Jumat, 14 November 2014

ANALISIS DAYA SAING SEKTOR PARIWISATA PULAU WEH ACEH


Oleh :
Zulfikar 
Nim 13700 3054
PWD USU 2014

A.      PENDAHULUAN
Propinsi Aceh merupakan  provinsyang  terletak  di wilayah paling barat Indonesia. Provinsi yang kaya akan hasil alam ini memiliki potensi yang cukup  besar  dalam  menunjang  perekonomian  nasional.  Potensi  ini  tidak  hanya mencakup sektor industri dan pertanian saja, tetapi juga meliputi sektor-sektor yang lain. Salah satu sektor tersebut adalah sektor pariwisata.
Sabang atau yang lebih dikenal dengan “Pulau Weh” mendapat julukan The Golden Island memiliki lokasi yang sangat strategis di Selat Malaka yang merupakan jalur transportasi laut tersibuk di dunia dan Pulau Weh juga dimasukkan dalam buku 501 pulau yang harus dikunjungi di dunia (501 Must Visit Islands) terbitan Great Britain Publishing Company, London (2008). Majunya industri pariwisata Sabang akan memberikan efek ganda (multiflyer effect) pada berbagai sektor lain seperti jasa perhotelan, jasa transportasi dan penerbangan, rumah makan, jasa tour dan biro perjalanan dan lain-lain. Bahkan majunya industri ini diprediksikan akan membawa pengaruh yang sangat cepat terhadap ekonomi masyarakat Sabang dan Aceh daratan lainnya seperti yang ditunjukkan beberapa daerah lainnya di Indonesia seperti Bali, Toraja, Minahasa dan beberapa negara yang fokus mengembangkan sektor ini secara serius seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Korea Selatan dan beberapa negara lain di dunia seperti negara-negara di Eropa.
Pulau Weh memiliki ikon wisata yang lumayan banyak dan bagus, mulai dari Tugu KM 0 Sabang, Pantai Iboeh, Taman Laut Pulau Rubiah, Pantai Gapang, Gua Sarang, Danau Aneuk Laot, hingga panaroma Teluk Sabang dan Ujong Seukundo, dll. Sabang yang dikenal dengan sebutan historisnya The Weh, pantas dijuluki the golden island (pulau emas). Meskipun belum seperti diharapkan banyak orang dan masyarakat di Propinsi Aceh sendiri.
Tujuan dalam penulisan “Kertas Karya” ini penulis ingin memberikan gambaran tentang potensi yang dimiliki kawasan wisata pulau weh, Sabang Propinsi Aceh serta upaya pengembangannya.

B.       LANDASAN TEORI

Pada umumnya masyarakat mengenal tentang wisata adalah kegiatan berlibur dan berekreasi untuk suasana santai dalam mencari kepuasan, namun sejauh ini istilah pariwisata yang proses berpergian sementara waktu, tidak hanya alasan bersantai saja adapun berbagai dorongan seseorang untuk berpariwisata seperti kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama dan pendidikan. Secara etimologis pariwisata adalah sebagai usaha promosi atau mendorong melaksanakatour, daakomodasi wisatawan.  Adapun berbagai teori tentang pariwisata adalah sebagai berikut:

·   Kegiatan dari seseorang  di luar lingkungan  yang biasanya kurang dari jangka waktu tertentu, dan yang utama tujuan perjalanan adalah selain latihan suatu pekerjaan yang dibayar dari tempat yang dikunjungi. (Organisasi Perdagangan Dunia)
·   Pariwisata  adalah  keseluruhan  rangkaian  kegiatan  yang  berhubungan dengan pergerakan manusia yang melakukan pergerakan/perjalanan atau persinggahan sementara dari tempat tinggal ke suatu atau beberapa tempat tujuan di luar lingkungan tempat tinggalnya yang di dorong oleh beberapa keperluan tanpa bermaksud mencari nafkah tetap.


Pengertian dan Definisi

Ada beberapa pengertian berdasarkan pengertian pariwisata dan berbagai hal yang berkaitan dengan pariwisata yang akan dibahas, antara lain:
1. Potensi wisata adalah kemampuan dalam suatu wilayayang mungkin dapat  dimanfaatkan  untuk  pembangunan,  mencakup  alam  dan  manusia serta hasil karya manusia itu sendiri (Nyoman Pendit S, 1999).
2. Potensi internal obyek wisata adalah potensi wisata yang dimiliki obyek itu sendiri yang meliputi komponen kondisi fisik obyek, kualitas obyek, dan dukungan bagi pengembangan (Sujali, 1989).
3. Potensi eksternal obyek wisata adalah potensi wisata yang mendukung pengembangan suatu obyek wisata yang terdiri dari aksesibilitas, fasilitas penunjang, dan fasilitas pelengkap. (Sujali, 1989).
4. Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu. (Oka. A.Yoeti, 2000).
5. Pengembangan  adalah  kegiatan  untuk  memajukan  suatu  tempat  atau daerah yang dianggap perlu ditata sedemikian rupa baik dengan cara memelihara yang sudah berkembang atau menciptakan yang baru.
6. Obye wisata   adalah   suatu   tempat   dimana   orang   atau   rombongan melakukan perjalanan dengan maksud menyinggahi obyek karena sangat menarik bagi mereka. Misalnya obyek wisata pantai, obyek wisata alam, obyek wisata sejarah dan sebagainya.
7. Sektor pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata yaitu kegiatan perjalanan yang dilakukan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata, termasuk pengusahaan obyek serta usaha-usaha yang terkait di bidang pariwisata.
8. Strategi adalah rencana-rencana atau kebijakan yang dibuat dengan cermat untuk memajukan atau mengembangkan sektor pariwisata sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal.
9. Pengembangan  adalah  kegiatan  untuk  memajukan  suatu  tempat  atau daerah yang dianggap perlu ditata sedemikian rupa baik dengan cara memelihara yang sudah berkembang atau menciptakan yang baru.
11. Sektor pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata yaitu kegiatan perjalanan yang dilakukan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata, termasuk pengusahaan obyek serta usaha-usaha yang terkait dibidang pariwisata.
Adapun daya saing daerah adalah “Kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional” (Abdullah, 2002).
Sektor pariwisata merupakan penghasil devisa yang cukup besar untuk negara disamping sektolainnyseperti migas, perkebunan dan lain-lain. Dalam meningkatkan          pembangunan bidang pariwisata sangat terkait oleh berbagai aspek kehidupan  dan  juga  sangat  terkait  dengan  sumber  daya  aladan  sumber  daya manusia yang  dimiliki yang merupakan salah satu modal bangsa indonesia dalam hal Kepariwisataan adalah keanekaragaman Budaya, Suku Bangsa dan  Objek Wisata itu sendiri serta atraksi wisata dari Sabang sampai Merauke yang merupakan suatu daya tarik bagi wisatawan.

Jenis-Jenis Pariwisata

Pada pengembangan pariwisata terdapat beberapa hal yang perlu ditinjau sebagai potensi yang perlu dikembangkan untuk tujuan daerah wisata. Potensi ini berpengaruh dan memberikan motivasi kepada wisatawan untuk datang berkunjung ke lokasi objek wisata tersebut. Adapun berbagai jenis  pariwisata berdasarkan motif perjalanan wisata (Splillane, 1987 dan Oka. A. Yoeti, 2000), yaitu:
1)   Wisata budaya, motivasinya untuk mengetahui dan mempelajari kebudayaan tertentu.
2)   Wisata perjalanan, umumnya berpergian menikmati keindahan alam.
3)   Wisata kesehatan dan rekreasi, motivasinya mengunjungi lokasi untuk bersantai  dan  menikmati   serta  menyegarkan   wisatawan   akan kondisi jasmani dan rohani.
4)   Wisata olahraga, motivasinya untuk berolahraga seperti mendaki gunung, berburu, atau ikut serta dalam kegiatan olahraga seperti Olimpiade.
5)   Wisata komersil untuk urusan dagang, motivasinya mengunjungi pameran- pameran atau pekan raya atau festival yang bersifat komersial menyangkut kebutuhan atau profesi dari wisatawan tersebut.
6)   Wisata maritim, motivasinya menyaksikan keindahan laut, pantai, sungai dan danau.

C.      PEMBAHASAN
Dalam hampir dua dekade terakhir ini, pariwisata oleh para ahli ekonomi diklasifikasikan sebagai suatu industri yang tidak mengeluarkan asap (the smokeless industri), yang dapat menciptakan kemakmuran melalui pengembangan komunikasi, transportasi, dan akomodasi serta menyediakan kesempatan kerja yang relatif besar. Selain itu dikatakan pula bahwa pariwisata sebagai suatu lapangan usaha tidak hanya berperan sebagai sumber penghasilan devisa bagi negara, tetapi juga sebagai faktor yang menentukan lokasi industri dan sangat membantu perkembangan daerah-daerah yang miskin dalam sumber- sumber alam. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan laut yang cukup besar dengan garis pantai yang panjang. Salah satu potensi sumber daya pantai dan kelautan yang paling menjanjikan, yang dapat dimanfaatkan untuk kelanjutan pembangunan ekonomi Indonesia adalah permanfaatannya dalam usaha pariwisata. Indonesia kaya akan keindahan karang, keindahan pantai, keindahan vegetasi, taman laut, dan budaya keramah-tamahannya. Indonesia ideal bagi setiap aktivitas pantai dan kelautan seperti berjemur di pantai sambil menikmati matahari, snorkeling dan menyelam, serta menjelajahi perkampungan nelayan. Untuk menindaklanjuti potensi tersebut, fokus pembangunan ekonomi Indonesia saat ini telah beralih ke sumber daya pantai dan kelautan. Hal ini ditandai dengan kebijakan pemerintah yang senantiasa mempertimbangkan pantai dan kelautan yang berhubungan dengan aspek pembangunan sebagai suatu sektor sendiri. Pergeseran fokus pembangunan dari aktivitas berdasarkan sumber daya daratan ke aktivitas berbasis sumber daya kelautan dikarenakan dua alasan utama: pertama, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.508 pulau, 81.000 km garis pantai dan 63% (3,1 juta km persegi) wilayah teritorialnya merupakan laut yang dikarunai beragam sumber daya alam.
Sektor bahari menjadi fokus Indonesia pada abad ke 21, hal ini senada dengan apa yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam naskah pidatonya di Konferensi Tingkat Tinggi Negara-Negara Asia Timur (KTT EAS) pada hari Kamis, 13 November 2014 di Nay Pyi Taw, Myanmar[1].
“Indonesia akan menjadi poros maritim dunia, kekuatan yang mengarungi dua samudera, sebagai bangsa bahari yang sejahtera dan berwibawa”.

Menurut penilaian Joko Widodo, di Forum EAS sendiri potensi kemaritiman belum dimanfaatkan secara maksimal.  Begitu juga halnya fakta yang wujud di Aceh, menunjukkan bahwa taman laut pulau rubiah di Pantai Iboih yang terdapat di Pulau Weh merupakan taman laut terindah di Indonesia setelah taman laut Bunaken di Sulawesi Utara. Kedua, wajah pembangunan Indonesia sebahagian besar masih sangat bergantung pada sumber daya alamnya. Wisata bahari merupakan sub sektor yang menjanjikan dan berpeluang menjadi sumber pendapatan utama dalam sektor pariwisata. Penciptaan kondisi bagi pengembangan wisata bahari tentunya harus mempertimbangkan faktor-faktor kelestarian lingkungan demi kelestarian wisata bahari itu sendiri dan kelestarian pembangunan nasional dalam skala yang lebih luas (konsep pembangunan berkelanjutan). Pada tataran nasional, pemerintah Indonesia telah memiliki komitmen untuk melaksanakan konsep pembangunan secara berkelanjutan, sebagaimana dinyatakan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara. Kunjungan wisatawan ke Propinsi Aceh dari tahun ke tahun terus meningkat jumlahnya, meskipun tidak sebanding dengan daerah-daerah yang sudah maju pariwisatanya di seluruh Nusantara Indonesia seperti Pulau Bali maupun  Jawa Tengah. Namun begitu peningkatannya selama kurun waktu 10 tahun terakhir (pasca perdamaian konflik yang berkepanjangan di Aceh) memberikan suatu gambaran yang baik bagi perkembangan pariwisata Aceh. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perkembangan kunjungan wisatawan adalah sistem pengumpulan data yang dilakukan, trend kunjungan wisatawan, dan proyeksi kunjungan dimasa yang akan datang. Pariwisata mulai tumbuh dan berkembang di Propinsi Aceh sejak tahun 1980-an. Kunjungan demi kunjungan dengan berbagai alasan perjalanan mulai banyak dilakukan oleh wisatawan baik nusantara maupun mancanegara hingga tahun 1989, selanjutnya mengalami stagnan selama 14 tahun lamanya yaitu pada tahun 1990 hingga tahun 2004 akibat konflik yang mendera daerah ini. Setelah Tsunami dan perjanjian damai, maka sejak tahun 2005 Pulau Weh kembali mulai ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun wisatawan asing. 
Sepertinya potensi pariwisata, khususnya wisata bahari dan wisata alam lainnya yang ada di Aceh saat ini, khususnya Pulau Weh masih sangat alamiah dan butuh terobosan dan pembenahan sehingga menimbulkan kesan (brand image) yang sangat baik dan layak untuk dikenang dan dikunjungi kembali.  Persoalan-persoalan dasar seperti kebutuhan air, listrik, transportasi maupun akomodasi lainnya harus dibenahi dan terjamin tidak mengalami masalah seperti yang dikeluhkan masyarakat selama ini. Ini menjadi hal yang paling mendasar untuk membangun Pulau Weh Sabang guna memperoleh kejayaan di masa akan datang. Selama ini banyak sekali keluhan pengunjung terhadap kebutuhan dasar tersebut termasuk dari masyarakat Sabang sendiri.

Pengunjung dan Kegiatan Internasional
Pulau Weh selain terkenal dengan julukan Nol Kilometer Indonesia juga dikenal memiliki pemandangan yang indah dan taman laut yang mengundang decak kagum, karena itu Pulau Weh merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Provinsi Aceh. Misalnya pantai Gapang yang berjarak 19 kilometer dari kota Sabang.  Di  pantaini  pengunjung  disuguhkan  pemandangan  yang  menabjukkan. Begitu pula dengan objek wisata pantai Iboh yang berjarak sekitar 25 kilometer dari Kota Sabang, di tempaini wisatawan juga bisa melakukan kegiatan menyelam dan snokeling. Tidak hanya itu, pengunjung juga bisa menyebrang ke Pulau Rubiah dengan menggunakan speed boat yang memakan waktu hanya 10 menit, Pulau ini menjadi tujuan wisata paling favorit bagi turis mancanegara.
Pulau Weh sangat banyak mengalami perubahan pada setiap tahunnya, akomodasi maupun jumlah wisatawan yang berkunjung. Jumlah wisatawan baik domestik maupun Asing sejak tahun 2008 hingga tahun 2010 terus meningkat. Pada tahun 2010  jumlah  wisatawan  Asing  maupun  Domestik  yang  datang  mencapai 123.798 wisatawan, jumlah ini lebih banyak bila di bandingkan 2 tahun sebelumnya. Pada tahun 2008 jumlah wisatawan yang berkunjung hanya mencapai 104. 080 wisatawan jumlah ini terus bertambah hingga mencapai 115.543 wisatwan pada tahun 2009. jumlah wisatawan Domestik yang berkunjung ke Pulau Weh pada tahun 2010 mencapai 120.102 orang , lebibanyak dibandingkan dengan jumlah wisatawan Asing  yanhanya berjumlah 3.696 wisatawan. selama tahun 2010  jumlah wisatawan Domestik naik cukup signifikan. Selama tahun 2014 jumlah pengunjung ke Pulau Weh hampir mencapai 200 ribu pengunjung yang terdiri dari wisatawan domestik dan wisatawan asing.
Tiga Tahun yang silam, yaitu pada tanggal 13-25 September 2011, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia Jero Wacik telah Meluncurkan Program Even Wisata “Sabang Regatta Internasional” di Gedung Sapta Pesona Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata di Jakarta. Acara yang diprakarsai Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Aceh, Pemerintah Kota Sabang, Persatuan Olah Raga Layar Seluruh Indonesia (Porlasi) dan Royal Langkawi Yacht Club[2].
Kegiatan tersebut melibatkan para atlet kapal layar (yacht) dari berbagai negara  dengan rute tempuh dimulai dari Phuket (Thailand) menuju Langkawi (Malaysia) dan tiba di Sabang pada tanggal 19 September 2011. Selama di Sabang peserta mengikuti berbagai kegiatan dan lomba, baik di Gapang maupun di Teluk Sabang (Sabang Bay). Menariknya acara itu diliput oleh lebih dari 70 media cetak dan media elektronik baik media lokal, nasional maupun manca negara. 
Peluncuran even tersebut sangat strategis bagi upaya mempercepat bangkitnya kembali kemajuan dan kejayaan Sabang yang dulu pernah maju dan jaya (free port Sabang),  yang pada akhirnya statusnya sebagai freeport dicabut di era Presiden Soeharto dan dihidupkan kembali di era Presiden Abdurrahman Wahid dengan keluarnya Undang-Undang No. 37 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Sabang.
Pulau Weh yang terkenal dengan potensi keindahan alam bawah lautnya, sangat menarik bagi wisatawan asing untuk menikmati  diving  dan snorkeling  di Pulau Sabang. Pulau Weh juga memiliki  pelabuhan dengan panjang dermaga 420 meter lebih, dengan kedalaman draft  mencapai 35 meter, sangat aman untuk disinggahi kapal- kapal berbobot besar diatas 10.000 DWT. Sehingga tidak mengherankan beberapa kapal pesiar besar (cruise) pernah singgah di Sabang untuk menikmati keindahan alam tersebut. Beberapa kapal pesiar yang pernah singgah di Pulau Weh diantaranya adalah;
1)   Kapal pesiar MS Artania berbendera Bermuda bersandar di Sabang pada Rabu, tanggal 22 Januari 2014. Kapal berbobot 44.656 gross ton (GRT)  tersebut membawa 1.200 orang wisatawan dan 500 orang awak dari berbagai negara[3].

2)   Kapal pesiar MV Seaborn Legend berbobot 9,961 GRT berbendera Bahama, bersandar di Sabang pada tanggal 31 Desember 2013. MV Seaborn Legend tersebut memboyong sekitar 173 kru kapal dan 193 turis dari berbagai negara seperti Australia, Inggris, New Zealand dan dari Eropa serta turis Asia.

3)   MV Silver Whisper yang membawa 800 wisatawan, merapat di Pulau Weh Sabang pada tanggal 12 Maret 2013.

4)   Kemudian, 14 April 2013, Seabourn Pride yang sempat dipakai syuting dalam film laris Hollywood juga datang ke Sabang dengan membawa 700 turis.

5)   Selanjutnya tiga minggu sebelumnya, pada tanggal 22 Maret 2013 kapal MV Amadea juga telah memboyong 548 wisatawan asing bersandar di Pulau Weh Sabang.

6)   Serta masih banyak lagi beberapa lainnya yang tidak kami sebutkan semuanya disini seperti halnya kapal pesiar yang berasal dari Scotlandia yang singgah pada bulan yang sama dengan Seabourn Pride pada April 2013 dengan membawa ribuan wisatawan asing.

Dalam satu tahun, sebanyak 7-10 kapal pesiar merapat di Pulau Weh Sabang dan biasanya wisatawan berkeliling kawasan yang berada di Pulau Weh, ujung barat Indonesia ini untuk pelesiran. Kedatangan kapal pesiar mewah ke Sabang tentunya akan memberikan dampak positif  khususnya di sektor ekonomi masyarakat. Sebab, wisatawan nantinya akan menggunakan berbagai jasa pengusaha lokal seperti, jasa transportasi, diving, snorkeling dan membeli produk-produk kerajinan khas Aceh.


Upaya Pengembangan Wisata Pulau Weh
Upaya untuk pengembangan wisata Pulau Weh merupakan usaha yang di dalamnya membutuhkan pemikiran ekstra, terutama masalah aspek sosial budaya harus disentuh secara serius. Aceh yang telah dikenal luas dengan Daerah Serambi Mekkah, penggagas syari’at Islam, maka di satu sisi pariwisata tidak boleh merusak nilai-nilai agama, nilai-nilai sosial Aceh, dan pariwisata justru harus mampu mempromosikan dan melestarikan nilai-nilai positif ke Acehan. Karena itu diperlukan sentuhan rekayasa sosial yang positif dan konstruktif.
Di sisi lain, masyarakat Sabang sesuai bakat dan minat juga perlu ditingkatkan keahlian dan ketrampilan yang relevan untuk menjadi komunitas pelaku pariwisata yang simpatik dan produktif seperti halnya yang telah ditunjukkan oleh masyarakat Bali. Sejatinya, bakat komunal seperti itu ada dan tebal, karena dari dulu masyarakat Aceh terkenal sangat memuliakan tamu. Untuk itu sangat diperlukan bagaimana mengemas talenta sosial tersebut menjadi potensi pendukung industri pariwisata yang produktif. Pada saat yang sama, lingkungan (jalan, lapangan, pantai, dll.) harus terlihat bersih dan apik sehingga memenuhi prasyarat berkembang dan tumbuhnya industri pariwisata yang menggiurkan bagi semua pihak, khususnya wisatawan mancanegara, termasuk para pebisnis dan investor seperti perhotelan, rental, dll.


1.    Transportasi

Transportasi   dalam   bidang  kepariwisataan   sangat   erat   hubungannya dengan aksesibilitas. Aksesibilitas yang dimaksud yaitu frekuensi penggunaan kendaraan yang dimiliki dapat mempersingkat waktu dan tenaga serta lebih meringankan biaya perjalanan. Aksesibilitas dan kemudahan dalam mencapai daerah tujuan wisata baik secara jarak geografis atau kecepatan teknis, serta tersedianya sarana transportasi ke tempat tujuan tersebut. Kondisi transportasi itu seperti jalan, keberadaan moda angkutan, terminal, stasiun pengisian bahan bakar dan lainnya harus mendukung. beberapa usulan penulis mengenai pengangkutan dan fasilitas yang berkaitan dengan transportasi yang dapat menjadi semacam pedoman untuk menunjang pariwisata Pulau Weh adalah sebagai berikut.
1. Informasi lengkap tentang fasilitas, lokasi terminal, dan pelayanan pengangkutan di Pulau Weh     harus tersedia  untuk semua penumpang sebelum berangkat dari daerah asal.
2.  Sistem keamanan  harus  disediakan  di terminal untuk mencegah kriminalitas.
3. Sistem  informasi  harus menyediakan  data  tentang  informasi  pelayanan pengangkutan lain yang dapat dihubungi diterminal termasuk jadwal dan tarif.
4. Informasi  terbaru dasedang  berlaku,  baik  jadwal  keberangkataatau kedatangan harus tersedia di papan pengumuman, lisan atau telepon.
5. Tenaga kerja untuk membantu para penumpang dan Informasi lengkap tentang lokasi, tarif, jadwal, dan rute dan pelayanan pengangkutan lokal.
6. Peta kota Sabang yang detail harus tersedia bagi pengunjung.


2.    Atraksi wisata

Beberapa syarat dalam pengembangan suatu daerah untuk menjadi suatu daerah tujuan wisata, agar menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan potensial dalam berbagai pasar di Pulau Weh harus terpenuhi, yaitu:
a.  “something to see.

Artinya di Pulau Weh harus ada objek wisata dan atraksi wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain.
b“something todo”.

Artinya di Pulau Weh selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan betah tinggal lebih lama.
c“something to buy.

Artinya di Pulau Weh tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja (shopping), terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat Aceh sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal wisatawan.

Ketiga syarat tersebut sejalan dengan pola tujuan pemasaran pariwisata, yaitu dengan promosi yang dilakukan sebenarnya hendak mencapai sasaran agar lebih banyak wisatawan datang ke Pulau Weh, dan dapat lebih lama tinggal dan lebih banyak mengeluarkan uangnya di daerah ini.


3.    Fasilitas Pelayanan

Fasilitas  dapelayanan wisata yang dimaksud adalah semua fasilitas yang dibutuhkan dalam perencanaan kawasan wisata Pulau Weh. Fasilitas tersebut termasuk tour and travel operation (disebut juga pelayanan penyambutan). Fasilitas tersebut misalnya: restoran dan berbagai jenis tempat makan lainnya, toko-toko untuk menjual hasil kerajinan tangan, cinderamata, bank, moneychanger, dan fasilitas pelayanan keuangan lainnya, informasi wisata, fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas keamanan umum (kantor polisi dan pemadam kebakaran), pos penjagaan, rambu-rambu peringatan dan fasilitas perjalan untuk masuk dan keluar (seperti kantor imigrasi dan bea cukai) semuanya harus kita pikirkan bersama demi kemajuan tempat wisata ini ke depan.

4.  Informasi dan promosi

Hal terakhir yang perlu dilakukan adalah publikasi atau promosi tentang betapa menariknya Pulau Weh Aceh ke mata dunia, kapan iklan harus dipasang, kemana leaflets/brosur disebarkan sehingga calon wisatawan mengetahui tiap paket wisata yang disediakan di Pulau Weh dan cepat mengambil keputusan untuk mengunjungi tempat wisata ini.
Badan dan Lembaga yang terlibat dalam mengurus pariwisata di Aceh harus menjalankan kebijakan yang paling menguntungkan bagi daerah ini, karena fungsi dan tugas dari organisasi pariwisata adalah:
a.  Berusaha memberikan kepuasan kepada wisatawan yang berkunjung ke Pulau Weh dengan segala fasilitas dan potensi yang dimilikinya.
b.  Melakuka koordinasi   diantar bermacam-maca usaha lembaga, instansi dan jawatan yang ada dan bertujuan untuk mengembangkan industri pariwisata.
c.  Mengusahakan memasyarakatkan pengertian  pariwisata kepada masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui untung dan ruginya bila pariwisata dikembangkan sebagai suatu industri.

d.  Mengadakan  program  riset  untuk  memperbaiki  produk wisata dan pengembangan produk-produk baru guna dapat menguasai pasaran di waktu yang akan datang.

D.      PENUTUP
Pulau Weh harus dibangun menjadi Pulau yang yang asri, hijau, berbunga dan nyaman dengan pepohonan sepanjang perjalanan serta harus ditata sesuai dengan peruntukan dan fungsinya tanpa meninggalkan kesan alamiahnya. Sabang bisa belajar dari Bali yang serius membangun pariwisatanya sejak tahun 1979 dan bahkan pada waktu itu Pemerintah Provinsi Bali mendapat bantuan Pemerintah Belanda senilai Rp 2,4 miliar untuk membuat Masterplan Pembangunan Pariwisata Pulau Bali dan dilanjutkan pada tahun 1982 dengan bantuan Pemerintah Jepang melalui JICA yang selesai dikerjakan pada tahun 1984. Keseriusan dan kerja keras Pemerintah Provinsi Bali sekarang telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat dan telah menjadi sumber pendapatan daerah dan negara. Bali telah menjadi destinasi utama di dunia khususnya di Indonesia. 
Belajar dari pengalaman tersebut Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota Sabang dan Pemerintah Kabupaten Aceh Besar serta stakeholder lainnya harus serius dan menjadikan Sabang sebagai magnet dan pusat belanja dan hiburan khususnya bagi masyarakat Aceh daratan maupun masyarakat nasional lainnya bahkan masyarakat mancanegara. Pekerjaan ini tidak mudah dan membutuhkan kerja keras semua pihak baik termasuk masyarakat Sabang sendiri.  Investasi terhadap sektor strategis dan monumental serta berbasis bahari maupun potensi alam lainnya yang unik harus dibangun di Kawasan Sabang serta harus menjadi yang terbaik, khususnya di Sumatera dan Indonesia kalau bisa di Asia Tenggara.
Selain belajar pada Provinsi Bali yang telah sukses dengan pariwisatanya. Kita perlu juga belajar pada negara Jiran Malaysia, karena secara kultur dan budaya masyarakat Aceh, khususnya dengan masyarakat Malaysia memiliki banyak kesamaan budaya, adat-istiadat dan potensi lainnya. Kita perlu belajar bagaimana Malaysia sangat gencar melakukan promosi besar-besaran serta mengemas potensi-potensi yang mereka miliki sehingga menarik perhatian masyarakat dunia untuk berkunjung ke Malaysia.
Promosi tersebut mereka lakukan pada semua perangkat dan fasilitas negara yang dimiliki, kita bisa membaca dengan mudah tulisan-tulisan seperti “Visit Malaysia Year”, “Malaysia Truly Asia”, “Malaysia Cemerlang 2020” atau “Malaysia 1 Rakyat didahulukan, Pencapaian diutamakan” atau Malaysia 1 Tekat Bulat Semangat” ataupun “Bangga dengan Budaya Malaysia” yang terpampang di mana-mana tempat seperti di kendaraan umum, pesawat udara, sudut-sudut kota yang strategis, maupun melalui media-media  lainnya di Malaysia. Promosi ini tidak hanya dilakukan terhadap masyarakat luar, akan tetapi lebih penting lagi adalah terhadap masyarakat dan aparatur negaranya sendiri.
Pulau Weh Sabang dengan potensi yang sangat besar harus diarahkan untuk menjadi sesuatu yang kondusif bagi pengembangan industri pariwisata yang “lukratif”, bagi semua pihak, termasuk penduduk setempat. Karena itu, Badan Nasional Pengelola Perbatasan Negara (BNPP), yaitu sebuah badan yang dibentuk dengan UU, yang dikepalai langsung oleh Mendagri, dan duduk sebagai Ketua Pengarah Menteri Polhukam, Menko Kesra, dan Menko Ekuin, dengan anggota 14 kementerian lainnya termasuk Gubernur Aceh perlu mempercepat upaya integrasi dan sinergitas kebijakan pengelolaan perbatasan negara dengan kebijakan pengembangan Sabang sebagai Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas (UU No.37 Tahun 2000).
Kebijakan tersebut sangat diperlukan mengingat Sabang sebagai kawasan strategis Nasional dan kawasan perbatasan Negara, dan juga sebagai Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Sabang. Sesuai mandat yang diberikan UU No.37 yang disebutkan di atas, BNPP melakukan fungsi koordinasi, integrasi, sinergitas, dan sinkronisasi (KISS) dalam rangka kebijakan dan pengelolaan perbatasan negara, setidaknya untuk Pulau Rondo dan kawasan Sukakarya. Semua pihak, termasuk BPKS apalagi Pemerintah Propinsi Aceh dan Pemko Sabang, sama sekali tidak dirugikan, bahkan akan diuntungkan. Karena dengan begitu akan mendapat energi tambahan dalam memikul beban yang begitu besar dan rumit di lapangan dan juga untuk Jakarta dalam memenuhi harapan dan tuntutan masyarakat Indonesia, seperti yang sering di ucapkan oleh Presiden baru terpilih Joko Widodo, bahwa potensi terbesar negara kita adalah potensi bahari, tentunya salah satunya adalah potensi wisata baharinya.

Alamat Email Penulis Kertas Karya ini : djoll_2000@yahoo.com


DAFTAR PUSTAKA

Asyiawati, Yulia dan Rustijarno, Sinung, 2006, Jurnal PWK, Pengembangan wisata Bahari di Wilayah Pesisir Selatan Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta.

Bappeda Kotamadya  Sabang, 2014, Rencana Tata Ruang Wilayah Kodya Sabang Tahun 2010 – 2030

Harian Serambi Indonesia, 2011, Ingin Jaya Aceh Besar:  Aceh Media Grafika, September 2011.

Harian Medan Bisnis, 2014, Medan, edisi November 2014
Kompas.com, 2014, edisi Januari 2014
Splillane, JJ, 1987, Pariwisata Indonesia: Sejarah dan Prospeknya, Kanisius, Yogyakarta
Sukadijo, 1997, Systemic Linkage dalam Pariwisata, Ujung Pandang: Badan Kerja sama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur

Pendit, Nyoman S, 1999, Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar, Pradnya Paramita, Jakarta
Yoeti Oka A, 2000, Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata





[1] Medan Bisnis, November 2014
[2] Harian Serambi Indonesia, September 2011
[3] Kompas.com Januari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar