Jumat, 14 November 2014

ANALISIS DAYA SAING SEKTOR PARIWISATA KABUPATEN ACEH SELATAN DARI PERSPEKTIF EKONOMI MAKRO PENGEMBANGAN WILAYAH

OLEH: RAMZIL HADI 
NIM: 137003053


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Gambaran Umum
Secara geografis Kabupaten Aceh Selatan merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Aceh yang terletak di wilayah pantai Barat Selatan dengan Ibukota Kabupaten adalah Tapaktuan. Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:50.000, wilayah daratan Kabupaten Aceh Selatan secara geografis terletak pada 020 23 24 030 44 24 LU dan 960 57 36 970 56 24 BT. Dengan batas-batas wilayah adalah :
Sebelah Utara        :  Kabupaten Aceh Tenggara;
Sebelah Timur        :  Kota Subulussalam dan Kabupaten Aceh Singkil;
Sebelah Selatan     :  Samudera Hindia;
Sebelah Barat        :  Kabupaten Aceh Barat Daya.
Kabupaten Aceh Selatan secara administrasi Pemerintahan terbagi atas 18 (Delapan Belas) wilayah Kecamatan, 43 Mukim dan 248 Gampong. Pembagian wilayah ini sesuai dengan penetapan dalam Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, yang membagi wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten/Kota di Aceh berturut-turut atas Kecamatan, Mukim dan Gampong
Kabupaten Aceh Selatan sebagai daerah yang  bertopografi sebagian besar terdiri dari pantai dan pegunungan sangat banyak terdapat objek wisata yang sebagian besar merupakan daerah yang terbentuk secara natural. Oleh sebab itu, tak elak jika Pariwisata merupakan salah satu sektor strategis di Kabupaten Aceh Selatan. Di sepanjang pantai terdapat beberapa lokasi wisata yang menakjubkan seperti teluk yang indah dengan pasir putih dan bersih. Selain itu, lautnya yang memiliki berbagai macam jenis ikan hias dan terumbu karang dapat dijadikan objek wisata baharí. Hutannya yang relatif masih perawan dengan TNGL dan kebun pala masyarakat juga dapat dijadikan sebagai objek eco turism.  Aceh Selatan juga memiliki sejumlah situs sejarah, kesenian, budaya dan adat istiadat tradisional yang layak dijual. Wisatawan juga akan disuguhi beragam makanan bercitarasa khas daerah.











Tabel
Tempat Lokasi dan Objek Wisata dalam Kabupaten Aceh Selatan

2                

NO
Kecamatan
Nama-nama Tempat Wisata
Jarak Dari Ibukota
Kecamatan
Jarak Dari Ibukota
Kabupaten
1
Labuhanhaji Barat
1.  Sungai Kreung Baru
2.  Kuburan Syahid
3.  Gua Batu Sicanang


2,5 Km
3 Km
3 Km


53,5 Km
54 Km
57 Km
2
Labuhanhaji
1. Makam Abuya Syech H. Muda Waly Al- Khalidy
2. Suluk Pesantren Darussalam
3. Goa Kelongsong
4. Sungai Pagar Gantung
5. Pantai Ujung
6. Kitab Al-Quran Kampung Dalam
7. Pelabuhan Penyeberangan antar Pulau
8. Kolam Air Sejuk
9. Pantai Gosong/Gosong Gila
10.Goa Panjang


5 Km


5 Km
2 Km
4 Km
3 Km
1 Km
0,5 Km
0,5 Km
1 Km
1,5 Km


47 Km


47 Km
47 Km
47 Km
47 Km
47 Km
47 Km
47 Km
48 Km
48,5 Km
3
Labuhanhaji Timur
1.  Pantai Batu Meletus
2.  Sungai Batu Berhujan
3.  Panta Sawang   Bidu Buruk/Sawang
Indah
4.  Pantai Batu Bermenung
5.  Makam Tgk. Keuramat Peulumat


2 Km
5 Km
2 Km
1,5 Km
2,5 Km


45 Km
48 Km
45 Km
44,5 Km
45,5 Km
4
Meukek
1. Pantai Lhok Aman
2. Pantai Lhok Bengkuang
3. Air Terjun Ceuraceu


7 Km
2 Km
4 Km


35 Km
35 Km
35 Km
5
Sawang
1. Pantai Pasi Tuan Hilang
2. Air Terjun Tuwi Lhok
3. Pulau Ujung Serudung
4. Sungai Trieng Meuduro
5. Air Terjun Air Dingin


1 Km
5 Km
6 Km
6 Km
7 Km


22 Km
22 Km
22 Km
22 Km
22 Km
6






Samadua
1. Batu Berlayar
2. Sungai Sekabu
3. Sungai Lubuk Layu
4. Pantai Pasir Putih
5. Batu Sumbang






3 Km
5 Km
5 Km
6 Km
7 Km



10 Km
10 Km
10 Km
10 Km
10 Km

7
Tapaktuan
1.  Gunung Lampu
2.  Makam, Tapak, Tongkat, Topi Tuan Tapa
3.  Pantai Lhok Rukam
4.  Air Terjun Tingkat Tujuh
5.  Pantai Batu Merah
6.  Pantai Rindu Alam
7.  Gua Kalam
8.  Panorama Hatta
9.  Pasir Setumpuk Lhok Rukam
10. Kolam Renang Aroya
11.Masjid Tuo
12.Bunker Jepang Kelurahan Hilir
13.Bevak Belanda Panton Luas
14.Lubuk Simerah
15.Pemandian Alam Pajupian


0,5 Km
1 Km
11 Km
7 Km
2 Km
2 Km
3 Km
10 Km
7 Km
1 Km
0,5 Km
0,5 Km
5 Km
1 Km
10 Km


0,5 Km
1 Km
11 Km
7 Km
2 Km
2 Km
3 Km
10 Km
7 Km
1 Km
0,5 Km
0,5 Km
5 Km
1 Km
10 Km
8
Pasie Raja
1. Batee Goa Panton Bili
2. Pasie Ladang Tuha
3. Pucok Krueng
4. Pantai Pasir Rasian Lancang







3 Km
1 Km
3 Km
6 Km


15 Km
15 Km
15 Km
15 Km


9
Kluet Utara
1.  Makam Abuya Syech H. Jailani Musa
2.  Pesantren Darul Rahmah



0,5 Km
0,5 Km


28,5 Km
28,5 Km

3.  Pesantren Simpang Tiga
4.  Pantai Darussadah
5.  Kubah/Makam
6.  Masjid Tua/Kuta Pulo Kambeng
7.  Pantai Kuala Bau
2 Km
0,5 Km
5 Km
3 Km
5 Km
29 Km
28,5 Km
33 Km
31 Km
33 Km
10
Kluet Tengah
1. Irigasi Gunong Pudong
2. Muara Simpali
3. Batu Hampa
4. Batu Sumbang
5. Alue Kejrun
6. Damar Buih


12 Km
8 Km
7 Km
8 Km
15 Km
20 Km


40 Km
40 Km
40 Km
40 Km
40 Km
40 Km
11
Kluet Timur
1. Irigasi Paya Dapur
2. Gunung Sikorong
3. Makam Tgk. Panglima Raja Lelo
4. Makam Badan Cut Ali Alur Mubrang
5. Batu Putri Alur Mubrang
6. Tapak Aulia
7. Air Terjun Simpali


3 Km
3 Km
1 Km
10 Km
10 Km
6 Km
8 Km


38 Km
38 Km
36 Km
45 Km
45 Km
41 Km
43 Km
12
Kluet Selatan
1. Makam Teuku Cut Ali
2. Pantai Cemara Lubuk Sipuru
3. Hutan Lindung
4. Pantai Ratu Sialang
5. Ujung Gunung Kalam Baluh Gelumbuk


0,5 Km
1 Km
6 Km
15 Km
3 Km


31,5 Km
32 Km
37 Km
46 Km
34 Km
13
Bakongan
1. Pantai Ujung Pulo Cut
2. Pulau Dua
3. Pantai Ujung Mangki
4. Pantai Ujung Kreung
5. Makam Teuku Raja Angkasah
6. Danau Laut Bangko
7. Pantai Ie Hitam


6 Km
3 Km
3 Km
4 Km
5,5 Km
12 Km
1 Km


66 Km
57 Km
57 Km
56 Km
65,5 Km
72 Km
61 Km
14
Bakongan Timur
1.  Irigasi/Air Terjun Simpang Seubadeh
2.  Pantai Lhok Jamin Seubadeh
3.  Air Terjun/Sungai Seulekat Seubadeh


5 Km
3 Km
4 Km


76 Km
68 Km
75 Km
15
Trumon
1. Pantai Trumon
2. Pulau Trumon
3. Masjid Tua/Makam Raja
4. Gunong Pinto Angen
5. Pantai Calok Bate
6. Alam Trumon
7. Benteng Kuta Bate Gampong Keude
8. Komplek Rumah Raja Trumon



1 Km
5 Km
0,5 Km
8 Km
7 Km
1,5 Km
0,5 Km
3 Km



110 Km
114 Km
109,5 Km
117 Km
116 Km
109 Km
109,5 Km
112 Km


9. Batu   Bertulis/Batu   Bersura Gampong  
     Panton Bili
10.Kuburan Nek Raya Bate Gampong Kuta
    Tua
11.Lapangan Terbang Peninggalan Jepang
12.Makam Kuburan Syahid di G. Kapur
7 Km
3 Km
1 Km
7 Km
116 Km
112 Km
110 Km
116 Km
16
Trumon Timur
1. Gunung Tengku
2. Makam Tengku


6 Km
8 Km


120 Km
122 Km

Sumber : Dinas Budparpora Kabupaten Aceh Selatan


            Dari Keterangan pada Tabel diatas, terlihat bahwa di setiap Kecamatan terdapat Lokasi dan Objek Wisata baik berbentuk objek wisata religi, wisata alam, maupun wisata sejarah yang sangat menarik untuk dikunjungi.




2.1              Latar Belakang

Sebagai sektor penyumbang devisa ketiga terbesar di Negara Indonesia, Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Di Kabupaten Aceh Selatan, walaupun kontribusi sektor ini tidak begitu besar menyumbang dalam PDRB Kabupaten Aceh Selatan maupun dalam Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan, sektor ini sangat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten aceh Selatan mengingat objek wisata di Kabupaten Aceh Selatan mempunya kualitas estetika yang natural, dan mampu menarik minat ketertarikan wisatawan baik domestik maupun manca negara.
Dalam upaya meningkatkan pendapatan Asli Daerah dengan mengoptimalkan penerimaan sektor Pariwisata, Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan melalui program diantaranya pengadaan sarana akomodasi yang memadai, promosi baik disisi pemerintah maupun swasta, kemudahan perjalanan, penambahan dan pengembangan kawasan pariwisata, mengupayakan produk-produk baru di obyek wisata, penyiapan jaringan pemasaran internasional dan penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas.
Dengan berkembangnya sektor Pariwisata akan membawa dampak yang cukup besar pada lapangan usaha terkait seperti hotel, rumah makan, biro travel dan UKM di daerah-daerah kunjungan wisata.  Sehingga sektor pariwisata layak menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan untuk dikembangkan karena dewasa ini sektor pariwisata menjadi tulang punggung perekonomian negara yang dapat meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan dan melestarikan lingkungan.
Daya Saing suatu wilayah dewasa ini telah menjadi parameter bagi pengembangan suatu wilayah. Semakin tinggi Daya Saing suatu wilayah maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan masyarakat dalam wilayah tersebut. Jadi agar Kabupaten Aceh Selatan tidak dikatakan tertinggal dari Daerah lain maka harus mempunyai nilai kompetitif yang tinggi yang dibangun diatas potensi yang dimilkinya
Daya saing sektor pariwisata adalah kapasitas usaha pariwisata untuk menarik pengunjung asing maupun domestik yang berkunjung pada suatu tujuan wisata tertentu. Peningkatan daya saing dapat dicapai dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada, meningkatkan kapabilitas pengelolaan sehingga mempunyai daya saing (Grant, 1991).
Pariwisata di suatu wilayah dapat digambarkan sebagai produk bersaing bila daerah tujuan wisata menarik, kompetitif dari segi kualitas, dibandingkan dengan produk dan jasa dari daerah tujuan wisata lain.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1       DAYA SAING
            Daya saing merupakan salah satu kriteria untuk menentukan keberhasilan dan pencapaian sebuah tujuan yang lebih baik oleh suatu negara dalam peningkatan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Poter (1990), daya saing diidentifikasikan daengan masalah produktifitas, yakni dengan melihat tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan. Meningkatnya produktifitas ini disebabkan oleh peningkatan jumlah input fisik modal dan tenaga kerja, peningkatan kualitas input yang digunakan, dan peningaktan teknologi.
Porter (1990) menjelaskan pentingnya daya saing karena tiga hal berikut (1) mendorong produktivitas dan mingkatkan kemampuan mandiri; (2) dapat meningkatkan kapasitas ekonomi, baik dalam konteks regional ekonomi maupun entitas pelaku ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat; (3) kepercayaan bahwa mekanisme pasar lebih mencipatakan efisiensi.
Menurut Tarigan (2005) suatu wilayah memiliki keunggulan komparatif karena salah satu faktor atau gabungan dari beberapa faktor . Adapun faktor-faktor yang dapat membuat suatu wilayah memiliki keunggulan komparatif dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1.         Pemberian alam, yaitu karena kondisi alam akhirnya wilayah itu memiliki keunggulan  
        untuk       menghasilkan suatu produk tertentu.
2.         Masyarakatnya menguasai teknologi mutakhir (menemukan hal-hal baru) untuk jenis
        produk tertentu.
3.         Masyarakatnya menguasai keterampilan khusus.
4.         Wilayah itu dekat dengan pasar.
5.         Wilayah dengan aksesibilitas yang tinggi.
6.         Daerah konsentrasi/sentra dari suatu kegiatan sejenis.
7.         Daerah aglomerasi dari berbagai kegiatan.
8.         Upah buruh yang rendah dan tersedia dalam jumlah yang cukup serta didukung oleh
        ketrampilan yang memadai dan mentalitas yang mendukung.
9.         Mentalitas masyarakat yang sesuai dengan untuk pembangunan: jujur, terbuka, mau
        bekerja keras, dan disiplin sehingga lingkungan kehidupan aman, tertib, dan teratur.
10.     Kebijakan pemerintah.
Sementara Keunggulan kompetitif (competitive adventange) adalah kemampuan suatu daerah untuk memasarkan produknya di luar daerah atau luar negeri bahkan global. Dalam hal ini akan melihat apakah suatu daerah dapat menjual produknya di luar negeri secara menguntungkan, tidak lagi membandingkan potensi komoditi yang sama di suatu Negara dengan Negara lainya tetapi membandingkan potensi komoditi suatu Negara terhadap komoditi semua Negara pesaingnya di pasar global.

2.2       INDIKATOR DAYA SAING PARIWISATA
Untuk menentukan daya saing pariwisata menggunakan analisis Competitiveness Monitor yang memperhatikan kedelapan indikator. Dalam Trisnawati (2007) analisis Competitiveness  Monitor  dilakukan  untuk  mengukur  daya  saing pariwisata antara lain:
1.   Human Tourism Indicator (HTI)
2.   Price Competitiveness Indicator (PCI)
3.   Infrastructure Development Indicator (IDI)
4.   Environtment Indicator (EI)
5.   Technology Advancement Indicator (TAI)
6.   Human Resources Indicator (HRI)
7.   Openess Indicator (OI)
8.   Social Development Indicator (SDI)
    
2.2       PARIWISATA
Secara Etimologi istilah pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yakni; “pari” dan “wisata”. Pari yang berarti: banyak, berkali-kali, berputar-putar atau berkeliling-keliling. Sedangkan Wisata berarti bepergian. Secara garis besarnya, maka kedua kata ini yakni “Pari-wisata” dapat diartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari satu tempat ke tempat yang lain.
Hunziker dan Kraff (dalam Pendit, 1995:38) menyatakan pariwisata adalah sejumlah hubungan-hubungan dan gejala-gejala yang dihasilkan dari tingalnya orang-orang asing, asalkan tingalnya mereka tidak menyebabkan tempat tinggal serta usaha-usaha yang bersifat sementara atau permanan sebagai usaha mencari kerja penuh.
Yoeti (1996:113) mengemukakan bahwa pariwisata adalah sebuah perjalanan yang dilaksanakan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan disuatu tempat ketempat lain dengan maksud bukan mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tapi semata-mata untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam.
Yoeti (2008) menyebutkan kontribusi pariwisata terhadap perkekonomian daerah lebih lanjut adalah sebagi berikut :
1. Peningkatan perolehan devisa negara
2. Memperluas dan mempercepat proses kesempatan berusaha
3. Memperluas kesempatan kerja
4. Mempercepat pemerataan pendapatan.
5. Meningkatkan penerimaan pajak regional dan retribusi daerah.
6. Meningkatkan pendaptan nasional
7. Memperkuat posisi neraca pembayaran.
8. Mendorong pertumbuhan pengembangan wilayah yang memiliki potensi alam yang   
   terbatas.

2.3       EKONOMI MAKRO
Makro ekonomi adalah salah satu cabang ilmu ekonomi yang membahas perilaku perekonomian secara agregat, misalnya kemakmuran dan resesi, output barang dan jasa, total perekonomian, laju pertumbuhan output, laju inflasi dan pengangguran, neraca pembayaran dan juga nilai kurs ( Dornbusch, Stanley, dan Mulyadi, 1996:3)
Dalam ekonomi makro pembahasan yang dilakukan adalah tentang sekelompok prilaku suatu kelompok masyarakat, seperti pendapatan nasional, kesempatan kerja, inflasi, pengangguran, anggaran pemerintah, dan lain-lain.
Menurut Bakti, Rakhmat, dan Syahrir (2010:12) kebijakan makro ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah sebagai keikutsertaan pemerintah dalam memacu kehidupan ekonomi selalu dihadapkan kepada masalah pertumbuhan, inflasi, dan pengangguran sebagai central issues macroeconomic.

2.4       PENGEMBANGAN WILAYAH
Pengembangan wilayah merupakan proses perumusan dan pengimplementasian tujuan-tujuan pembangunan dalam skala supra urban. Pembangunan wilayah pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam secara optimal melalui pengembangan ekonomi local.
Perencanaan pembangunan wilayah semakin relevan dalam mengimplementasikan kebijakan ekonomi dalam aspek kewilayahan. Hoover dan Giarratani (dalam Nugroho dan Dahuri, 2004), menyimpulkan tiga pilar penting dalam proses pengembangan wilayah, yaitu:
1.     Keunggulan komparatif (imperfect mobility of factor).
2.     Aglomerasi (imperfect divisibility).
3.     Biaya transpor (imperfect mobility of good and service).
BAB III
PEMBAHASAN


1.2.            Perhitungan Indikator
Dengan menggunakan analisis Competitiveness Monitor yang memperhatikan kedelapan indikator. dilakukan  untuk  mengukur  daya  saing industri pariwisata di Kabupaten Aceh Selatan, antara lain :

a.   Human Tourism Indicator (HTI)
Pengukuran yang digunakan adalah Tourism Participation Index (TPI) yaitu rasio antara jumlah aktivitas turis (datang dan pergi) Tahun 2012 dengan jumlah penduduk Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012.

Tabel
Penduduk Kabupaten Aceh Selatan Menurut Kecamatan
Tahun 2012


No

Kecamatan
Jumlah
Penduduk
Jumlah Rumah
Tangga
Luas wilayah
Km2

Kepadatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Trumon
Trumon Tengah Trumon Timur Bakongan
Kota Bahagia Bakongan Timur Kluet Selatan Kluet Timur
Kluet Utara Pasie Raja Kluet Tengah Tapaktuan Samadua Sawang Meukek Labuhanhaji
Labuhanhaji Timur
Labuhanhaji Barat
4.283
5.453
6.996
4.933
6.256
5.244
12.662
9.478
22.376
15.773
6.165
22,956
14.888
14.099
18.622
12.596
9.604
15.796
892
1.361
1.772
1.281
1.486
1.213
3.171
2.382
5.412
3.334
1.608
5.115
3.497
3.039
4.235
2.621
1.992
3.268
440,65
432,85
325,09
78,83
186,45
195,82
114,63
459,92
73,70
100,37
789,51
102,03
106,66
197,81
465,33
53,83
94,48
89,04
10
13
22
63
34
27
110
21
304
157
8
225
140
72
40
234
102
117

J u m l a h
208.160
47.629
4.185,56
50
Sumber : BPS Kab. Aceh Selatan (diolah)

Tabel
Aspek Bidang Pariwisata


No

Indikator
Tahun
%

Pertumbuhan
2008
2009
2010
2011
2012
1.
Jumlah Kunjungan
Wisata
11.939
12.058
14.000
15.400
32.480
93,61
    Sumber : Disbudparpora Kabupaten Aceh Selatan
Dalam penelitian ini, ukuran yang digunakan adalah TPI, dengan rumus:
                        TPI =
TPI =                 TPI= 0,16

b.   Price Competitiveness Indicator (PCI)
Indikator  ini  menunjukkan  harga  komoditi  yang  dikonsumsi  oleh  turis selama berwisata seperti biaya akomodasi, travel, sewa kendaraan dan sebagainya. Pengukuran yang digunakan untuk menghitung PCI adalah Purchasing Power Parity (PPP). Proksi yang digunakan untuk mengukur PPP adalah rata-rata tarif minimu hotel   yang   merupaka hotel   worldwide.  

Tabel
Perkembangan Jumlah Hotel dan Penginapan di Kabupaten Aceh Selatan
Tahun 2008-2012


No.

U r a i a n

2008

2009

2010

2011

2012
% Pertumbuhan
1.
Hotel berbintang
-
-
-
-
-
-
2.
Hotel Melati
17
17
18
19
17
-
3.
Kamar Tersedia
28
38
45
51
227
51,98
4.
Rata-rata          penggunaan kamar per hari
20
25
27
32
328
74,97
5.
Rata-rata tarif kamar
Rp.70.000
Rp.75.000
Rp.85.000
Rp.95.000
Rp.100.000
45 %
Sumber : Dinas Budparpora Kabupaten Aceh Selatan (diolah)

Sehingga   rumus   yang digunakan untuk menghitung PPP adalah:

PPP = Jumlah Wisatawan Tahun 2012x Rata-rata Tarif Hotel x Rata-rata masa    
         Tinggal wisatawan
PPP = 32.480 x Rp.100.000,- x 1 hr
PPP = Rp. 3.248.000.000,-

c.   Infrastructure Development Indicator (IDI)
Indikator ini menunjukkan perkembangan jalan raya, perbaikan fasilitas sanitasi dan peningkatan akses penduduk terhadap fasilitas air bersih. Untuk mengukur IDI terdapat kesulitan sehingga Competitiveness Monitor (CM) memproksikan IDI dengan income perkapita penduduk (rasio total PAD dan jumlah penduduk).

Tabel
PDRB Perkapita Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008-2012


No

Tahun
ADHB
(Rp.Juta)
PDRB/Kapita
(Rp)
ADHK
(Rp.Juta)
PDRB/Kapita
(Rp)
1
2008
1.983.011,71
9.433.255,05
1.202.675,33
5.721.167,99
2
2009
2.217.275,90
10.480.402,62
1.248.506,34
5.901.317,52
3
2010
2.475.381,44
12.094.677,89
1.300.826,13
6.355.817,65
4
2011
2.709.900,06
13.089.723,75
1.358.940,38
6.564.136,60
5
 2012
3.039.107,57
14.599.863,42
1.422.267,00
6.832.566,29
Rata-rata Pertumbuhan (%)
3,61
     Sumber: BPS Kabupaten Aceh selatan

Tabel
Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Selatan
Tahun 2011


1

a.


Pendapatan Asli Daerah
                            
Pajak Daerah


18,574,111,449.09

3,870,111,774.00
b.
Retribusi Daerah
5,833,238,117.00
c.
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
1,580,862,233.23
d.
Lain-lain PAD yang Sah
7,289,899,324.86
2
Dana Perimbangan
467,442,996,602.00
a.
Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak

34,490,796,602.00
b.
Dana Alokasi Umum (DAU)
388,771,100,000.00
c.
Dana Alokasi Khusus (DAK)
44,181,100,000.00
3
Lain-lain Pendapatan yang Sah
61,842,886,312.00
a.
Pendapatan Hibah

-
b.
Dana Darurat
-

c.
Dana Bagi Hasil Dari Provinsi dan Pemda
Lainnya

10,875,975,392.00
d.
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
50,966,910,920.00
e.
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda
Lainnya

Total Pendapatan
547,859,994,363.09
Sumber DPKKD Kab.Aceh Selatan

Total PAD yang ada dapat digunakan untuk mengalokasikan infrastruktur supaya dapat memadai.

IDI = PDRB per kapita Tahun 2012 = Rp. 14.599.863,42


d.   Environment Indicator (EI)
Indikator ini menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk dalam memelihara lingkungannya. Pengukuran yang digunakan adalah indeks emisi CO2 dan indeks kepadatan penduduk (rasio antara jumlah penduduk dengan luas daerah). Sementara pengukuran pada indeks emisi CO2 tidak terdapat data maka yang digunakan untuk menghitung EI adalah indeks kepadatan penduduk. Jumlah  penduduk  yang  besar  dapat  membantu  pemerintah  untuk  sadar  akan lingkungan di sekitarnya.
Tabel
Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Aceh Selatan


No.

Kecamatan
Ibu Kota
Kecamatan

Luas (Ha)
Jumlah
Mukim
Gampong
1
Trumon Timur
Krueng Luas
32.509
1
8
2
Trumon Tengah
Ladang Rimba
43.285
2
10
3
Trumon
Trumon
44.065
2
12
4
Bakongan Timur
Pasie Seubadeh
19.582
1
7
5
Kota Bahagia
Bukit Gading
18.645
2
10
6
Bakongan
Bakongan
7.883
2
5
7
Kluet Selatan
Suaq Bakong
11.463
     3
17
8
Kluet Timur
Paya Dapur
45.992
2
7
9
Kluet Tengah
Koto Manggamat
78.951
1
13
10
Kluet Utara
Kota Fajar
7.370
3
19
11
Pasieraja
Kampung Baru
10.037
2
20
12
Tapaktuan
Tapaktuan
10.203
2
15
13
Samadua
Samadua
10.666
4
28
14
Sawang
Sawang
19.781
4
15
15
Meukek
Kota Buloh
46.533
4
22
16
Labuhanhaji Timur
Tengah Peulumat
9.448
2
11
17
Labuhanhaji
Labuhanhaji
5.383
3
16
18
Labuhanhaji Barat
Blang Keujeren
8.904
3
13
Kabupaten Aceh Selatan
Tapaktuan
418.556
43
248


EI =
EI =      
EI = 49,7

e.   Technology Advancement Indicator (TAI)
Indikator  ini  menunjukkan  perkembangan  infrastruktur  dan  teknologi modern yang ditunjukkan dengan meluasnya penggunaan internet, mobile telephone dan ekspor produk-produk berteknologi tinggi.  
Perkembangan jaringan telekomunikasi dalam beberapa tahun terakhir cukup menggembirakan,  terlihat  dengan  banyaknya  penggunaan  perangkat  tersebut  oleh masyarakat baik dalam bentuk telepon seluler (HP) maupun telepon kabel. Sampai dengan tahun 2012 terdapat 1.842 penduduk yang memiliki telepon PSTN. Kondisi ini meningkat dibandingkan tahun 2008 dimana terdapat 1.701 penduduk yang memiliki telepon PSTN. Jika dilihat dari sebaran  pada tiap kecamatan yang ada, maka jaringan telepon telah terjangkau di hampir seluruh kecamatan dalam Kabupaten Aceh Selatan.
Pengukuran yang digunakan  adalah  telephone  index  (rasio  penggunaan  line  telephone PSTN  dengan jumlah penduduk)

EI =
EI =
EI = 0.009

f.   Human Resources Indicator (HRI)
Indikator ini menujukkan kualitas sumber daya manusia daerah tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada turis. Pengukuran HRI menggunakan indek pendidikan yang terdiri dari rasio penduduk yang bebas buta huruf dan rasio penduduk yang berpendidikan SD, SMP, SMU, Diploma dan Sarjana.

Tabel
Perkembangan Angka Pendidikan yang Ditamatkan (APT) Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008-2012

NO
APT
2008
2009
2010
2011
2012
1.
SD
21,44
24,18
26,32
25,32
37,81
2.
SMP
17,05
20,79
18,96
17,32
18,12
3.
SMA
32,01
35,01
33,49
34,68
21,52
4.
Perguruan Tinggi
9,99
9,06
13,08
9,52
5,55
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan.
Tabel
Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2008-2012
Kabupaten Aceh Selatan


NO
Uraian
2008
2009
2010
2011
2012
1
Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis

121.409

121.213

134.923

136.496

141.944
2
Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas
125.138
127.203
137.874
139.448
146.288
3
Angka melek huruf
97,02
97,65
97,86
97,88
97,03
   Sumber :Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan.

EI =
EI =
EI = 1,2

g.   Openess Indicator (OI)
Indikator ini menunjukkan tingkat keterbukaan destinasi terhadap perdagangan internasional dan turis internasional. Pengukurannya menggunakan rasio jumlah wisatawan mancanegara dengan total PAD.

Tabel
Aspek Bidang Pariwisata


No

Indikator
Tahun
%

Pertumbuhan
2008
2009
2010
2011
2012
1.
Jumlah Kunjungan
Wisata mancanegara
1.739
2.058
3.453
4.380
5.080
93,61
    Sumber : Disbudparpora Kabupaten Aceh Selatan

OI =
OI =
OI = 0,0000003

h.   Social Development Indicator (SDI)
Indikator ini menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis untuk berwisata di daerah destinasi. Ukuran SDI adalah lama rata-rata masa tinggal turis di Kabupaten Aceh Selatan adalah 1 hari.




BAB IV
PENUTUP

Dari 8 (delapan) indikator yang mempengaruhi daya saing pariwisata Kabupaten Aceh Selatan, faktor-faktor yang mempengaruhi ketertarikan wisatawan untuk berwisata ke Kabupaten Aceh Selatan sekarang ini adalah Faktor Purchasing Power Parity (PPP) yang diproksikan dengan rata-rata tarif minimum hotel , Environment Indicator (EI), Human Resources Indicator (HRI) yang diukur dengan tingkat pendidikan. Hal ini memperlihatkan semakin besar bobot indeks variabel-variabel tersebut maka semakin besar pula peluang wisatawan yang merencanakan wisatanya ke Kabupaten Aceh Selatan
Supaya daya saing sektor Pariwisata Kabupaten Aceh Selatan mempunyai potensi dan kondisi menarik dan beragam, maka faktor-faktor dalam variabel lainnya seharusnya juga mempunyai bobot indeks yang tinggi,  sehingga jumlah kunjungan wisatawan akan terus meningkat. Rendahnya indeks Bobot Technology Advancement Indicator (TAI) , Openess Indicator (OI), Social Development Indicator (SDI), Infrastructure Development Indicator (IDI), dan Human Tourism Indicator (HTI), dikarenakan infrastruktur daerah yang minim, income perkapita yang masih dibawah rata-rata regional Aceh, dan fasilitas (sarana dan prasarana) kepariwisataan masih kurang mendukung baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Selain itu juga anggaran yang dialokasikan Pemerintah Kabupaten untuk pengembangan kualitas kepariwisataan maupun kuantitas kepariwisataan Kabupaten Aceh Selatan sangat terbatas.
Strategi yang dapat direkomendasikan adalah peningkatan alokasi anggaran pengembangan infrastruktur parawisata, ekpose promosi pariwisata serta koordinasi dengan pihak swasta yang lebih intens untuk memajukan sektor kepariwisataan di Kabupaten Aceh Selatan. Dengan berkembangnya sektor Pariwisata di Kabupaten Aceh Selatan akan berdampak positif terhadap peningkatan jumlah PAD dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di sektor lapangan usaha lain sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat akan meningkat.  









DAFTAR PUSTAKA

BPS.2013.Aceh Selatan Dalam Angka 2012.BPS Aceh Selatan
Pemkab Aceh Selatan. 2012. LKPD tahun 2012. Pemka Aceh Selatan. Tapaktuan.
Porter.M. E.1990. 1998 . The Competitiveness Advantage of Nation. London. Macmillan
World Travel and Tourism council(WWTC). Indikator daya saing parawisata










Tidak ada komentar:

Posting Komentar