguatan managemen institusi pemerintahan agar dapat memberikan pelayanan yang baik (public service) kepada masyarakat sebagai modal utama penggerak aktifitas pertanian
  2. Penetrasi dukungan program nyata pemerintah kepada masyarakat agar dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas, baik itu menyangkut kinerja maupun produk yang dihasilkan
  3. Penciptaan iklim ekonomi makro dan mikro yang mampu memberikan pola hubungan yang baik, saling mendukung dan integrative
  4.   Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia ditunjang dengan penguasaan teknologi, agar mampu kreatif dan inovatif dalam menghasilkan produk unggulan
  5.  Diservifikasi produk turunan, agar menciptakan peluang ekonomi baru

         Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Oleh sebab itu perecanaan pembangunan ekonomi suatu daerah pertama-tama perlu mengenai karakter ekonomi, social dan fisik daerah itu sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain. Daya saing merupakan kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang memenuhi pengujian internasional, dan dalam saat kemampuan daerah menghasilkan tingkat pendapatan yang tinggi dan kebelanjutan, atau kemampuan daerah menghasilkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan eksternal (European Commission, 1999).

   
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, et al., 2002. Bunga Rampai Kajian Teori Keuangan. Cetakan Pertama. Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Soeratno & Arsyad, Lincolin 1995. Metode Penilitian : Untuk Ekonomi dan Bisnis.Yogyakarta: UPP YKPN
Badan Pusat Statistik, 2012. Kabupaten Labuhanbatu Utara Dalam Angka 2012. BPS. Labuhanbatu Utara.
Badan Pusat Statistik, 2013. Propinsi Sumatera Utara Dalam Angka 2013. BPS. Sumatera Utara.

MENINGKATKAN PRODUKSI PERTANIAN KAB. KARO DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN SEKTOR UNGGULAN YANG BERDAYA SAING MELALUI DUKUNGAN AGRO INDUSTRI


Oleh:
EDI SURANTA COSMES TARIGAN
NIM: 137003006


GAMBARAN UMUM DAERAH
1.       Luas dan Batas Administrasi

Secara Geografis letak Kabupaten Karo  berada diantara 2º50’–3º19’ Lintang Utara dan 97º55’–98º38’ Bujur Timur dengan luas 2.127,25 Kmatau 2,97 persen dari luas Propinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 1.1. Kabupaten Karo terletak pada jajaran Bukit Barisan dan sebagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi. Dua gunung berapi aktif terletak di wilayah ini sehingga rawan gempa vulkanik. Wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian 120–1420 M di atas permukaan laut. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang, sebelah Selatan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir, sebelah Timur dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun dan sebelah Barat dengan Propinsi Nangroe Aceh Darusalam untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.1.

                               Gambar 1.1. Peta Kabupaten Karo


Tabel 1.2. Letak dan Geografis Kabupaten Karo
I
Geografis Kabupaten Karo:
: 2º50’  – 3º19’  
Lintang Utara

: 97º55’– 98º38’
Bujur Timur
II
Luas Wilayah
: 2.127,25 Km²  (212.725 Ha)
III
Batas:


- Sebelah Utara
: Kab. Langkat dan Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Selatan
: Kab. Dairi dan Kab. Samosir

- Sebelah Timur
: Kab. Deli Serdang dan Kab. Simalungun

- Sebelah Barat
: Propinsi Nangroe Aceh Darusalam
IV
Letak diatas Permukaan Laut/
: Mardingding
280 m



Laubaleng
280 m



Tigabinanga
600 - 700 m



Juhar
710 - 800 m



Munte
800 m



Kutabuluh
900 m



Payung
850 - 1 200 m



Tiganderket
850 - 1 200 m



Simpang Empat
700 - 1.420 m



Naman Teran
700 - 1.420 m



Merdeka
700 - 1 420 m



Kabanjahe
1.200 m



Berastagi
1.400 m



Tigapanah
1 192 m



Dolat Rayat
1 192 m



Merek
1 192 m



Barusjahe
1 200 m

                    Sumber: Karo Dalam Angka 2010, BPS Kabupaten Karo
Kabupaten Karo terdiri dari 17 kecamatan, setiap kecamatan memiliki luas yang berbeda-beda yang dapat dilihat pada tabel 1.3.

             Tabel 1.3. Luas Daerah Menurut Kecamatan Tahun 2011
No.
No
Kecamatan

Luas Wilayah
(Km2)
Rasio Terhadap Total
 (%)
1
Mardingding
267,11
12,56
2
Laubaleng
252,60
11,87
3
Tigabinanga
160,38
7,54
4
Juhar
218,56
10,27
5
Munte
125,64
5,91
6
Kutabuluh
195,70
9,20
7
Payung
47,24
2,22
8
Tiganderket
86,76
4,08
9
Simpang Empat
93,48
4,39
10
Naman Teran
87,82
4,13
11
Merdeka
44,17
2,08
12
Kabanjahe
44,65
2,10
13
Berastagi
30,50
1,43
14
Tigapanah
186,84
8,78
15
Dolat Rayat
32,25
1,52
16
Merek
125,51
5,90
17
Barusjahe
128,04
6,02
Jumlah
2 127,25
100,00
                          Sumber: Karo Dalam Angka 2012

a.    Pertumbuhan PDRB Regional
Pertumbuhan ekonomi regional sangat erat hubungannya dengan masing-masing sektor yang membentuknya. Hal ini berkaitan erat dengan kontribusi masing-masing sektor yang berpotensi besar maupun sektor-sektor yang masih perlu mendapat perhatian lebih untuk dijadikan prioritas pengembangan sehingga diharapkan dapat menjadi sektor yang mempunyai peranan lebih besar dimasa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor skunder dan tersier, sehingga tercipta pendapatan masyarakat yang meningkat secara mantap dengan pemerataan yang sebaik mungkin.
b.        Pertumbuhan PDRB Sektoral
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indicator tingkat kesejahteraan suatu daerah. Berdasarkan harga berlaku, nilai PDRB Kabupaten Karo pada tahun 2011 sebesar 7.634,40 miliar rupiah. Dibandingkan dengan PDRB tahun 2010 yang nilainya sebesar 6.676,02 miliar rupiah, pada tahun 2011 terjadi kenaikan sebesar 958,38 miliar rupiah atau meningkat 14,36 persen. Dapat dilihat pada tabel 1.4 PDRB Kabupaten Karo pada tahun 2011 menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 7.6344.393.020.000 dan tahun 2010 sebesar Rp. 6.676.016.380.000. Dalam waktu 10 tahun PDRB Kabupaten Karo menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku meningkat sebesar Rp. 4.571.642,36 juta atau Rp. 457.164.236 juta pertahun.

 Tabel 1.4. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo Menurut Lapangan Usaha  Atas Dasar Harga  Berlaku 2009-2011 (Jutaan Rp)

No
Lapangan Usaha
Tahun
2009
2010
2011
1
PERTANIAN
3 413 849,08
4,078,032.72
4.652.444,65
2
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
20 331,35
23,897.93
28.079,89
3
INDUSTRI
42 160,62
48,907.29
54.676,83
4
LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH
20 361,58
21,721.56
23.138,96
5
BANGUNAN
212 313,07
238,915.90
268.637,35
6
PERDAGANGAN, HOTEL, & RESTORAN
675 896,94
772,621.23
879.535,13
7
ANGKUTAN & KOMUNIKASI
436 411,11
503,918.36
537.536,64116.113,06
8
BANK & LEMBAGA KEUANGAN
98 206,23
108,263.51
116.133,06
9
JASA –JASA
727 014,43
897,737.93
1.074.210,71

JUMLAH
5 646 544,41
6,676,016.38
7.634.393,22
                                                     Sumber: Karo Dalam Angka 2012

Begitu juga dengan PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Karo dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Dapat dilihat pada tabel 1.5 PDRB Kabupaten Karo menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada tahun 2010 sebesar Rp. 6.676.016,38 juta dan tahun 2011 sebesar 7.634.393,22. Dalam waktu 10 tahun PDRB Kabupaten Karo menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku meningkat sebesar Rp. 1.262.81,22 juta atau Rp. 126.287.122 juta pertahun.

Tabel 1.5. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo Menurut Lapangan Usaha  Atas Dasar Harga  Konstan 2000 Tahun  2009-2011  (Jutaan Rp)

No
Lapangan Usaha
Tahun
2009
2010
2011
1
PERTANIAN
1 853 345,65
1,953,697.52
2.067.277,12
2
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
11 126,55
12,445.27
13.963,52
3
INDUSTRI
24 077,37
24,707.40
25.849,72
4
LISTRIK, GAS, dan AIR BERSIH
9 523,86
9,980.26
10.465,73
5
BANGUNAN
113 276,76
118,974.58
126.077,53
6
PERDAGANGAN, HOTEL, & RESTORAN
456 113,97
490,182.51
529.540,80
7
ANGKUTAN & KOMUNIKASI
291 327,23
301,981.13
314.803,95
8
BANK & LEMBAGA KEUANGAN
51 904,29
55,167.75
58.838,05
9
JASA –JASA
364 903,66
400,048.82
442.313,16

JUMLAH
3 175 599,35
3,367,185.24
3.589.129,58
                                                      Sumber: Karo Dalam Angka 2012

Sektor pertanian merupakan sektor yang paling besar andilnya dalam kegiatan perekonomian di Kabupaten Karo. Hal ini terlihat dari besarnya konstribusi sektor pertanian terhadap total PDRB. Pada tahun 2009-2011 sektor pertanian memberi sumbangan terbesar dalam pembentukan PDRB.  Secara khusus pada tahun 2011 sumbangan setiap lapangan usaha atas dasar harga berlaku dalam pembentukan PDRB yaitu pertanian sebesar 60,94%. Kemudian disusul secara berturut-turut oleh sektor jasa-jasa 14,07%, sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar 11,52%, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 7,04%, sektor bangunan 3,52% dan sektor bank dan lembaga keuangan 1,52%. Sementara sektor industri pengolahan sebesar 0,72%, sektor pertambangan dan penggalian menyumbang 0,37%, serta listrik dan air bersih sebesar 0,30% dapat dilihat pada tabel 1.6.

Tabel 1.6. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Karo
Menurut lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku 2009-2011
                                                                                   
No
Lapangan Usaha

Tahun
2009
2010
2011
1
PERTANIAN
60,46
61,08
60,94
2
PENGGALIAN
0,36
0,31
0,37
3
INDUSTRI
0,75
0,73
0,72
4
LISTRIK, GAS, dan AIR BERSIH
0,36
0,30
0,30
5
BANGUNAN
3,76
3,58
3,52
6
PERDAGANGAN, HOTEL, & RESTORAN
11,97
11,57
11,52
7
ANGKUTAN & KOMUNIKASI
7,73
7,55
7,04
8
BANK & LEMBAGA KEUANGAN
1,74
1,62
1,52
9
JASA –JASA
12,88
13,18
14,07

JUMLAH
100,00
100,00
100,00
                                                        Sumber: Karo Dalam Angka 2012

Pada tahun 2011 sumbangan setiap lapangan usaha atas dasar harga konstan dalam pembentukan PDRB yaitu pertanian sebesar 57,60%. Kemudian disusul secara berturut-turut oleh sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar 14,75%, sektor jasa-jasa 12,32%, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 8,77%, sektor bangunan 3,51% dan sektor bank dan lembaga keuangan 1,64%. Sementara sektor industri pengolahan sebesar 0,73%, sektor pertambangan dan penggalian menyumbang 0,31%, serta listrik dan air bersih sebesar 0,30%. Berdasarkan atas harga berlaku dan harga konstan yang membedakan urutan lapangan usaha dalam menyumbang PDRB terbesar adalah jasa-jasa dan sektor perdagangan, restoran dan hotel.

Tabel 1.7. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Karo
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2009-2011

No
Lapangan Usaha

Tahun
2009
2010
2011
1
PERTANIAN
58,36
58,02
57,60
2
PENGGALIAN
0,35
0,31
0,39
3
INDUSTRI
0,76
0,73
0,72
4
LISTRIK, GAS, dan AIR BERSIH
0,30
0,30
0,29
5
BANGUNAN
3,57
3,53
3,51
6
PERDAGANGAN, HOTEL, & RESTORAN
14,36
14,56
14,75
7
ANGKUTAN & KOMUNIKASI
9,17
8,97
8,77
8
BANK & LEMBAGA KEUANGAN
1,63
1,64
1,64
9
JASA –JASA
11,49
11,88
12,32

JUMLAH
100,00
100,00
100,00
                                                     Sumber: Karo Dalam Angka 2012

PERMASALAHAN
  1. Merosotnya  tingkat produktivitas hasil pertanian
  2. Makin berkurangnya lahan untuk lahan pertanian
  3. Tidak stabilnya harga

PEMBAHASAN
Kabupaten Karo sudah lama terkenal sebagai daerah pertanian khususnya sebagai salah satu penghasil hortikultura utama di Provinsi Sumatera Utara. Sebagian produksi pertanian Karo dipasarkan juga ke Provinsi lainnya bahkan juga dipasarkan hingga keluar Negeri.
Lahan yang subur dan sumber daya petani yang relatif maju merupakan faktor pendukung yang utama. Namun demikian, dengan kondisi topografi kabupaten Karo yang berbukit-bukit, maka pengembangan pertanian yang berkelanjutan haruslah tetap mempertimbangkan faktor daya dukung lingkungan.
            Komoditas utama hortikultura khususnya sayur-mayur yang dihasilkan didataran tinggi Karo ialah kubis, kentang, tomat, sawi, wortel, cabai, buncis dan bawang merah. Daerah penghasil sayur-sayuran utama di Kabupaten Karo ialah Kecamatan Berastagi/ Kabanjahe (kentang, kubus, sawi/petsai, wortel dan lobak) Kecamatan Barusjahe (kentang dan kubis), Kecamatan Merek (kentang, kubis, sawi/petsai), Kecamatan Payung/Tiganderket (cabai, tomat, sawi/petsai, kubis dan bawang merah), Kecamatan Simpang Empat/ Naman Teran / Merdeka (kentang, tomat dan kubis), Kecamatan Tigapanah/Dolat Rayat (kentang dan kubis). Kecamatan-kecamatan lain lebih dominan komoditas tanaman pangang seperti Padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah dan berbagai jenis buah-buahan seperti pisang dan jeruk. Sektor Pertanian merupakan bagian terpenting dalam perekonomian Kabupaten Karo. Peranan sektor ini terhadap PDRB Karo pada tahun 2011 sekitar 60,94% untuk harga berlaku. Potensi unggulan daerah Kabupaten Karo secara umum tergambar dari kegiatan utama perekonomian masyarakat maupun melalui program dan kebijakan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. Sesuai dengan kondisi geografis Kabupaten Karo, kegiatan utama perekonomian masyarakat Karo didominasi oleh sektor pertanian. Sektor pertanian meliputi kegiatan pengolahan lahan sampai budidaya  (on Farm) dan pasca panen  (off Farm). Sektor pertanian meliputi sub sektor tanaman pangan, holtikultura, bahan makanan, tanaman perkebunan dan peternakan beserta hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan. Sub sektor tanaman pangan mencakup segala jenis tanaman yang dihasilkan dan digunakan sebagai bahan makanan.

Usaha-usaha meningkatkan hasil pertanian
1. Intensifikasi Pertanian
             Intensifikasi pertanian yaitu  pengolahan lahan pertanian yang ada dengan cara sebaik-baiknya agar dapat meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan berbagai sarana. Pada awalnya intensifikasi pertanian ditempuh dengan program Panca Usaha Tani, yang kemudian dilanjutkan dengan program sapta usaha tani. Adapun sapta usaha tani dalam bidang pertanian meliputi kegiatan sebagai berikut :
 • Pengolahan tanah yang baik
 • Pengairan yang teratur
 • Pemilihan bibit unggul
 • Pemupukan
 • Pemberantasan hama dan penyakit tanaman
 • Pengolahan pasca panen

2. Ekstensifikasi Pertanian
Adalah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan cara memperluas lahan pertanian baru,misalnya membuka hutan dan semak belukar, dan daerah pertanian yang belum dimanfatkan.
3. Diversifikasi Pertanian
            Adalah usaha penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah satu hasil pertanian.
 Diversifikasi pertanian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
 • Memperbanyak jenis kegiatan pertanian, misalnya seorang petani selain bertani juga beternak seperti beternak  lembu,kambing, ayam
 • Memperbanyak jenis tanaman pada suatu lahan atau dengan kata lain Sistem tumpang sari, misalnya pada suatu lahan selain ditanam Jeruk  juga ditanam cabe,kol .
4. Rehabilitasi Pertanian
 Adalah usaha memperbaiki lahan pertanian yang semula tidak produktif atau sudah tidak berproduksi menjadi lahan produktif atau mengganti tanaman yang sudah tidak produktif menjadi tanaman yang lebih produktif.
Analisis internal dilakukan dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari berbagai aspek yang ada di Kabupaten Karo. Aspek-aspek internal di Pemerintah Kabupaten Karo antara lain terdiri dari aspek : Kelembagaan, manajemen, SDM dan sumber daya lainnya.
Analisa internal dilaksanakan dengan melakukan identifikasi kekuatan dan kelemahan keadaan di Kabupaten Karo  sebagai berikut :

a.            Kekuatan (Strength):
1)            Kabupaten Karo memiliki daerah datar dengan ketinggian diatas 1.000 meter diatas permukaan laut dan tanahnya subur;
2)            Kabupaten Karo memiliki udara pegunungan yang sejuk dan segar;
3)            Kabupaten Karo dekat dengan ibukota Provinsi Sumatera Utara, Medan sebagai pintu gerbang internasional; 
4)            Kabupaten Karo kondusif dan aman;

b.      Kelemahan (Weakness)
1)            Motivasi masyarakat secara umum rendah;
2)            Penyaluran kredit perbankan ke pada petani dan dunia usaha sangat sedikit;
3)            Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karo rendah;
4)            Pemerintah Kabupaten Karo belum memiliki sistim informasi manajemen yang baik;
5)            DPRD Kabupaten Karo belum mampu menempatkan diri sebagai pembuat regulasi yang efektif guna mendukung penyelenggaraan otonomi daerah secara optimal;
6)            Kelompok tani belum kuat dan mandiri sehingga belum memiliki kemampuan memasuki/membentuk  pasar dan membuka akses ke perbankan;
7)            SDM petani  secara umum masih rendah;
8)            Jumlah pegawai penyuluh pertanian (PPL)  masih kurang dan kemampuan mereka juga masih kurang memadai/kurang;
9)            Tanah/lahan belum sepenuhnya dapat digunakan sebagai asset pembangunan karena status kepemilikan masih banyak yang belum tersertifikasi.
Selanjutnya analisis lingkungan eksternal dilakukan dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman dari luar. Peluang dan ancaman dimaksud adalah seperti diuraikan berikut ini :

c.      Peluang (Oppurtunity)
1)            Produk pertanian dataran tinggi memiliki peluang pasar yang tinggi baik ditingkat nasional maupun internasional (AFTA, APEC, ASEAN) karena kondisi alam dataran tinggi seperti tanah Karo sangat terbatas di Indonesia dan malah di dunia;
2)            Tersedia teknologi dan peralatan pertanian dan peternakan dipasar untuk pengembangan pertanian dan peternakan Karo;
3)            Adanya potensi  masyarakat Karo  diluar Kabupaten Karo yang ingin membangun Karo; 

d.      Ancaman (Threat) :
1)            Dunia berubah sangat cepat, termasuk perubahan lingkungan hidup dan lingkungan perundang-undangan nasional dan internasional. Setiap daerah dan atau negara yang tidak berupaya mengikuti perkembangan perubahan tersebut maka akan tertinggal dan menjadi mangsa daerah dan atau negara/bangsa lain;
2)            Persaingan perdagangan antar daerah dan antara bangsa makin ketat sehingga daerah dan atau negara yang lemah dalam penguasaan teknologi dan manajemen akan hanya menjadi penonton dan menjadi pasar bagi daerah dan atau negara yang maju;
3)            Perkembangan teknologi pertanian sangat pesat  sehingga kualitas produk dan efisiensi menjadi makin tinggi dari waktu ke waktu. Kegiatan pertanian di Kabupaten Karo akan terancam oleh produk pertanian dari luar apabila tidak dapat mengikuti perkembangan  teknologi  dan manajemen pertanian secara  aktif dan terus-menerus; dan
4)            Pemanasan global (global warming) mengalami akselerasi yang tinggi dan telah merubah pola iklim secara siknifikan. Kondisi ini dapat menimbulkan bencana alam berupa kekeringan dan tanah longsor di Kabupaten Karo. Kedua kejadian ini memiliki potensi mengakibatkan terjadinya peningkatan keluarga miskin di Kabupaten Karo.
Adapun tujuan yang ingin diraih melalui analisis ini adalah:
a.    Meningkatkan pendapatan petani;
b.    Meningkatkan daya saing produk pertanian
Sasaran yang ingin dicapai dari analisis ini adalah:
a.    Meningkatnya kuantitas, kualitas dan daya saing produk-produk pertanian di pasar lokal, regional dan internasional;
b.    Berkembangnya sistem pertanian yang ramah lingkungan.