Sabtu, 15 November 2014

ANALISIS DAYA SAING DAN POTENSI DAERAH LIMA PULUH KOTA

Oleh: 
Dedi Fadillah

NIM: 137003049






BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, semangat otonomi telah membuat daerah-daerah otonom untuk berlomba-lomba memajukan daerahnya sendiri. Dengan banyaknya kewenangan yang diberikan kepada daerah, maka daerah akan lebih leluasa untuk mengembangkan potensi yang ada di daerahnya masing-masing. Dengan mengembangkan potensi yang ada di daerah ini diharapkan dapat meningkatkan PAD guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Walaupun sebagian besar APBD daerah masih tergantung pada pusat, setidaknya dengan meningkatkan PAD melalui potensi unggulan daerah ini akan sangat membantu keuangan daerah.  Sejak dimulainya era otonomi berarti setiap daerah harus mampu menggali sebesar-besarnya potensi unggulan yang dimiliki dan mampu mengembangkannya. Dengan demikian daerah tersebut akan mampu menyelenggarakan pemerintahannya sendiri secara mandiri sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.2.       Sejarah Singkat Kabupaten Lima Puluh Kota
Kabupaten Lima Puluh Kota terbentuk pada awal kemerdekaan, tepatnya tanggal 8 Oktober 1945. Pada saat itu Muhammad Syafei sebagai Residen yang I (pertama) untuk Sumatera Tengah mengeluarkan ketetapan yang membagi Sumatera Tengah menjadi delapan Luak, yaitu Luak Padang dan sekitarnya, Painan, Kerinci/Indrapura, Tanah Datar, Agam, Lima Puluh Kota, Solok/Sawahlunto, dan Pasaman. Untuk Kepala Luak Lima Puluh Kota diangkatlah Syafiri Gelar St. Pangeran.
Pada tanggal 15 November 1945, Roesad Dt. Perpatih Baringek diangkat sebagai Residen II (kedua) Sumatera Tengah. Dan pada tanggal 23 Januari 1946 terjadi perubahan dalam kepamongprajaan, dimana sebutan Kepala Luak diganti dengan sebutan Wali Luak. Saat itu diangkatlah Bagindo Moerad sebagai Wali Luak Lima Puluh Kota, dan diangkat pula :
1.      Demang Suliki yaitu Arisoen St. Alamsyah dari anggota Komite Nasional Payakumbuh
2.      Demang Payakumbuh yaitu Malik Sidik dari anggota Komite Nasional Bukittinggi
3.      Demang Bangkinang yaitu Sutan Bahroemsyah dari wakil demang Bangkinang
Berdasarkan Peraturan Komisaris Pemerintah Pusat di Bukittinggi No.81/Kom/U tanggal 30 November 1948, Luak Lima Puluh Kota berubah nama menjadi Kabupaten Sinamar dengan wilayah mencakup kewedanaan Payakumbuh, Suliki dan Tanah Datar dengan ibukotanya Payakumbuh. Akan tetapi sebelum pemerintah terbentuk pihak penjajahan Belanda melancarkan Agresi ke II-nya. Selama Agresi Belanda Kabupaten Lima Puluh Kota dipimpin oleh Bupati Militer Arisun St. Alamsyah, dan setelah beliau gugur di Situjuh tanggal 15 Januari 1946 digantikan oleh Bupati Militer Saalah Sutan Mangkuto.
Setelah Cease fire yaitu tanggal 9 November 1949 dikeluarkanlah Instruksi Gubernur Militer No.10/GM/S.T/49 Propinsi Sumatera Tengah tentang pembentukan Kabupaten berotonomi, seperti yang dimaksudkan oleh UU No.22 tahun 1948, dimana untuk Kabupaten Lima Puluh Kota diresmikan pada tanggal 19 November 1949 dengan wilayah Kecamatannya yaitu: Payakumbuh, Luhak, Harau, Guguk, Suliki, Pangkalan Koto Baru, dan Kapur IX. Selanjutnya di era otonomi yaitu sejak di berlakukannya UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah jumlah Kecamatan mengalami perubahan menjadi 13 Kecamatan serta Pemerintahan desa yang semula berjumlah 180 desa berubah menjadi pemerintahan nagari yang berjumlah sebanyak 76 nagari.




BAB II
GAMBARAN UMUM DAN KONDISI DAERAH

2.1.       Kondisi Fisik.
Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan daerah yang terletak pada bagian Timur Wilayah Propinsi Sumatera Barat, dan merupakan pintu gerbang Sumatera Barat menuju pantai Timur pulau Sumatera. Pantai Timur yang berbatasan langsung dengan perdagangan Selat Malaka termasuk ke dalam “ Development Gravity Centre “ dunia Abad 21. Menjadikan daerah ini sebagai wilayah jalur strategis perdagangan utama menuju wilayah Timur. Secara geo ekonomis terintegrasi langsung dengan perekonomian wilayah Propinsi Riau.
Secara geografis terletak antara 00 22’ LU dan 00 23’ LS’ serta antara 1000 16’ - 1000 51’ BT, dengan luas daratan mencapai 3.354,30 Km2. Kabupaten ini memiliki batas wilayah administratif dengan :
-          Sebelah Utara dan Timur : Kabupaten Kampar dan Rokan Hulu di Propinsi Riau;
-          Sebelah Selatan : Kabupaten Tanah Datar di Propinsi Sumatera Barat;
-          Sebelah Barat : Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Agam di Propinsi Sumatera Barat.
Secara administratif Kabupaten Lima Puluh Kota terdiri dari 13 Kecamatan dan 76 Nagari. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Kapur IX dengan luas 723,36 Km2 dan yang terkecil adalah Kecamatan Luak dengan luas 61,68 Km².
Topografi Kabupaten Lima Puluh Kota bervariasi antara datar, landai, bergelombang dan berbukit-bukit, dimana dapat diklasifikasikan atas datar (0–2 %) seluas 51.718 hektar, landai (2–5 %) seluas 56.441 hektar, bergelombang s/d curam (15-40 %) seluas 110.927 hektar, dan sangat curam (lebih dari 40 % ) seluas 116.344 hektar. Sementara ketinggiannya berkisar antara 110 meter s/d 791 meter. Di daerah ini juga terdapat 3 buah gunung berapi yang sudah tidak aktif lagi yaitu Gunung Sago (2.261 M), Gunung Bungsu (1.253 M) dan Gunung Sanggul (1.495 M). Dari sudut tinjauan fisiografis, wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota terletak pada kawasan pegunungan Bukit Barisan yang merupakan pegunungan patahan dengan dua jalur lembah (basin), masing-masing basin Batang Sinamar yang bermuara ke sungai Batang Hari di Propinsi Jambi dan basin Batang Kampar yang bermuara ke sungai Kampar di Propinsi Riau.
Dilihat dari jenis tanah yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota, bagian yang terluas adalah tanah dari jenis Podzolik Merah Kuning (PMK) yang didominasi oleh jenis kompleks PMK dengan Latosol dan Litosol. Diikuti oleh jenis tanah PMK dari batuan induk Alluvial di perbatasan Propinsi Riau. Sementara untuk tekstur tanah dapat diklasifikasikan atas halus seluas 62.325 ha, sedang seluas 237.608 ha, kasar seluas 35.497 ha. Dengan kedalaman efektif lebih dari 60 cm seluas 90.855 ha, kedalaman efektif 60 – 90 cm seluas 87.191 ha, dan yang kedalaman efektifnya lebih dari 90 cm seluas 157.384 ha, artinya 46,92 % dari tanah di Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki kedalaman efektof yang cukup dalam yaitu lebih dari 90 cm.
Curah hujan tahunan rata-rata di Kabupaten Lima Puluh Kota 2.395 mm, dengan jumlah hari hujan 167 hari. Sepanjang tahun yaitu selama 11 bulan adalah bulan basah, dan tidak ada bulan kering.
Kabupaten Lima Puluh Kota dilihat dari tinjauan hidrografis dilalui oleh dua bagian Daerah Aliran Sungai (DAS). Kedua bagian DAS itu masing-masing adalah DAS Kampar yang terletak di bagian Utara dan DAS Kuantan di bagian Selatan. Bagian hulu DAS Kampar diantaranya meliputi Sub DAS Mahat dengan beberapa anak sungai, diantaranya batang Mahat dengan panjang 125 km, batang Kapur (40 km), Batang Kampar (75 km), Batang Paiti (31 km), Batang Mongan (72 km), Batang Mangilang (20 km), Batang Rompangan, dan Batang Samo. Di bagian hulu DAS Kuantan (Sub DAS Sinamar) mengalir pula sejumlah anak sungai, masing-masing Batang Sinamar (75 km), Batang Agam (25 km), Batang Lampasi (30 km), Batang Pinago, Batang Mungo (22 km), Batang Coran, Batang Liki (11 km), dan Batang Sanipan (20 km).
Dari 335.430 Ha luas Kabupaten Lima Puluh Kota, seluas 143..938 Ha berupa Hutan Lindung (HL), seluas 27.060 Ha Hutan Suaka Alam dan Wisata (HSAW), seluas 30.300 Ha Hutan Produksi (HP) yang terdiri dari Hutan Produksi Tetap seluas 6.200 Ha, Hutan Produksi Terbatas seluas 8.915 Ha, Hutan yang dapat dikonversi seluas 15.185 Ha. Sisanya adalah Areal Penggunaan Lain (APL) yaitu seluas 134.132 Ha yang terdiri dari Lahan basah seluas 25.641 ha yang dapat dbagi lagi atas sawah Irigasi (produktif seluas 14.090 Ha dan tidak produktif seluas 6.641 ha), Sawah Non Irigasi seluas 1.555 Ha, Rawa-rawa 221 Ha, Kolam/tebat/embung seluas 1.320 Ha, waduk/danau seluas 1.814 Ha. Serta Lahan Kering seluas 108.491 Ha yang dapat dibagi lagi atas Perkebunan seluas 38.250 Ha, Permukiman/Pekarangan seluas 7.684 Ha, Industri seluas 171 Ha, Pertambangan seluas 375 Ha, Lahan terlantar/semak belukar 36.650 Ha, Penggunaan lainnya seluas 25.361 Ha.

2.2.       SOSIO – DEMOGRAFI.
Jumlah penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota menurut Kabupaten dalam Angka tahun 2004 berjumlah 325.157 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 160.176 jiwa dan perempuan sebanyak 164.981 jiwa, dan pada tahun 2005 naik menjadi 327.652 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 161.467 jiwa dan perempuan sebanyak 166.185 jiwa. Artinya telah terjadi kenaikan sebanyak 2.495 jiwa atau laju pertumbuhannya sebesar 0,76 persen. yang terdiri dari laki-laki 1.291 jiwa (0,39 persen) dan perempuan 1.452 jiwa (0,44 persen). Bila dilihat dari sisi sex ratio antara laki-laki dengan perempuan pada tahun 2004 adalah 97,09 persen dan pada tahun 2005 adalah 97,16 persen. Jadi masih terlihat bahwa perempuan jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki.
Kepadatan penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2005 mencapai 98 jiwa per Km2 dengan luas Kabupaten sebesar 3.354,30 Km2. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Luak dengan tingkat kepadatan sebesar 376 jiwa per Km2, dan Kecamatan yang paling rendah tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Kapur IX dengan tingkat kepadatan hanya sebesar 36 jiwa per Km². Bila dilihat jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Lima Puluh Kota masih didominasi oleh penduduk usia muda yaitu sebanyak 100.460 jiwa atau 30,66 persen, sementara untuk kelompok umur usia produktif (15-64) sebanyak 199.852 jiwa atau 61,00 persen dan kelompok umur penduduk usia tua sebanyak 27.340 jiwa ( 8,34 persen), dari gambaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk piramida penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota berbentuk segitiga, dimana jumlah penduduk yang usia muda lebih banyak jumlahnya dari penduduk yang berusia tua maka dengan demikian angka beban tanggungan (dependency ratio) juga ikut tinggi. Angka beban tanggungan Penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2005 adalah 39 %. Bila dibandingkan dengan daerah lain di Sumatera Barat, maka jumlah penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota menempati urutan ke 6 (enam). Daerah yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Kota Padang dan yang paling sedikit adalah Kota Padang Panjang.
Secara umum angkatan kerja adalah tenaga kerja yang bekerja, sedangkan definisi dari angkatan kerja itu adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa. Jumlah tenaga kerja di Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2005 adalah sebanyak 227.192 orang, dimana 117.447 orang diantaranya adalah tenaga kerja perempuan dan sisanya sebanyak 109.746 orang adalah tenaga kerja laki-laki, sedangkan jumlah angkatan kerja secara keseluruhan berjumlah 161.240 orang, 94.414 orang diantaranya adalah angkatan kerja laki–laki dan perempuan sebanyak 66.826 orang, dari sini dapat digambarkan bahwa tenaga kerja yang bekerja itu pada umumnya adalah laki – laki sedangkan perempuan kurang aktif dan tidak mau bekerja sesuai dengan kemampuannya. Dari 161.240 orang angkatan kerja yang ada 150.817 orang diantaranya sudah bekerja dan dari jumlah tersebut 91.182 orang adalah tenaga laki-laki dan perempuan sebanyak 59.635 orang, sedangkan yang sedang mencari pekerjaan jumlahnya 10.423 orang dan 3.232 orang dintaranya adalah laki-laki dan perempuan sebanyak 7.191 orang. Tenaga kerja yang bukan angkatan kerja berjumlah 65.953 orang yang terbanyak dari jumlah tersebut adalah perempuan yaitu dengan jumlah 50.621 orang, Tenaga kerja yang bukan tenaga kerja ini pada umumnya adalah tenaga kerja yang masih menuntut ilmu disekolah yang berjumlah 15.252 orang dan yang lainnya berjumlah sebesar 50.701 orang. Secara umum persentase angkatan kerja dengan jumlah penduduk secara keseluruhan adalah 49,21 %.
Ditinjau dari lapangan usaha yang mereka lakukan yang terbanyak itu adalah lapangan usaha pertanian yaitu dengan jumlah 86.862 orang kemudian di ikuti oleh bidang perdagangan yaitu sebesar 20.225 orang, kemudian jasa dengan jumlah 17.525 orang dan industri berjumlah 13.639 orang serta lapangan usaha lainnya dibawah sepuluh ribu orang. Kalau ditinjau berdasarkan status pekerjaannya maka didominasi oleh mereka yang berusaha sendiri ( self empoyed ) yaitu berjumlah 31.603 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 20.140 orang dan perempuan 11.463 orang, kemudian diikuti oleh mereka yang berusaha dengan buruh tidak tetap yaitu sebanyak 29.631 orang yang terdiri dari laki-laki 23.599 orang dan perempuan sebanyak 6.032 orang, kemudian diikuti oleh buruh/karyawan swasta berjumlah 29.284 orang dari jumlah tersebut 17.229 orang merupakan laki-laki dan selebihnya adalah tenaga perempuan. Selanjutnya lapangan usaha yang paling sedikit diminati adalah mereka yang bekerja bebas di non pertanian yaitu berjumlah 4.757 orang dari jumlah itu 3.784 orang merupakan tenaga laki-laki dan 9873 orang adalah merupakan tenaga perempuan.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja laki – laki lebih dominan bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, namun demikian tenaga perempuanpun juga ikut dalam menopang kehidupan keluarga dengan arti kata bahwa penduduk perempuan Kabupaten Lima Puluh kota termasuk perempuan yang suka berkarya dan tidak hanya mengharapkan dari suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga.


  

BAB III
ANALISIS KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA  (SDM) PENDUDUK

3.1.       Pendapatan Perkapita
PDRB perkapita dan Pendapatan perkapita menggambarkan rata-rata pendapatan yang diterima penduduk suatu wilayah pada tahun tertentu. Secara konseptual PDRB perkapita diperoleh dari cara membagi total PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan yahun pada taun yang sama. Adapun pendapatan regional perkapita didapat dari pengurangan total PDRB dengan penyusutan dan pajak tak langsung neto, dan hasil pengurangan trersebut dibagi dengan penduduk pertengahan pada tahun yang sama.
Pendapatan per kapita tahun 1999 daerah yang menjadi salah satu cikal bakal ranah Minang ini besarnya Rp 4,8 juta, di atas rata- rata Sumatera Barat yang mencapai Rp 4,5 juta. Data terbaru PDRB Limapuluh Kota berjumlah 8,11 juta rupiah pada tahun 2004 atau naik sebesar 11,56 persen dibandingkan tahun 2003 sebesar 7,27 juta rupiah. Dari data ini maka didapatlah pendapatan regional perkapita Limapuluh Kota sebesar 7,66 juta. Rupiah pada tahun 2004 atau naik sebesar 11,49 persen dari tahun 2003 sebesar 6,88 juta rupiah.
3.2.       Pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu modal penting untuk menjamin keberlanjutan antar generasi dalam mempertahankan eksistensi bangsa dan negara. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu menjalankan tongkat estafet keberlanjutan pembangunan di masa yang akan datang. Namun demikian, dalam proses pelaksanaanya, banyak tantangan dan kendala yang dihadapi oleh pemerintah daerah untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas tersebut.
Dalam era globalisasi yang pengaruhnya semakin meluas, tantangan dan kendala yang dihadapi semakin kompleks dan perlu dipikirkan bersama bagaimana mencari solusi untuk pemerataan pendidikan secara merata dan berkesinambungan. Pelayanan pendidikan bagi semua anak usia sekolah perlu lebih ditingkatkan.
Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota, dalam hal ini Dinas Pendidikan secara berkesinambungan membutuhkan data pendidikan yang akurat dan objektif sebagai referensi dalam mengambil kebijakan yang tepat di bidang pendidikan. Pendidikan perlu dikelola secara lebih profesinal dengan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan dan sesuai dengan visi dan misi pembangunan pendidikan di Kabupaten Lima Puluh Kota, yaitu menumbuhkembangkan kemampuan masyarakat dalam mewujudkan pendidikan yang merata dan berkualitas serta berdaya saing tinggi dalam menghadapi era globalisasi.
Tujuan pembangunan pendidikan adalah memberi peluang yang sama bagi seluruh anggota masyarakat untuk mengakses sarana dan prasarana pendidikan serta memperluas jangkauan dan daya tampung SD/MI, SLTP/MTs, SMU/MA, dan SMK bagi seluruh masyarakat serta terselenggaranya manajemen pendidikan yang berbasis sekolah dan masyarakat. Pada Tahun 2005, Sekolah Dasar (SD) baik negeri maupun swasta di Kabupaten Lima Puluh Kota berjumlah 368 buah dengan jumlah terbanyak berada di Kecamatan Harau dan Kecamatan Guguak masing-masing sebanyak 39 buah dan paling sedikit di Kecamatan Mungka sebanyak 20 buah. Sedangkan jumlah murid seluruhnya adalah 43.078 orang dan guru berjumlah 3.010 orang dengan jumlah kelas sebanyak 2.427 buah. Rasio sekolah dengan murid 1 : 117, rasio sekolah dengan guru 1 : 8.
Untuk Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP) Negeri terdapat 33 sekolah dengan 8.731 orang murid, 1.015 orang guru dan 335 buah kelas. Rasio sekolah dengan murid adalah 1 : 265 dan rasio sekolah dengan guru adalah 1 : 31. Ruang kelas yang berkondisi baik berjumlah 297 buah , dimana paling banyak terdapat di Kecamatan Harau sebanyak 46 buah dan paling sedikit terdapat di Kecamatan Kapur IX sebanyak 13 buah. Ruang Kelas yang berkondisi rusak ringan berjumlah 82 buah, dimana paling banyak terdapat di Kecamatan Guguak sebanyak 20 buah dan pada Kecamatan Luak, Harau, Mungka, Suliki dan Kecamatan Bukit Barisan tidak ada sama sekali terjadi rusak ringan. Sedangkan yang rusak berat paling banyak terdapat di Kecamatan Situjuah Limo Nagari dengan jumlah 6 buah.
Untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) Negeri, pada Tahun 2005 tercatat 10 Sekolah dengan jumlah murid sebanyak 5.415 orang, jumlah guru 554 orang dan jumlah ruang kelas sebanyak 157 buah. Rasio sekolah : murid adalah sebesar 1 : 541 dan rasio sekolah : guru adalah sebesar 1 : 55. Perkembangan prasarana pendidikan dari tahun 2001 sampai keadaan tahun 2005 yang tersedia adalah sebagai berikut ;
Daftar jumlah gedung sekolah TK.SD. SLTP, SLTA di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2001 – 2005 :
No
Tahun
TK
(Unit)
SD
(Unit)
SLTP
(Unit)
SLTA
(Unit)
1.
2001
155
377
34
8
2.
2002
157
373
34
8
3.
2003
161
373
34
10
4.
2004
178
373
36
13
5.
2005
181
368
36
86
Sumber : Kab.Lima Puluh Kota Dalam Angka Tahun 2005
Dari data diatas didapat bahwa dengan melihat rasio jumlah perbandingan jumlah murid, guru dan sekolah dapat disimpulkan pendidikan di Kabupaten Lima puluh Kota sudah baik. Ditambah lagi dengan data bertambah banyaknya jumlah sekolah dari taun ke tahun.

3.3.       Kesehatan Dan Gizi.
Usaha peningkatan derajat kesehatan masyarakat sesungguhnya merupakan tanggungjawab bersama antar pemerintah dan masyarakat, namun walau pun begitu harus didukung oleh masyarakat melalui kesadaran total terhadap seluruh aspek yang terkait. Sumber daya manusia yang sehat, baik fisik maupun mental perlu ditingkatkan melalui perwujudan lingkungan dan perilaku hidup sehat dan bersih. Dengan terwujudnya sumber daya manusia yang memiliki kualitas kesehatan yang baik, maka kualitas dan kapasitas sumber daya manusianya juga akan meningkat secara signifikan.
Permasalahan di bidang kesehatan di Kabupaten Lima Puluh Kota masih perlu dicarikan solusinya karena: masih tingginya angka kematian ibu melahirkan; tingginya angka kematian bayi; belum maksimalnya kualitas pelayanan kesehatan; Belum optimalnya penggunaan teknologi dan sistem informasi kesehatan; Kurangnya mutu tenaga medis dan paramedis dalam mengelola pelayanan kesehatan; Serta masih belum terjangkaunya biaya pengobatan yang harus ditanggung terutama oleh masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah.
Sementara itu, jenis penyakit yang masih banyak diderita oleh sebagian masyarakat Lima Puluh Kota sebagian besar meliputi penyakit infeksi menular, seperti Tuberculosis (TBC), Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Diare, Penyakit Kulit serta penyakit menular lainnya. Namun pada saat yang sama terjadi peningkatan kasus penyakit tidak menular (degeneratif) yang umumnya disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat atau sebagai konsekuensi dari meningkatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut (Lansia)
Secara umum, status kesehatan masyarakat di Kabupaten Lima Puluh Kota menunjukkan kecenderungan meningkat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun tingkat kesehatan masyarakat relatif masih menunjukkan kesenjangan yang cukup tinggi antar masyarakat berpenghasilan rendah/ miskin dengan masyarakat berpenghasilan tinggi/ kaya akibat perbedaan kemampuan dalam mengakses sarana dan prasarana kesehatan.
Sarana dan Prasarana Kesehatan.
Pada tahun 2005 prasarana kesehatan yang tersedia yang terdiri dari Rumah Sakit Umum 1 unit yang berada di Kecamatan Suliki, Puskesmas sebanyak 19 unit yang tersebar pada 13 kecamatan, dimana kecamatan Bukit barisan memperoleh 3 unit, sedangkan pada kecamatan yang lain jumlahnya bervariasi antara 1 sampai 2 unit Puskesmas, sedangkan jumlah Puskesmas Pembantu adalah 92 unit yang juga tersebar pada 13 kecamatan dan kecamatan yang paling banyak memiliki Puskesmas Pembantu (Pustu) adalah kecamatan Guguak yaitu sebanyak 10 unit dan kecamatan yang paling sedikit mempunyai Puskesmas Permbantu adalah kecamatan Payakumbuh dan kecamatan Luak yaitu sebanyak 5 unit, kesemua Pustu yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota sudah berfungsi sesuai dengan fungsinya. Untuk menunjang Puskesmas dan Pustu yang ada, maka di Kabupaten Lima Puluh Kota juga tersedia Pos Pelayanan terpadu (Posyandu) yang pada tahun 2005 berjumlah 511 unit Disamping itu juga ada toko obat yang jumlahnya 7 unit yang tersebar di 4 Kecamatan.
Tenaga Kesehatan yang tersedia di Kabupaten Lima Puluh Kota masih kurang, tenaga dokter umum yang ada hanya 20 orang , atau dengan arti kata bahwa setiap 1 orang dokter melayani 16.382,6 penduduk. Disamping itu tenaga kesehatan lain adalah dokter gigi yang berjumlah 14 orang, perawat umum 79 orang, perawat gigi 16 orang, tenaga bidan termasuk yang paling banyak jumlahnya yaitu 201 orang dan teanaga lainnya 173 orang. Dengan demikian jumlah ternaga kesehatan secara keseluruhan adalah 503 orang. Kalau dibandingkan dengan jumlah tenaga kesehatan pada tahun 2001, secara kuantitas terjadi kenaikan sekitar 6,08 % pertahun.Jumlah tenaga kesehatan yang paling banyak terdapat di Kecamatan Guguak, dimana total keseluruhan tenaga yang ada berjumlah 68 orang sedangkan tenaga yang paling sedikit berada pada kecamatan Payakumbuh dan kecamatan luak, masing-masing berjumlah 6 orang. Rata-rata tenaga kesehatan di setiap kecamatan adalah 48 orang, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyebaran tenaga kesehatan di Kabupaten Lima Puluh Kota belum merata disetiap kecamatan.
Menurut data yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat bulan Juli 2000, di kabupaten ini masih terdapat 273 balita yang menderita gizi buruk dan kurang energi protein (KEP). Jika tidak menyaksikan sendiri keadaan desa-desa di kabupaten ini, sulit mempercayai bahwa di kabupaten penghasil gambir (Uncaria gambir) terbesar di Indonesia, masih ditemukan balita bergizi buruk dan KEP. Di pelosok Desa Mahat Kecamatan Suliki Gunung Mas umpamanya, masih dijumpai rumah penduduk yang beralaskan tanah dengan dinding kayu. Padahal sejak ditemukannya batu-batu menhir, peninggalan kebudayaan megalitikum, pada tahun 1981 Desa Mahat masuk dalam salah satu obyek wisata dari 73 obyek wisata yang ditawarkan kabupaten ini. Meskipun hanya berjarak 44 km atau sekitar 1,5 jam perjalanan dari Payakumbuh, daerah ini seakan terisolasi karena tidak dilalui kendaraan umum. Mobil yang digunakan untuk menuju Desa Mahat harus menggunakan double gardan, karena selepas jalan beraspal kasar yang hanya sekitar 2 km, selebihnya berupa jalan tanah berbatu-batu dan berlubang besar di sana-sini.

3.4.       Demokratisasi.
Sebelum keluarnya UU Pemilihan Umum Legislatif No.12 Tahun 2003 proses pemilihan anggota legislatif lebih dominan ditentukan oleh partai politik, dan saat ini proses pemilihan telah lebih demokratis dimana anggota DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota dipilih secara langsung oleh masyarakat melalui partai politik peserta pemilu. Pemilihan tersebut telah berlangsung dengan baik dan telah memilih anggota DPRD sebanyak 35 orang yang berasal dari 7 buah partai politik. Demikian juga dengan pemilihan Kepala Daerah secara langsung yang telah berlangsung untuk periode ini. Bupati periode ini dipilih langsung oleh masyarakat dan berlangsung sukses tanpa masalah yang berarti. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kualitas demokratisasi masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota sudah cukup baik.

3.5.       Tingkat Fertilitas.
Jumlah penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota pda tahun 2005 tercatat sebanyak 327.652 jiwa. Dengan rincian 161.467 jiwa penduduk laki-laki dan 166.185 jiwa penduduk perempuan. Dengan rasio jenis kelamin sebesar 97.16 persen. Kalau dilihat dari jumlah nagari yang ada maka rata-rata tiap nagari adalah penduduknya 4.331 jiwa.kemudian kepadatan penduduk pada tahun 2005 adalah sebesar 98 jiwa per km persegi dengan luas Kabupaten 3.354,30 km persegi. Jumlah rumah tangga yang ada di kabupaten Lima puluh Kota pada taun 2005 tercatat 84.433. Sehingga kepadatan penduduk per rumah tangga adala 4 jiwa per rumah tangga. Jumlah penduduk dari tahun ke tahun selalu meningkat. Tahun 2003 adalah 322.271 jiwa, tahun 2004 sebesar 325.147 jiwa, dan tahun 2005 sebesar 327.652 jiwa. Walaupun jumlah penduduk selalu meningkat dari tahun ke tahun namun jumlah ini masih dalam jumlah normal.

3.6.       Kegiatan Berbasi Ekonomi.
3.6.1.      Sektor Pertanian.
Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan daerah agraris. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa indikator antara lain; jumlah rumah tangga pertanian, jumlah tenaga kerja yang bekerja disektor pertanian, dan luas areal pertanian. Kinerja beberapa indikator tersebut tergambar pada kontribusi sektor Pertanian terhadap pembentukan nilai tambah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku daerah ini pada tahun 2005 yang diciptakan oleh seluruh sektor perekonomian yakni sebesar 2,12 triliun rupiah. Dari jumlah tersebut sekitar 34,86 persen disumbangkan oleh sektor pertanian. Sektor Pertanian yang terdiri dari sub sektor tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Disamping itu, sektor sekunder yang dapat dikembangkan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi adalah sektor industri pengolahan, perdagangan, pariwisata dan pertambangan.
Pembangunan Pertanian saat ini mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi di Kabupaten Lima Puluh Kota dimana berdasarkan hasil SUSENAS tahun 2003 jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh seluruh kegiatan ekonomi berjumlah 149,58 ribu orang. Sektor pertanian dapat menyerap tenaga kerja yakni berjumlah 92,55 ribu orang atau 61,87 %, dan rata-rata penguasaan lahan oleh rumah tangga pertanian pengguna lahan hanya sebesar 0,77 Ha, dimana 89,60 % digunakan untuk pertanian, sedangkan sisanya 10,39 % untuk pekarangan dan perumahan.
Jumlah petani yang menguasai lahan kurang dari 0,50 Ha adalah 34,64 ribu orang rumah tangga, atau sekitar 53,84 % dari seluruh rumah tangga. Selebihnya sekitar 29,68 ribu rumah tangga (46,16 %) menguasai lahan 0,50 Ha lebih. Jumlah rumah tangga pertanian 64,60 ribu rumah tangga atau 79,17 % dari jumlah 80.382 rumah tangga yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota.
Peranan Sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Lima Puluh Kota Atas Dasar Harga Berlaku pada tahun 2005 sebesar 34,67 % atau sebesar Rp. 909,724 milyar dari total PDRB, bila dirinci menurut subsektor maka sub sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura merupakan penyumbang terbesar yakni mencapai 13,79 % atau sebesar Rp. 361,701 milyar. Dominannya sumbangan sub sektor Tanaman Pangan ini disebabkan oleh tingginya nilai tambah dari komoditi padi, jagung, cabe merah, jeruk dan manggis. Sub sektor Perkebunan penyumbang kedua terbesar terhadap nilai tambah sektor pertanian sumbangannya sebesar 8,68 % atau sebesar 227,76 milyar rupiah dengan komoditi tanaman gambir,karet, kopi dan tembakau. Sub sektor Kehutanan berada pada urutan ketiga dengan sumbangan sebesar 5,07 % atau sebesar 133,04 milyar rupiah dengan komoditi yang berperan adalah kayu bulat dan kayu gergajian.
Sedangkan untuk urutan keempat dan kelima adalah sub sektor Peternakan dan Perikanan dimana besarnya masing-masing adalah 4,32 %,dan 2,82 % atau Rp. 113,35 milyar dan Rp. 73,86 milyar. Untuk sub sektor peternakan hasil dari ternak unggas ayam ras petelur dan sapi memberikan kontribusi yang besar dan untuk sub sektor perikanan yang memberikan kontribusi adalah budidaya ikan di kolam.
Perkembangan Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku terhadap PDRB Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2001-2005 (Jutaan Rupiah ).
No.
Sektor
2001
2002
2003
2004
2005
1.
Pertanian
623.679,85
699.102,19
800.996,81
909.724,11
1.074.080,19
Sub Sektor Tanaman Pangan
258.771,87
286.779,98
320.248,12
361.701,58
428.490,80
Sub Sektor Perkebunan
116.833,12
 145.880,12
186.224,47
227.762,64
283.016,09
Sub Sektor Peternakan
69.057,21
81.349,36
98.458,78
113.348,00
132.413,13
Sub Sektor Kehutanan
124.278,88
125.076,55
130.174,07
133.045,37
143.795,44
Sub Sektor Perikanan
54.738,77
60.016,18
65.891,37
73.866,52
86.364,74
2.
Non Pertanian
1.251.139,56
1.404.139,46
1.540.460,54
1.713.860,16
2.006.826,89
Total
1.874.819,41
2.103.241,65
2.341.457,35
2.623.584,27
3.080.907,08
Sumber : BPS Kabupaten Lima Puluh Kota


Salah satu andalan dari subsektor perkebunan adalah gambir. Luas tanam perkebunan gambir di Kabupaten Limapuluh Kota mencapai 12.495 hektar atau 78 persen dari luas tanam perkebunan gambir se-Sumatera Barat. Pada tahun 2000, dari total produksi gambir Sumatera Barat sebesar 9.071 ton, sekitar 89 persennya merupakan hasil produksi gambir dari kabupaten ini. Di pasaran, harga jual satu kg gambir setara dengan satu dollar Amerika. Jadi naik turunnya harga gambir mengikuti naik turunnya nilai rupiah terhadap dollar.
Gambir bersama dengan karet, semen, dan kayu lapis termasuk dalam 10 komoditas utama ekspor Sumatera Barat. Untuk ekspor, gambir dikirim melalui Medan, sedangkan untuk pasaran dalam negeri dikirim ke Jakarta. Tanaman gambir mengandung zat katechine dan tanin, yang digunakan sebagai bahan baku industri farmasi, kosmetik, penyamak kulit dan industri batik. Volume ekspor gambir Provinsi Sumatera Barat tahun 2000 besarnya 1.339.860 kg. Nilai ekspor komoditas yang diekspor ke India, Singapura, dan Pakistan ini 1.808.503 dollar Amerika.
3.6.2.      Sektor Indistri Pengolahan.
Sektor industri merupakan salah satu sektor andalan di Kabupaten Lima Puluh Kota. Sektor ini selama lima tahun terakhir sebagai penyumbang terbesar kelima dalam pembentukan PDRB dengan kontribusi sebesar 9,86 persen tahun 2005. Industri yang berkembang di Kabupaten Lima Puluh Kota pada umumnya tergolong industri kecil dan kerajinan rumah tangga. Pada tahun 2001 terdapat 10.819 unit usaha industri kecil dan kerajinan rumah tangga, dengan serapan tenaga kerja 20.237, dan nilai investasi sebesar Rp. 9.449.700.000,- dengan nilai produksi sebesar RP. 151.429.204.000,-. Pada tahun 2005 tercatat jumlah unit usaha industri kecil dan kerajinan rumah tangga sebesar 8.835 unit.
Karena itu terjadi penurunan sebesar 1.984 unit usaha atau 3,67 persen. Tetapi penurunan jumlah unit usaha industri kecil dan kerajinan rumah tangga ini tidak diikuti dengan penurunan penyerapan tenaga kerja maupun jumlah investasi, dimana tercatat serapan tenaga kerja 25.295 orang atau meningkat 2,74 persen, dan nilai investasi sebesar Rp. 58.959.700.000,- atau naik sebesar 16,79 persen pertahun serta nilai produksi sebesar Rp. 340.380.906.000,- atau naik sebesar 11,10 persen pertahun.




Perkembangan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga Tahun 2000–2005 di Kabupaten Lima Puluh Kota

Komoditi Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
Unit Usaha
10.819
10.838
8.539
8.771
8.835
Tenaga Kerja
20.237
17.407
21.790
23.013
25.295
Nilai Investasi (000)
9.449.700
10.812.826
46.265.133
47.918.793
58.959.700
Nilai Produksi (000)
151.429.204
156.005.768
155.267.031
169.641.415
340.380.906
Sumber : Dinas Koperindag Kabupaten Lima Puluh Kota

3.6.3.      Sektor Perdagangan, Koperasi Dan UMKM/UKM.
Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan pintu gerbang Sumatera Barat menuju Propinsi Riau, maka sektor perdagangan nantinya akan sangat berperan dalam mengangkat perekonomian daerah. Kondisi ini didukung pula dengan tersedianya infrastruktur ekonomi berupa sarana dan prasarana yang cukup memadai seperti pasar di Nagari yang berjumlah 49 buah. Tersedianya beraneka ragam komoditas yang diperdagangkan mulai dari komoditas pertanian sampai pertambangan, adanya lembaga keuangan yang membantu proses percepatan transaksi dan permodalan, dan adanya industri rumah tangga dan industri kecil di berbagai sektor di seluruh Kecamatan dan Nagari yang menghasilkan komoditas yang siap diperdagangkan. Pada tahun 2001 tercatat 13.876 pedagang yang terdiri dari 5.180 pedagang formal dan 8.696 pedagang non formal dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 16.437 yang terdiri dari 7.727 pedagang formal dan 8.710 pedagang non formal atau meningkat 1,59 % pertahun dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Sementara pedagang formal meningkat 0,03 % pertahun.
Jumlah Pengusaha Kecil Menegah (PKM) yang dikeluarkan rekomendasi permohonan penambahan modal kerjanya oleh BUMN dan Pemda Kabupaten Lima Puluh Kota, selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup besar, dimana pada tahun 2001 tercatat 263 orang dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 690 orang atau naik rata-rata 12,37 % pertahun. Koperasi cukup berperan penting dalam memajukan ekonomi rakyat. Pada tahun 2003 tercatat jumlah koperasi 180 unit koperasi dan pada tahun 2005 terdapati 191 unit koperasi, atau selama lima tahun terakhir bertambah rata-rata 11 unit koperasi (1,15 %)pertahun, tetapi peningkatan jumlah anggota tidak begitu signifikan, dimana pada tahun 2003 tercatat jumlah angota 34.573 dan pada tahun 2005 tercatat sebanyak 35.643 orang, dengan penumpukan modal sendiri naik rata-rata 11,70 persen pertahun, dimana pada tahun 2000 tercatat modal sendiri Rp. 11.675,- milyar meningkat menjadi Rp. 17.139,- milyar pada tahun 2004.
3.6.4.      Sektor Pariwisata.
Pariwisata adalah salah satu andalan dari pemasukan Kabupaten Limapuluh Kota. Berikut ini adalah sebagian tempat pariwisata dan gambaran umumnya, sehingga bisa dianalisis dan dikembangkan :
-          LEMBAH HARAU, terletak 15 km ke arah timur kota Payakumbuh dan dapat ditempuh dalam waktu relatif singkat ± 20 menit. Memiliki wilayah pengembangan seluas ± 5 Ha. Kawasan wista ini sudah dikenal sejak tahun 1926 dan memiliki 3 resort yaitu Aka Barayun, Sarasah Bunta dan Rimbo Piobang;
-          RESORT AKA BARAYUN, kawasan pengembangannya seluas ± 5 Ha, untuk tujuan rekreasi anak dan remaja seperti Ayunan putar, sepeda air, taman satwa dan ada juga kios souvenir dan makan /minuman.
Keindahan alam dengan air terjun, berpotensi untuk olah raga panjat tebing.Adanya tersedia fasilitas penginapan berupa pondok wisata (pondok wisata echo);
-          PONDOK WISATA ECHO, merupakan rumah penginapan untuk para pengunjung yang dibangun dengan arsitektur rumah tradisional minang kabau dilengkapi fasilitas cottage dan cafe. Memiliki suasana yang sangat nyaman, asri dan jauh dari kebisingan serta dikelilingi oleh bukit-bukit batu terjal yang menimbulkan gema/gaung suara yang bergelombang (ECHO);
-          RESORT SARASAH BUNTA, merupakan kawasan hutan yang terpelihara dengan potensi wisata untuk kegiatan bumi perkemahan, air terjun dengan ketinggian 70 – 100 m, diantaranya : air terjun sarasah bunta, air terjun sarasah aie luluih, air terjun sarasah murai, dan sungai-sungai kecil yang jernih;
-          SARASAH TANGGO, merupakan objek wisata air terjun yang terletak di kanagarian Sarilamak jorong Taratak ± 3 km dari simpang sarilamak, tepatnya di lereng gunung bungsu, yang memilki ketinggian lebih dari 100 M, suasana alamnya masih alami yang disekelilingnya terdapat hutan konservasi & berbagai jenis satwa. Tanggo dalam bahasa minangkabau yang berarti jenjang yang merupakan penghubung dan biasanya dipergunakan dari dasar tanah untuk naik keatas, tetapi lebih populer dengan sebutan janjang yang dipergunakan untuk mengangkat padi atau menurunkan dari atas lumbung. Disini juga sering diadakan acara selamatan sehabis gotong royong yang gunanya adalah untuk menghilangkan riak-riak kecil yang terjadi dimasyarakat. Dalam acara ini seekor kerbau disembelih dan dinikmati bersama-sama;
-          REST AREA AREA GUNUNG SANGGUL, “ Tempat Istirahat” terletak di kawasan yang berudara sejuk dan dikelilingi bukit-bukit yang berada dipinggir jalan raya ± 27 km dari Payakumbuh menuju Pekan baru.Tidak jauh dari lokasi ini kita dapat melihat keindahan alam kelok sembilan dan panorama selat malaka. Rest area ini dilengkapi fasilitas restoran, kios souvenir dan kios berbagai makanan khas daerah Kabupaten Lima Puluh Kota;
-          WADUK KOTO PANJANG, Waduk Koto Panjang adalah waduk buatan untuk pembangkit listrik tenaga iar (PLTA ). Sebelum dijadikan Waduk, disini dulu terdapat 2 (dua) desa, yaitu desa Tanjung Balit dan desa Tanjung Pauh Kecamatan Pangkalan. Disamping untuk PLTA, waduk ini juga merupakan objek wisata yang handal di Lima Puluh Kota. Pemandangan disini tak kalah menarik, airnya jernih yang didalamnya terdapat bermacam-macam ikan air tawar. Disamping keindahan alam waduk buatan ini, kita juga bisa menikmati makanan dan minuman di restoran yang menyajikan masakan khas Daerah disepanjang waduk ini. Waduk ini terletak ± 57 Km dari Ibu Kota Kabupaten Sarilamak dan ± 65 Km dari Kota Payakunbuh menuju Pekanbaru. Pada hari minggu dan libur lainnya tempat ini ramai dikunjungi. Waduk ini merupakan objek wisata air yang menawan dan mengesankan. Permukaaan air waduk ini sangat luas yaitu ± 125 Ha;
-          KELOK SEMBILAN, kelok yang berarti belok atau tikungan. Kelok Sembilan adalah sebuah jalan raya yang terletakdi Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota menuju Pekan Baru (Riau).Tikungan yang berjumlah 9 (sembilan) ini betul-betul sebuah pemandangan yang indah sekali kalau dilihat dari atas, bus-bus umum yang adatang dari arah Pekan Baru atau dari Payakumbuh menuju Pekan Baru melewati kelok-kelok jalan. Jaraknya 25 Km dari Kota Payakumbuh dan 15 Km dari Ibu Kota Kabupaten. Pada hari-hari tertentu, daerah ini sangat padat arus lalu lintas sehingga menimbulkan kemacetan. Untuk itu, saat ini Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sedang membangun jembatan layang yang panjangnya 5 km. Nantinya kelok sembilan ini tetap akan dipertahankan karena merupakan bukti sejarah dan aset wisata yang handal di Kabupaten Lima Puluh Kota.
3.6.5.      Sektor Pertambangan.
Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki potensi sumberdaya alam lainnya yang cukup besar, antara lain bahan tambang dan bahan galian. Jenis bahan tambang/galian diantaranya adalah: bahan galian golongan A yang terdapat di daerah ini hanya batu bara, bahan galian golongan B meliputi : emas, mangan, timah hitam dan perak, bahan galian C meliputi: andesit, garnit, batu gamping, kuarsit, tanah liat, saba stone, pasir kuarsa, batu setengah permata, marmer, sirtu, fluorite, grafit, trass batu apung, toseki, serpih bitumen.
Bahan Galian A yakni batu bara yang sebarannya terdapat di Kecamatan kapur IX dan Harau dengan cadangan tereka sebesar 17,861,000 Ton dan cadangan terujuk sebesar 174.115 ton. Bahan galian golongan B yang telah diketahui keterdapatannya di Kabupaten Lima Puluh Kota antara lain: emas, mangan, timah hitam dan perak. Emas tersebar di Manggani Kecamatan Gunuang Omeh dengan cadangan tereka sebesar 7.665.798 ton, mangan tersebar di Manggani Kecamatan Gunuang Omeh dan Ulu Aie Kecamatan Harau, namun jumlah cadangan belum diketahui, timah hitam (Pb) terdapat di Tanjung Balik, Kecamatan Pangkalan Koto Baru dengan cadangan terukur 391.000 ton, sementara timah hitam yang ada di Manggani Kecamatan Gunuang Omeh, Baluang Kecamatan Pangkalan Koto Baru jumlah cadangan belum diketahui. Sedangkan Perak terindikasi terdapat di Tanjung Balik Kecamatan Pangkalan Koto Baru dengan jumlah cadangan yang belum diketahui.
Bahan galian golongan C atau bahan galian industri yang telah diketahui keterdapatannya di Kabupaten Lima Puluh Kota antara lain: Batu Kapur dengan jumlah cadangan tereka dan terindikasi 986.800.000 ton yang tersebar di Kematan Lareh Sago Halaban, Situjuh Limo Nagari, dan Akabiluru. Batu pasir kuarsa dengan jumlah cadangan tereka dan terindikasi 187.500.000 M3, yang terdapat di Kecamatan Luak, Harau, dan Gunuang Omeh. Marmer dengan jumlah cadangan tereka 909.995.201 ton yang terdapat di Kecamatan Lareh Sago Halaban, dan Situjuh Limo Nagari. Batu sabak (sabak stone) dengan jumlah cadangan tereka 16.000.000 M3 yang tersebar di Kecamatan Guguak, Lareh Sago Halaban, dan Suliki. Pasir Batu (Sirtu) dengan jumlah cadangan tereka 44.902.500 M3 yang tersebar di berbagai kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota. Tanah Liat (lempeng) dengan jumlah cadangan tereka 203.600.000 M3 yang tersebar di kecamatan Lareh Sago Halaban, harau, Akabiluru, dan Pangkalan Koto Baru. Tras (batu apung) dengan jumlah cadangan tereka dan terindikasi 84.030.000 ton yang terdapat di kecamatan Akabiluru, Suliki, dan Gunuang Omeh.
Sementara itu potensi bahan galian seperti: Andesit, Granit, Fluarit, Grafit, Batu setengah permata, Pasir Kuarsa, Boksit, dan serpih Bitumen yang tersebar di Kabupaten Lima Puluh Kota jumlah cadangannya belum diketahui untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Bahan tambang dan galian tersebar di daerah ini hanya bahan galian golongan C yang baru bisa di ekploitasi, sedangkan bahan golongan A dan B sampai saat ini belum diekplorasi maupun diekploitasi secara optimal. Tindakan yang dilakukan baru sebatas identifikasi potensi sumberdaya tambang yang ada dan penggalian dalam skala kecil, seperti Batu Bara di Gelugur Kecamatan Kapur IX, Timah Hitam di Tanjung Balik Kecamatan Pangkalan Koto Baru, dan Emas di Koto Tinggi Kecamatan Gunuang Omeh.
Pada tahun 2005, jumlah usaha pertambangan dan galian di kabupaten Lima Puluh Kota tercatat sebanyak 268 unit usaha, yang terdiri dari usaha galian batu gunung sebanyak 41 buah, usaha galian pasir sebanyak 39 buah, usaha galian tanah liat sebanyak 81 buah, usaha kapur 4 buah, usaha galian batu 45 buah dan sirtukil 54 buah, usaha tambang batu bara sebanyak 3 buah, sedangkan usaha tambang grafit, emas, timah, hitam masing-masing 1 buah. Sedangkan jumlah perizinan berdasarkan bahan galian yang dikeluarkan sampai akhir tahun 2005 adalah untuk pertambangan bahan galian golongan C sejumlah 47 buah, sedangkan jumlah perizinan pertambangan bahan galian golongan A dan B berjumlah 4 buah.

3.7.       Produk Domestik Regional Bruto.
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode ditunjukkan oleh data PDRB. Baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergerakan struktur ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomidari tahun ke tahun.
Secara rata-rata kenaikan PDRB perkapita Kabupaten Lima Puluh Kota selama kurun waktu 2000-2004 lebih rendah bila dibandingkan dengan propinsi Sumatera Barat pada kurun waktu yang sama. Pada kurun waktu 2000-2004 rata-rata kenaikan PDRB Kabupaten Limapuluh Kota mencapai 11,01%, sedangkan propinsi Sumatera Barat rata-rata kenaikan PDRB perkapita mencapai 11,60%.
Perkembangan perekonomian daerah Kabupaten Limapuluh Kota cukup menggembirakan, hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya yaitu 5,12 % pada tahun 2003 naik menjadi 5,54 % tahun 2004, dan PDRB per kapita sebesar Rp.6.875.618,- pada tahun 2003 naik menjadi Rp. 7.665.438,- tahun 2004. Distribusi PDRB terbesar masih didominasi oleh sektor pertanian yaitu sebesar 34,67 % atas harga berlaku dengan nilai Rp.909.724.110,- yang diikuti oleh sektor bangunan 21,90 %, dan sektor Jasa 16,42 %. Bila dicermati peningkatan pertumbuhan ekonomi ini menunjukkan jumlah barang dan jasa yang di produksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
Salah satu sumber pembiayaan dalam pembangunan di daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), dimana Pendapatan Asli Daerah daerah ini pada tahun 2004 adalah Rp.10.146.662.937,- atau hanya sekitar 4,32 % dari APBD Kabupaten Lima Puluh Kota (Rp.234.789.674.973,-).



BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.       Kesimpulan.
Dari analisis yang telah dilakukan dalam makalah ini maka didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
-          Pengembangkan potensi yang ada di daerah diharapkan dapat meningkatkan PAD guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Walaupun sebagian besar APBD daerah masih tergantung pada pusat, setidaknya dengan meningkatkan PAD melalui potensi unggulan daerah ini akan sangat membantu keuangan daerah;
-          Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan daerah yang terletak pada bagian Timur Wilayah Propinsi Sumatera Barat, dan merupakan pintu gerbang Sumatera Barat menuju pantai Timur pulau Sumatera. Pantai Timur yang berbatasan langsung dengan perdagangan Selat Malaka termasuk ke dalam “ Development Gravity Centre “ dunia Abad 21. Menjadikan daerah ini sebagai wilayah jalur strategis perdagangan utama menuju wilayah Timur. Secara geo ekonomis terintegrasi langsung dengan perekonomian wilayah Propinsi Riau;
-          Dengan melihat rasio jumlah perbandingan jumlah murid, guru dan sekolah dapat disimpulkan pendidikan di Kabupaten Lima puluh Kota sudah baik. Ditambah lagi dengan data bertambah banyaknya jumlah sekolah dari tahun ke tahun, menandakan kualitas pendidikan semakin meningkat;
-          Permasalahan di bidang kesehatan di Kabupaten Lima Puluh Kota masih banyak seperti masih tingginya angka kematian ibu melahirkan; tingginya angka kematian bayi; belum maksimalnya kualitas pelayanan kesehatan; belum optimalnya penggunaan teknologi dan sistem informasi kesehatan; kurangnya mutu tenaga medis dan paramedis dalam mengelola pelayanan kesehatan; serta masih belum terjangkaunya biaya pengobatan yang harus ditanggung terutama oleh masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah;
-          Secara umum, status kesehatan masyarakat di Kabupaten Lima Puluh Kota menunjukkan kecenderungan meningkat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun tingkat kesehatan masyarakat relatif masih menunjukkan kesenjangan yang cukup tinggi antar masyarakat berpenghasilan rendah/ miskin dengan masyarakat berpenghasilan tinggi / kaya akibat perbedaan kemampuan dalam mengakses sarana dan prasarana kesehatan;
-          Menurut data yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat bulan Juli 2000, di kabupaten ini masih terdapat 273 balita yang menderita gizi buruk dan kurang energi protein (KEP);
-          Dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku daerah pada tahun 2005 dapat dilihat bahwa 34,86 persen disumbangkan oleh sektor pertanian. Sektor Pertanian yang terdiri dari sub sektor tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Disamping itu, sektor sekunder yang dapat dikembangkan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi adalah sektor industri pengolahan, perdagangan, pariwisata dan pertambangan. Kegiatan ini dapat dikatakan sebagai kegiatan basis;
-          Kegiatan pariwisata adalah salah satu sector yang sangat berpotensi untuk dikembangkan namun usaha yang telah dilakukan pemerintah sampai saat ini dirasakan belum optimal, dan sector pariwisata belum terlalu berpengaruh dalam PDRB maupun pendapatan daerah;
-          Salah satu sumber pembiayaan dalam pembangunan di daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), dimana Pendapatan Asli Daerah daerah ini pada tahun 2004 adalah Rp.10.146.662.937,- atau hanya sekitar 4,32 % dari APBD Kabupaten Lima Puluh Kota (Rp.234.789.674.973,-) Kondisi ini menunjukkan masih besarnya ketergantungan daerah dengan pemerintah pusat.

4.2.       Saran.
-          Di Kabupaten Lima Puluh Kota masih banyak potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal seperti sector pariwisata. Hendaknya pemerintah daerah lebih jeli lagi dalam memanfaatkan potensi yang ada di daerah;
-          Kabupaten Limapuluh Kota merupakan jalur yang strategis menuju sentra perdagangan wilayah Timur Sumatera, jadi hendaknya jalan-jalan menuju ke Propinsi Riau harus lebih diperhatikan lagi karena merupakan penunjang kegiatan utama perekonomian yaitu perdagangan yang menempati posisi kedua sector PDRB;
-          Banyaknya masalah kesehatan yang terjadi hendaknya mendorong pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan lagi anggaran untuk bidang kesehatan. Kalau bisa pengobatan di puskesmas digratiskan, karena adanya indikasi kesenjangan akses kesehatan antara masyarakat kaya dan miskin. Ditambah lagi dengan banyaknya anak kurang gizi diharapkan perhatian lebih peemerintah daerah;
-          Pemerintah harus mengalokasikan dana yang lebih besar untuk sector pendidikan, terutama untuk pembangunan sekolah dan ruang kelas yang rusak serta pembangunan saran penunjang pendidikan yang lainnya;
-          Pemerintah daerah harus memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang peluang usaha penanaman jagung untuk merebut pasar dalam kabupaten, yang mana jagung sangat dibutuhkan untuk pakan ternak namun saat ini masih mendatangkan dari luar daerah. Ini adalah peluang yang sangat berpotensi;
-          Daerah-daerah terpencil dan pelosok seperti nagari Mahat harus segera dikeluarkan dari keterkurungannya dengan cara segera membuat jalan yang bagus supaya transportasi lancar dan orang luar bisa masuk ke daerah tersebut dengan mudah;
-          Pemerintah daerah harus mampu mencitrakan dan mengkomunikasikan potensi yang ada kepada daerah luar supaya para investor tertarik dengan Kabupaten Limapuluh Kota dan berminat menanamkan modalnya. Dengan adanya modal yang banyak maka perekonomian akan lebih cepat berkembang. Namun ini harus didukung oleh pemerintah dengan memberikan pelayanan yang baik dan prima sehingga investor tidak merasa kesulitan dengan adanya birokrasi.


  

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Piter, dkk, 2002. Daya Saing Daerah Konsep dan Pengukurannya di Indonesia. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

DOKUMEN
Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka 2005.
Produk Domestik Regional Bruto Lima Puluh Kota Menurut Lapangan Usaha.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2006-2010
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2007


Tidak ada komentar:

Posting Komentar