Jumat, 14 November 2014

ANALISIS DAYA SAING DAERAH KABUPATEN KARO (Potensi Pertanian Sektor Palawija, Padi Sawah dan Padi Ladang Kabupaten Karo)


 Oleh: 
LEONARD BASTIAN GIRSANG
NIM: 137003010


PENDAHULUAN
Kemajuan suatu daerah ditentukan oleh daya saing yang merupakan bauran berbagai macam variabel yang menyangkut semua sektor kehidupan. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dituntut untuk mampu memahami dan mengelola serta mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki sesuai dengan wewenang yang dimiliki untuk dapat mendukung tercapainya tujuan pembangunan daerah.
Demikian halnya dengan daerah Kabupaten Karo. Kabupaten Karo terdiri dari 17 Kecamatan. Adapun 17 Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Kabanjahe, Kecamatan Berastagi, Kecamatan Merdeka, Kecamatan Merek, Kecamatan Tigapanah, Kecamatan Tigabinanga, Kecamatan Juhar, Kecamatan Lau Baleng, Kecamatan Mardingding, Kecamatan Kutabuluh, Kecamatan Namanteran, Kecamatan Tiganderket, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Dolat Rayat, Kecamatan Barusjahe, Kecamatan Payung dan Kecamatan Munte.
Masing-masing daerah Kecamatan di Kabupaten Karo memiliki sumber daya yang dimiliki masing-masing daerah. Kondisi tersebut memberikan peluang bagi Daerah Kabupaten Karo untuk dapat memberdayakan keragaman potensi yang dimiliki secara optimal yang selanjutnya dapat meningkatkan daya saingnya daerah Kabupaten Karo. Dengan demikian, akan dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat (social walfare) Karo.
Selama periode 2007-2011, rata-rata laju pertumbuhan PDRB terdapat pada sektor Pertanian sebesar 60,94, Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 11,52%, Jasa-jasa sebesar 14,07 dan lainnya sebesar 13,47% (BPS Kabupaten Karo, 2012).
Berdasarkan data diatas, Sektor Pertanian merupakan sektor yang memberikan sumbangan terbesar bagi pertumbuhan PDRB di Kabupaten Karo. Sektor Pertanian meliputi lima subsektor yaitu subsektor Tanaman Bahan Makanan, Tanaman Perkebunan, Peternakan dan hasil-hasilnya, Kehutanan dan Perikanan.
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan dan menganalisis tipologi daya saing daerah Kabupaten Karo. Secara spesifik bertujuan untuk: (1) menentukan kategori tipologi daya saing daerah kabupaten Karo, (2) menentukan karakteristik tipologi daya saing daerah kabupaten Karo, (3) menganalisis keterkaitan antara indikator daya saing daerah kabupaten Karo, dan (4) merumuskan implikasi kebijakan peningkatan daya saing daerah kabupaten Karo.

TUJUAN PENELITIAN
Tujuan   penelitian  adalah  mengidentifikasi  daya  saing  potensi pertanian sektor palawija dan padi di Kabupaten Karo.  Dan juga mengetahui daerah pemberi kontribusi terbesar dari sektor palawija dan padi untuk selanjutnya dapat ditentukan  upaya- upaya strategis  peningkatan daya saing palawija dan padi di Kabupaten Karo melalui dukungan kebijakan fiskal.

METODOLOGI PENELITIAN
Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan data sekunder. Dalam peneiltian ini menggunakan data sekunder yang sudah diolah menjadi laporan dari sumber yang berkompeten dan sudah diterbitkan dan merupakan data time series (berkala) tahunan. Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka pengambilan data dilakukan pada sumber-sumber yang relevan seperti misalnya dari:
1.      Biro Pusat Statistik (BPS)
2.      Bappeda Kabupaten Karo
3.      Lembaga-lembaga Kajian Strategis
Disamping lembaga diatas, penelitian ini juga mengambil data sekunder dari jurnal dan buku-buku literatur lain yang berguna untuk memahami indikator daya saing yang mendukung analisa dari literatur yang ada. Disamping itu juga dilakukan penelusuran data melalui internet.
Selanjutnya, seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam masing-masing kelompok indikator atau perubahan daya saing daerah. Pengelompokan indikator tersebut berdasarkan pada pemilihan faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing daerah sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya dan disesuaikan dengan ketersediaan data yang ada.

Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini adalah merupakan Penelitian Eksploratif. Dimana Kuncoro (2002) menjelaskan Penelitian Eksploratif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan atau dugaan yang sifatnya masih baru dan untuk memberikan arahan bagi penelitian selanjutnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi situasi penelitian dan tujuan khusus atau data yang diperlukan untuk penelitian selanjutnya.
Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif. Dimana penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan dan melukiskan fenomena dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel-variabel yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.
Tujuan dari penelitian deksriptif adalah untuk membuat penggambaran secara tegas (descriptive assertions) tentang populasi yang menemukan distribusi dari beberapa atribut. Dimana penelitian tersebut tidak menekankan pada kenapa distribusi itu ada melainkan pada bentuk distribusi. Untuk menggambarkan keseluruhan penelitian, maka peneliti menggambarkan bagian-bagian penelitian dan membandingkannya. Dimana pada saat pembandingan tersebut, tujuan utamanya adalah menggambarkan bukan menjelaskan perbedaan. Metode deskriptif ini sangat diperlukan dalam kerangka menjelaskan perkembangan kebijakan dalam pembangunan pertanian dan agroindustri. Karena didalamnya akan banyak menggunakan data-data sekunder dan pola kebijakan yang kualitatif sifatnya.

Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah kecamatan yang terdapat di Kabupaten Karo. Keseluruhan daerah kecamatan yang dimaksud terdiri atas: Kecamatan Kabanjahe, Kecamatan Berastagi, Kecamatan Merdeka, Kecamatan Merek, Kecamatan Tigapanah, Kecamatan Tigabinanga, Kecamatan Juhar, Kecamatan Lau Baleng, Kecamatan Mardingding, Kecamatan Kutabuluh, Kecamatan Namanteran, Kecamatan Tiganderket, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Dolat Rayat, Kecamatan Barusjahe, Kecamatan Payung dan Kecamatan Munte.

Metode Analisis Data
Pengolahan data penelitian dilakukan berdasarkan pada masing-masing kelompok indikator daya saing daerah sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya. Setelah diolah, data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif (descriptive analysis), analisis faktor (factor analysis) dan analisis korelasi (correlation analysis). Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi dan keragaman daerah Kabupaten Karo yang mencakup kondisi fisik, sosial ekonomi daerah, pertumbuhan ekonomi daerah, dan Iain-lain yang terkait dengan tujuan penelitian.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Kabupaten Karo merupakan daerah pertanian yang cukup dapat diandalkan. Sektor Pertanian Sub-sektor Tanaman Pangan terutama mengandalkan padi dan palawija (jagung, ubi kayu, ubi jalar) serta produk-produk hortikultura (buah-buahan dan sayuran). Sub-sektor Perkebunan mengunggulkan produksi karet, kelapa sawit, kopi, kelapa, cengkeh, kemiri, aren, kayu manis, pinang, vanili, dan tembakau. Untuk Sub-sektor Perikanan, mendapatkan hasil dari budidaya kolam, sawah dan jaring apung serta perikanan tangkap di perairan umum. Sedangkan dari Sektor Jasa-jasa sub-sektor Pariwisata di wilayah ini banyak terdapat daerah tujuan wisata yang sangat menarik, antara lain: Gunung Sinabung, Gunung Sibayak, Danau Lau Kawar, Air Panas Lau Debuk-debuk, Bukit Gundaling, Air Terjun Sikulikap, Air Terjun Sipiso-piso, Air terjun Tongging, Putri Hijau, Pagoda, serta berbagai tarian tradisional (Trai Ndurung, Ndikkar, Baka dan Tongkat).



Tabel 1
Luas Panen, Produksi Jagung, Padi Sawah dan Padi Ladang di Kabupaten Karo Tahun 2013

No.
Kecamatan
Jagung
Padi Sawah
Padi Ladang
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
1.
Mardingding
7.991
51.128
4.506
25.514
0
0
2.
Laubaleng
11.307
73.612
4.398
24.980
450
1.787
3.
Tigabinanga
18.652
118.006
132
714
514
2.041
4.
Juhar
6.142
39.127
2.495
14.061
200
794
5.
Munte
9.990
64.310
1.745
9.855
405
1.608
6.
Kutabuluh
6.500
41.487
19
107
1.165
4.626
7.
Payung
868
5.766
634
3.565
575
2.277
8.
Tiganderket
1.901
12.347
416
2.334
400
1.588
9.
Simpang Empat
1.094
7.104
0
0
1.375
5.460
10.
Naman Teran
202
1.332
49
274
346
1.374
11.
Merdeka
0
0
2
11
0
0
12.
Kabanjahe
586
3.867
0
0
388
1.541
13.
Berastagi
6
40
7
39
24
95
14.
 Tigapanah
633
4.197
0
0
1.126
4.471
15.
Dolat Rayat
57
 370
0
0
1.477
584
16.
Merek
217
1.440
43
241
306
1.215
17.
Barusjahe
274
1.859
916
5.392
1.240
4.924


66.420
425.994
15.407
87.116
8.661
34.387
Sumber : BPS Kabupaten Karo
Potensial  komoditi  tanaman  pangan terbesar  yang  dimiliki  Kabupaten  Karo  adalah jagung  dengan  luas  panen  66.420 ha,  produksi jagung  425.994 ton dan produktivitas  64,14 kw/ha  pada tahun 2013. Kecamatan Tigabinanga merupakan  kecamatan  dengan  produksi  paling besar  yakni  118.006 ton  dan  Kecamatan Merdeka  merupakan  Kecamatan  dengan produksi  paling  rendah  yakni  nol  dari  17 kecamatan di Kabupaten Karo.
Komoditi  tanaman  pangan  terbesar  kedua di  Kabupaten  Karo  adalah  padi  sawah  dengan luas panen 15.407 ha, produksi 87.116 ton, dan produktivitas  56,54 kw/ha  pada  tahun  2013. Kecamatan  Mardingding merupakan  kecamatan dengan  produksi  paling  besar  yakni  25.514 ton dan  Kecamatan  Simpang  Empat,   Kecamatan Kabanjahe,  Kecamatan  Tigapanah,  dan Kecamatan  Dolat  Rakyat  merupakan  produksi paling  rendah  yakni  nol  dari  17  kecamatan  di Kabupaten Karo.
Tanaman  pangan  lain  seperti  padi  lading mempunyai  luas  panen  8.661 ha,  produksi 34.387 ton  dan  produktivitas  39,71  kw/ha  pada tahun  2013.  Produksi  terbesar  pada  Kecamatan Simpang Empat dan  produksi  terkecil  pada Kecamatan Merdeka dan Kecamatan Mardingding pada tahun 2013. Tanaman pangan  lain  produksinya  cukup  kecil  seperti kacang  tanah,  kacang  hijau,  ubi  jalar,  ubi  kayu. Sedangkan  kedelai  tidak  ada  produksi  sama sekali.

Potensi Perkembangan Palawija Dan Padi Di Kabupaten Karo
Potensi pengembangan agrobisnis dan agroindustri komoditas jagung dan padi di wilayah Kabupaten Karo dilihat dari aspek produktivitas lahan, teknologi yang tersedia, pemasaran, ketersediaan tenaga kerja terampil dan perkiraan keunggulan komparatif, keterkaitan antar komoditas tersebut dilihat dari aspek penggunaan lahan dan agroindustri, bagaimanakah keterkaitan kebelakang (backward linkage) dan keterkaitan kedepan (forward linkage) masing-masing komoditas, bagaimanakah pola atau sistem usaha tani untuk masing-masing komoditas, bagaimanakah cara mengoptimalkan pola atau sistem usaha tani masing-masing komoditas, serta masalah-masalah apakah yang dihadapi masing masing komoditas dalam upaya mengembangkan sistem agribisnis masing-masing.
Komoditas jagung, padi sawah dan padi ladang dilihat dari aspek produktivitas lahan, teknologi yang tersedia, pemasaran, ketersediaan tenaga kerja terampil memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai kegiatan agrobisnis dan agroindustri.



PELUANG DAN TANTANGAN
Beberapa hal yang dapat menjadi peluang bagi pengembangan pertanian saat ini, antara lain adalah:
1.      Saat ini kesadaran masyarakat terhadap kualitas serta produktivitas produk pertanian buah - buahan semakin menuntut tersedianya benih bermutu yang cukup, namun kebutuhan tersebut sampai saat ini ternyata belum dapat terpenuhi.
2.      Bisnis investasi pertanian modern dalam bentuk pengembangan usaha pupuk kimia, organik maupun peptisida menjadi peluang tersendiri. Hal tersebut didukung dengan terjadinya penurunan kesuburan lahan dan menjalarnya wabah tanaman.
3.      Di era globalisasi ini, kita dihadapkan pada persaingan yang semakin ketat, oleh karena itu kita harus mampu memanfaatkan keunggulan yang kita miliki, baik keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif yang perlu ditingkatkan secara kualitatif. Globalisasi ini jelas akan menimbulkan peluang sekaligus ancaman bagi pembangunan pertanian dan perdagangan nasional di masa mendatang. Sukses tidaknya Indonesia dalam memanfaatkan peluang dan menghadapi ancaman akan ditentukan oleh kemampuan untuk mendayagunakan kekuatan yang dimiliki dan mengatasi kelemahan yang ada secara efisien, produktif dan efektif dalam rangka mewujudkan daya saing yang semakin meningkat dalam skala global atas barang dan jasa yang dihasilkan
4.      Menghadapi persaingan yang semakin tajam mutlak diperlukan daya saing yang tinggi. Oleh karena itu seluruh lapisan masyarakat, pemerintah dan terlebih dunia usaha diharuskan mempersiapkan diri dengan langkah-langkah yang konkrit, sehingga mampu membangun suatu sistem ekonomi yang memiliki daya hidup dan berkembang secara mandiri serta mengakar pada struktur ekonomi dan struktur masyarakat Indonesia.
5.      Peluang pasar dalam negeri bagi komoditas pertanian diharapkan akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat, serta timbulnya kesadaran akan gizi di kalangan masyarakat. Peningkatan kebutuhan komoditas hortikultura ini juga ditunjang oleh perkembangan sektor industri pariwisata dan peningkatan ekspor.

Tantangan di bidang pertanian saat ini adalah:
1.      Rendahnya daya saing sektor pertanian kita disebabkan oleh : sempitnya penguasaan lahan, tidak efisiennya usahatani, dan iklim usaha yang kurang kondusif serta ketergantungan pada alam masih tinggi.  Untuk meningkatkan daya saing sektor pertanian ini tidak ada jalan lain, selain kerja keras masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pertanian, membuka areal pertanian baru yang dibagikan kepada petani-petani gurem/buruh tani, memperluas pengusahaan lahan oleh setiap keluarga tani dan menggunakan teknologi maju untuk meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian.
2.      Dengan adanya arus globalisasi, tidak mungkin dihindari semakin lama produk pertanian yang masuk ke Indonesia dari negara-negara lain akan semakin beragam jenisnya dan volumenya semakin banyak. Menghadapi realitas ini mau tidak mau produk hortikultura harus bersaing dengan produk dari negara lain. Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut dengan tanpa mengesampingkan keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai tentunya perlu dikaji berbagai permasalahan yang ada sehingga upaya pencapaian tujuan di atas dapat terlaksana dengan baik.
3.      Permasalahan yang menonjol dalam upaya pengembangan pertanian ialah produktivitas yang masih tergolong rendah, hal ini merupakan refleksi dari rangkaian berbagai faktor yang ada, antara lain : pola usahatani yang kecil, mutu bibit yang rendah yang ditunjang oleh keragaman jenis/varietas, serta rendahnya penerapan teknologi budidaya.
4.      Arus globalisasi yang mengakibatkan pembangunan nasional semakin terkait dengan perkembangan dunia internasional antara lain dengan adanya putaran Uruguay (GATT) sehingga pasar Indonesia khususnya di bidang pertanian makin terbuka akan produk pertanian dari luar negeri. Kondisi ini selain mengandung berbagai kendala juga membuka peluang pasar internasional yang besar bagi produk pertanian yang sifatnya kompetitif.

Implikasi kebijakan
1.        Pengembangan areal pertanaman hendaknya dilaksanakan sejalan dengan upaya pengintegrasian aktivitas budidaya dan aktivitas pengolahan. Dalam program ini diperlukan penyediaan kredit usahatani jagung, padi sawah dan padi ladang, khususnya bagi petani kecil/miskin. Program ini hendaknya diikuti dengan penguatan  kelompok tani, untuk menghindari ketergantungan petani dengan pedagang jagung, padi sawah dan padi ladang.
2.        Pengembangan dan peningkatan infrastruktur transportasi berupa pengembangan dan perbaikan jalan dan terminal, khususnya di jalan dari Desa Sarinembah sampai Kecamatan Tigabinanga,  jalan arah Lau Gendek ke Desa Bukit dan Desa Kubu Colia Kecamatan Dolat Rayat, jalan ke Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka, jalan Desa Bunuraya sampai Desa Manuk Mulia Kecamatan Tigapanah, jalan Desa Naung Belawan Kecamatan Simpang Empat. Disamping itu perlu pula didukung pengembangan dan peningkatan infrastruktur telekomunikasi, listrik, gas dan air bersih.
3.        Menekan kesenjangan daerah melalui program-program pemerataan pendapatan berupa subsidi pendidikan dan kesehatan serta pemberian bantuan sosial dan bantuan kredit tanpa bunga kepada para petani miskin.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada komoditas palawija, padi sawah dan padi ladang di Kabupaten Karo maka diperoleh kesimpulan, yaitu:
1.      Komoditas tanaman palawija, padi sawah dan padi ladang yang merupakan komoditas unggulan di Tanah Karo.
2.      Kabupaten Karo memiliki daerah pertanian yang luas sehingga dapat ditingkatkan produktivitas dan komoditas palawija, padi sawah dan padi ladang.
3.      Pengembangan potensi pertanian dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Karo.
4.      Masih rendahnya tekhnologi daam bidang pertanian serta pemasaran yang kurang baik.

Saran
Meningkatkan pengetahuan masyarakat Kabupaten Karo akan pentingnyya tekhnologi dan pemasaran yang baik akan lebih meningkatkan produktivitas komoditi utama dari bidang pertanian sehingga dapat lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Karo. Subsistem pengolahan merupakan forward linkage dari subsistem produksi penangkapan ikan. Subsistem ini antara lain mengidentifikasi bagaimana suatu komoditas dapat menghasilkan produk turunan yang bermanfaat dan memiliki nilai tambah.
Pemerintah Kabupaten Karo dalam melakukan pembangunan sektor pertanian kedepannya diharapkan dapat lebih berfokus pada komoditas yang menjadi unggulan, melalui pembangunan infrastruktur dan industri yang memadai mulai dari hulu hingga hilir sehingga peningkatan dayasaing terhadap komoditas unggulan dapat lebih cepat diwujudkan.



DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2013. Karo Dalam Angka Tahun 2013. BPS Kabupaten Karo.

Rush, S., Sumardjo, E. Soetarto, B. Krisnamurti, Y. Syaukat dan M.F. Sitorus. 1995.

Metodologi Identifikasi Golongan Miskin dan Daerah Miskin: Suatu Tinjauan
Alternatif Grasindo, Jakarta.

Sharma, S. 1996. Applied Multivariate Techniques. John Wiley and Sons, Inc., Toronto.

Simanungkalit, J.H.U.P. 2003. Analisis Tipologi Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Susetyo, B. 1990. Analisis Tipologi Kabupaten dan Kecamatan di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Data Potensi Desa 1986. Tesis Magister Sains. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Subiyanto, Heru dan Riphat, Singgih,  2004, Kebijakan, Fiskal, Pemikiran Konsep
dan Implementasi, Penerbit Buku Kompas, Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar